Selasa. Peringatan Wajib Santo Ignasius dari Antiokhia (M)
- Rm. 1:16-25
- Mzm. 19:2-3.4-5
- Luk. 11:37-41
Lectio
37 Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. 38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
39 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. 40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?
41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.
Meditatio-Exegese
Seorang Farisi mengundang Dia untuk makan
Yesus tidak membeda-bedakan orang. Ia menerima siapa saja, termasuk menerima undangan seorang Farisi untuk makan di rumahnya.
Di rumah itu, Ia mengharapkan terjadinya dialog, wawancara dan wawanrasa, seimbang. Yesus di rumah itu bertindak seperti yang biasa dilakukan-Nya. Ia duduk di meja perjamuan tanpa membasuh tangan.
Di rumah itu, setiap gerakan tindakan-Nya diamat-amati. Betapa orang Farisi sangat terkejut. Ia tidak membasuh tangan, seperti diatur dalam peraturan adat-istiadat.
Walau terdapat perbedaan yang mencolok antara Yesus dan kaum Farisi, terdapat satu ciri khas yang sama di antara keduanya. Baik Yesus maupun kaum Farisi memandang hidup sebagai urusan penting.
Bagi Yesus, hidup-Nya adalah melaksanakan perintah Allah. Sabda-Nya, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yoh. 4:34). Kesungguhan dalam menghayati hidup menjadikan Yesus dikenal di mana-mana.
Sedangkan kaum Farisi memiliki cara hidup yang khas. Setiap hari selama 8 jam mereka mempelajari dan merenungkan hukum Tuhan. 8 jam lainnya untuk bekerja mecari nafkah. Sisanya untuk istirahat.
Yesus dan kaum Farisi saling mengkritisi dan memahami, tanpa kehilangan kesempatan untuk berdialog.
Berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu
Kebiasaan mencuci tangan ternyata sangat penting bagi kaum Farisi. Air untuk membasuh pun harus tersedia, “Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.” (Yoh. 2:6).
Kaum Farisi membersihkan tangan bukan untuk alasan kesehatan. Mereka harus menuruti kebiasaan para lelulur dan menghindari kenajisan (Mrk. 7:3.5). Maka, Yesus menyamakan kelakuaan kaum Farisi dengan pembersihan cawan dan pinggan.
Mereka nampak bersih di permukaan, tetapi dalam hati tersimpan rampasan. Kata ‘rampasan’ merupakan padanan dari αρπαγης, harpage, dengan makna: merampas, mencuri dan tamak.
Ungkapan ‘kejahatan’ berpadanan dengan πονηριας, ponerias, berhati busuk, kejam, berdosa. Akar dari rampasan dan kejahatan adalah ketamakan. Maka, Yesus mengecam perilaku mereka, karena “menelan rumah janda-janda” (Mrk. 12:40).
Yesus menghandaki pembersihan hati dan perilaku hidup, seperti digemakan Nabi Amos: “Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang … Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” (Am. 5:15.24).
Maka Ia bersabda (Luk. 11:41), “Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.”, Verumtamen, quae insunt, date eleemosynam; et ecce omnia munda sunt vobis.
Katekese
Karya amal kasih. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430.
“Tuhan kita bersabda, “Berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu” bermakna bahwa seluruh karya amal kasih berguna dan harus dilaksanakan.
Karya itu tidak hanya dilakukan kepada mereka yang menyediakan makanan untuk yang lapar, minum untuk yang haus, pakaian untuk yang telanjang, tumpangan untuk yang berziarah, atau perlindungan untuk yang mengungsi.
Karya amal kasih diterapkan juga untuk mereka yang mengunjungi orang sakit dan tawanan, menebus yang diperbudak, menanggung beban mereka yang lemah, menuntun yang buta, menghibur yang sedih, menyembuhkan yang sakit, menunjukkan jalan yang benar pada yang tersesat, menasihati yang kebingungan, dan melakukan apa saja yang diperlukan untuk yang membutuhkan pertolongan.
Yang melakukan karya amal kasih bukan orang-orang itu saja, tetapi orang yang mengampuni sesama yang bersalah juga melakukan karya amal kasih. Pelaku amal kasih juga mereka yang, melalui kemarahan atau ketegasan, memperbaiki perilaku dan mencegah perilaku buruk orang yang ada bawah pengaruhnya.
Pada saat yang sama, dari lubuk hati, ia mengampuni dosa yang dilakukan orang yang berbuat salah atau menyakitinya. Atau ia juga mendoakan agar orang yang melukai hatinya diampuni.
Orang yang demikian melakukan kegiatan amal kasih tidak hanya karena ia mengampuni dan mendoakan, tetapi juga karena ia mencela tidakan yang jahat dan melaksanakan hukuman untuk memperbaiki perilaku yang keliru.
Dengan cara inilah ia menunjukkan belas kasih… Terdapat banyak sekali karya amal kasih. Ketika kita melakukan karya ini, kita dibantu juga untuk menerima anugerah pengampunan dosa kita sendiri.” (Enchiridion 19.72).
Oratio-Missio
Tuhan, bersihkanlah hatiku dari pikiran jahat; dan, nyalakanlah dengan kehendak untuk selalu melakukan kebaikan dan mengasihi sesama dengan amal kasih. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk mengasihi dan melakukan yang baik?
Verumtamen quod superest, date elemosynam: et ecce omnia munda sunt vobis – Lucam 11:41