Rabu. Pekan Biasa XIX (H)
- Ul. 34:1-12
- Mzm. 66:1-3a.5.8.16-17
- Mat. 18:15-20
Lectio
15 “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.
19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. 20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”
Meditatio-Exegese
Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab
Sebelum wafat, di Gunung Nebo di puncak Pisga, Musa diperlihatkan seluruh negeri yang dijanjikan pada Abraham. Ia memandang seluruh negeri itu: Transyordania, Galilea (Naftali), Samaria (Efraim dan Manasye) dan Yudea hingga Zoar. Hanya Allah mampu memperlihatkan wilayah seluas itu dengan mata telanjang.
Saat wafat, tidak ada seorang pun menemukan kuburnya. Ungkapan ‘dikuburkan-Nyalah dia’ memastikan bahwa yang menguburkan Musa adalah Allah sendiri.
Musa selalu menjadi sumber inspirasi bagi manusia dari generasi ke generasi. Putera Sirakh, penulis Kitab Kebijaksanaan Sirakh atau Ecclesiasticus, menulis ringkasan kisah hidup sahabat Allah ini (Sir 45:1-5).
Philo, sarjana Yahudi dari Alexandria, 15 sM-45, memuji Musa. Ia mendapatkan pendidikan memadai baik di Mesir, di lingkungan bangsanya sendiri, menjadi sahabat dan murid Allah, alat-Nya dalam karya pembebasan yang dahsyat adan ajaib.
Sebagai murid dan sahabat Allah, ia mendapatkan pengajaran dari-Nya dengan bertatap muka. Ia bahkan lebih baik dari pada bapa bangsa – Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf – dalam menjalin relasi dengan Allah memahami makna-Nya.
Maka, ia dikenal sebagai pemimpin yang dipimpin oleh Allah, pemberi hukum, nabi, pemikir dan suka mati raga (bdk. De Vita Mosis, 1:80.154.158; 2:187-292).
Membandingkan tugas pengutusan Musa dengan tugas Yesus, Santo Cyrilus dari Alexandria mengajar, “Tuhan kita Yesus Kristus membebaskan dunia dari musuh-musuh lamanya. Karena Ia adalah Kebenaran dan kodrat-Nya kudus, Ia menguduskan siapa saja yang percaya melalui darah-Nya.
Dan Ia membebaskan mereka dari alam maut dan hendak membawa mereka masuk dalam Kerajaan Surga, milik-Nya sendiri, tanah yang sunggu suci dan dirindukan – ke tempat tinggal yang lebih mengagumkan, ke kota surgawi, ke Gereja dari Anak sulung, yang diciptakan oleh Allah.” (Glaphyra In Deuteronomium, 34:10).
Apabila saudaramu berbuat dosa
Relasi di antara anggota jemaat bisa digambarkan seperti bejana tanah liat yang mudah pecah. Relasi pecah karena anggota tidak lagi memandang sebagai saudara.
Bila anggota jemaat enggan melayani yang kecil dan hina (bdk. Mat. 25:40), ia melupakan tugas pelayanannya pada Tuhan. Ia juga lupa akan sabda-Nya, “Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” (Mat. 18:5).
Saat relasi pecah, setiap anggota jemaat diingatkan untuk segera melakukan rekonsiliasi, memulihkan kembali yang telah rusak, seperti yang diminta Tuhan, “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.” (Misale Romanum; Mat. 6:12; Luk. 11:4). Et dimitte nobis debita nostra, sicut et nos dimittimus debititoribus nostris.
Kata kunci yang ditekankan Tuhan: Ampunilah, demitte.
Saling koreksi di antara sahabat, correctio fraterna. Yesus menyediakan tiga langkah untuk menyelesaikan perselisihan atau konflik dalam jemaat. Jika seorang saudara atau saudari berbuat dosa, jika ia berperilaku tidak sesuai dengan kaidah yang disepakati bersama, mereka tidak perlu ditegur sesegera mungkin.
Pertama, perlulah berbicara dahulu dengan masing-masing secara pribadi. Cara ini sangat elok karena menghindari publikasi yang tak perlu atas perkara pribadi; menghindari sakit hati yang tak perlu; dan memudahkan yang bersangkutan memperbaiki diri.
Jika koreksi ini tidak menimbulkan dampak yang dikehendaki, dan masalah bertambah serius, penyelesaian masuk pada tahap kedua: menghadirkan kesaksian. Jumlah saksi ditentukan antara dua atau tiga sesuai ketentuan yang berlaku dalam Hukum Tuhan (Ul 17:6). Kesaksian dua atau tiga orang diharapkan dapat mendudukan masalah secara obyektif, dan menghindari saksi dusta (Kel. 20:16; Ul. 5:20).
Apabila tahap ini gagal, perselisihan atau konflik diselesaikan melalui pengadilan resmi, pengadilan Gereja. Jika si pendosa tidak mau menerima koreksi, ia harus diekskomunikasi, dikeluarkan dari keanggotaan jemaat; yangni dipisahkan dari persekutuan dengan Gereja dan Sakramen.
Dengan kata lain, jika seseorang menolak mendengarkan komunitas, ia harus dipandang sebagai “orang yang tak mengenal Allah atau pemungut cukai”. Pada zaman Yesus ungkapan itu adalah semacam makian sangat kasar, karena menganggap anggota yang menolak rekonsiliasi sebagai orang kafir dan dikutuk.
Maka, mereka tidak menjadi anggota komunitas lagi. Mereka sendirilah yang memisahkan diri. Rahmat untuk mengampuni dan memulihkan diaugerahkan kepada Petrus (Mat. 16:19), pada para rasul (Yoh. 20:23) dan pada komunitas (Mat. 18:18).
Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga. Dikeluarkan dari keanggotaan jemaat bukan berarti orang itu dibiarkan sendiri. Ia tetap diharapkan dapat bersatu kembali ke dalam jemaat dan Tuhan.
Anggota komunitas perlu terus menerus memohon agar mereka yang memisahkan diri dapat kembali lagi dan dipulihkan. Yesus menjamin, “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di surga.”
Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka
Yesus merupakan pusat hidup komunitas. Seluruh anggota komunitas, Gereja, εκκλησια, ekklesia, ecclesia (Latin) (1Kor. 14:34), dipanggil untuk menjadikan diri-Nya pusat hidup masing-masing. Gema panggilan untuk menjadikan-Nya pusat hidup mengalir juga pada mereka yang memisahkan diri dari jemaat.
Yesus bersabda (Mat. 18:20), “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”, Ubi enim sunt duo vel tres congregati in nomine meo, ibi sum in medio eorum.
Katekese
Jika seseorang melukai kamu. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430:
“Jika seseorang telah melukai kamu dan kamu menderita, apa yang harus dilakukan? Kamu sudah mendengar jawabannya dalam tulisan suci hari ini: ‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata.
Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali’. Jika kamu gagal melakukannya, kamu lebih buruk daripada dia.
Dia telah melukai seseorang, dan dengan melukai ia telah melukai dirinya sendiri dengan luka yang parah. Apakah kemudian kamu akan sepenuhnya mengabaikan luka saudaramu? Apakah kamu hanya akan menontonnya tersandung dan jatuh?
Apakah kamu akan membiarkannya dalam kesulitan? Jika demikian, diam-diam, kamu lebih jelek dari padanya saat dilecehkan.
Maka, ketika ada orang berbuat berdosa terhadap kita, marilah kita memperhatikannya, tetapi tidak hanya untuk diri kita sendiri. Karena, lebih luhurlah bagi kita untuk melupakan luka-luka. Singkirkan lukamu sendiri, tetapi jangan mengabaikan luka saudaramu.
Karena itu, pergilah dan ‘tegurlah dia di bawah empat mata’. Niatmu ini tidak hanya luhur, tetapi juga menghindarkan dari rasa malu.
Namun, mungkin juga terjadi bahwa dia akan membela diri dan mulai mencari alasan untuk membenarkan dosanya. Dengan cara itu, kamu secara tak sengaja mendorongnya lebih dekat ke perilaku yang ingin kamu ubah.
Karena itu, katakan kepadanya kesalahannya antara kamu dan dia saja. Jika dia mendengarkanmu, kamu harus mendapatkan saudaramu, ‘karena dia mungkin telah hilang, seandainya kamu tidak berbicara dengannya.” (Sermon 82.7).
Oratio-Missio
Tuhan, jadikanlah aku alat untuk menyebarluaskan kasih dan damai sejahtera-Mu. Berilah aku kebijaksanaan dan keberanian yang cukup untuk mewartakan kasihMu dan kebenaran-Mu pada mereka yang memerlukan penyembuhan dan pemulihan. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan agar Yesus menjadi pusat hidupku dan komunitasku?
Ubi enim sunt duo vel tres congregati in nomine meo, ibi sum in medio eorum – Matthaeum 18:20