Home BERITA Lectio Divina 18.07.2023 – Celakalah Khorazim dan Betsaida

Lectio Divina 18.07.2023 – Celakalah Khorazim dan Betsaida

0
Pada hari penghakiman, by Vatican News.

Selasa. Pekan Biasa XV (H)

  • Kel. 2:1-15a
  • Mzm. 69:3.14.30-31.33-34
  • Mat. 11:20-24

Lectio

20 Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: 21 “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.

22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. 23 Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!

Karena jika di Sodom terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. 24 Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.”  

Meditatio-Exegese

Karena aku telah menariknya dari air

Tahap awal hidup Musa, sang pembebas dan pemimpin umat terpilih, dikisahkan secara rinci dan piawai. Penulis suci memilih kejadian-kejadian penting untuk menyingkapkan keterlibatan Allah dalam peristiwa penting hidup seorang pribadi.

Musa hidup pada masa pengejaran pada orang Ibrani. Secara sistematik mereka hendak dilenyapkan, saat para pemimpin mengambil keputusan, “Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi.” (Kel. 1:10).

Peran penting tiga orang perempuan sangat menentukan dalam penyelamatan hidup Musa: ibunya, saudarinya dan puteri Firaun. Namun dalam kisah ini tidak diungkap nama ayahnya, Amram (Kel. 6:20), ibunya, Yokhebed (Bil. 26:59) dan Miryan (Kel. 15:20).

Melalui puteri Firaun, Musa diangkat menjadi anak dan menjadi anggota keluarga kerajaan Mesir. “Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: “Karena aku telah menariknya dari air.” (Kel. 2:10)

Anak Ibrani yang seharusnya dibunuh ternyata dididik hingga mendapatkan kehormatan tertinggi dan siap untuk melaksanakan rencana Allah.

Penyimpangan juga terjadi dalam tahap awal hidup Musa. Di istana Firaun, ibunya diundang menyusui anaknya sendiri. Yokhebed dibiarkan mendidiknya dalam iman kepada Allah leluhurnya dan cinta akan asalnya sendiri.

Pembunuhannya atas pengawas budak Ibrani, yang menyebabkan dia lari dari istana dan kemewahannya,  menjadi pangkal tugas pengutusannya. Musa sama seperti Abraham, yang  meninggalkan sanak saudara, keluarga dan tanah airnya untuk mengikuti panggilan Allah (Kej. 12:1 dst.)

Dalam Perjanjian Baru, Stefanus melukiskan Musa sebagai pribadi yang ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatan dan  digunakan Allah untuk menghantar umat pada pembebasan (bdk. Kis. 7:22.25).

Dan karena iman Musa menolak disebut anak dari puteri firaun, karena ia memilih menderita bersama umat Allah yang disiksa dari pada menikmati kenikmatan yang penuh dosa. Terlebih ia menganggap penghinaan karena Kristus merupakan harta yang jauh lebih bernilai dari pada seluruh Mesir (bdk. Ibr. 11:24-26).

Santo Cyrilus dari Alexandria membandingkan kisah masa awal Musa dengan Penjelmaan Kristus, “Bukankah kita mengatakan bahwa Sang Sabda dari Allah Bapa, yang menjadi serupa dengan kita dan menjelma menjadi manusia, menjadikan diri-Nya tidak dikenal? […]

Ia pergi untuk menjumpai saudara-saudari-Nya, yakni anak-anak Israel. Karena mereka memiliki perjanjian dan bapa bangsa yang terikat dengan perjanjian itu.  Maka, Ia bersabda, “Aku diutus hanya untuk domba-domba yang hilang dari kawanan Israel.”

Namun, karena mempertimbangkan mereka dikuasai penjajah dengan tangan besi dan kejam, Ia memilih untuk membebaskan mereka dan membuat mereka sadar ahwa mereka dapat mengharapkan pembebasan dari segala jenis derita.” (Glaphyra In Exodum, 1,7).

Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat

Bagaimana orang menerima, meragukan, bahkan, menolak pewartaan Kerajaan Allah oleh Yesus tersaji dalam Mat. 11 dan 12. Misalnya, Yohanes Pembaptis gagal memahami Yesus, karena ia berpegang pada pola pikir Perjanjian Lama (Mat. 11:1-15).

Orang banyak sama sekali tidak tertarik pada pewartaan-Nya (Mat. 11:16-19). Kota-kota di sekitar Danau Galilea menyaksikan mukjizat yang diperbuat-Nya, tetapi menutup mata dan telinga (Mat. 11:20-24).

Selanjutnya, para cerdik pandai, yang menghormati pandangan orang atas dasar ilmu pengetahuan, gagal memahami pewartaan Yesus (Mat. 11: 25). Kaum Farisi, yang setia melaksanakan Hukum Taurat hingga rincian terkecil, mengecam Yesus (Mat. 12:1-8).

Bahkan kelompok yang sangat taat pada Hukum Taurat memutuskan untuk membunuh-Nya (Mat. 12:9-14). Mereka justru menuduh Yesus bertindak atas nama penghulu para setan, Beelzebul (Mat. 12:22-37).

Mereka menuntut Yesus menjunjukkan bukti agar percaya bahwa Ia adalah Sang Mesias (Mat. 12:38-45). Bahkan, anggota kerabat-Nya tidak mendukung karya perutusan Yesus (Mat. 12:46-50).

Namun, hanya orang kecil dan sederhana yang mampu memahami dan menerima Kabar Suka Cita tentang Kerajaan Allah (Mat. 11:25-30). Mereka mengikuti-Nya (Mat. 12:15-16) dan mempercayai bahwa Ia adalah Hamba Yahwe seperti nubuat Nabi Yesaya (Mat. 12:17-21). 

Celakalah engkau

Yesus berharap wilayah-wilayah yang berbatasan dengan bangsa asing mau mendengarkan pewartaan-Nya dan bertobat. Kepada merekalah Ia memalingkan wajah-Nya. Ia mengikuti nubuat Nabi Yesaya untuk mengawali karya pelayanan-Nya.

Santo Matius melukiskan, “Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya:

“Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang Sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, – bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” (Mat. 4:13-16; bdk. Yes. 8:23-9:1).

Karya pewartaan dan pelayanan Yesus selama tiga tahun hanya mencakup beberapa kilo meter persegi di kota-kota seputar Danau Galilea: Kapernaum, Betsaida dan Khorazim. Di wilayah yang sempit ini Ia melakukan banyak tanda heran dan mengajar.

Ia datang untuk menyelamatkan manusia, dengan memulai dari wilayah yang sangat kecil ini. Sepphoris menjadi satu-satunya kota di Galilea yang tidak dikunjungi-Nya selama masa pelayanan-Nya.

Flavius Josephus, sejarahwan Yahudi, menyebut Sepphoris sebagai ‘hiasan terindah dari seluruh Galilea’.  Antipas menjadikannya ibu kota pemerintahannya pada tahun 4 sebelum Masehi hingga ia membangun Tiberias pada tahun 19. Sepphoris dibangun seperti kota-kota yang berkebudayaan Yunani-Romawi.

Josephus melukiskan bahwa kota ini dikelilingi benteng yang kuat pada saat pemberontakan pada tahun 66 Masehi. Penduduk kota ini mendukung Kaisar Vespasianus, sehinga saat perang, kota terhindar dari penghancuran (War of The Jews III.2.4).

Sayang, umat Allah yang tinggal wilayah yang sangat kecil ini tidak mau menerima pewartaan-Nya dan, bahkan, menolak diri-Nya juga. Mereka tidak mau bertobat.

Pertobatan selalu menuntut perubahan hati dan cara hidup. Mereka menolak Sang Sabda yang memberi hidup dan menyelamatkan dari kehancuran–kehancuran hati, budi, jiwa dan raga.   

Khorazim, Betsaida, Kapernaum, Tirus dan Sidon

Khorazim, Betsaida dan Kapernaum sebenarnya merupakan kota yang diberkati, karena didatangi Tuhan. Mereka mendengar Kabar Suka Cita dan melihat tanda-tanda heran dariNya.

Tetapi, Yesus, pada akhirnya, mengecam mereka. Kata ουαι, ouai, celakalah! selalu bermakna : kemalangan, nasib buruk, bencana, tekanan, kesedihan, duka cita atau hati yang luka.

Ungkapan ini mengandung makna penyesalan dan kesedihan mendalam, bahkan putus harapan atas bencana dan kehancuran yang akan segera datang, karena kebodohan, dosa dan penolakan.

Di masa lalu Tirus dan Sidon merupakan kota yang menentang dan memusuhi umat Allah. Maka kedua kota itu dikutuk para nabi (Yes. 23:1; Yer. 25:22; 47:4; Yl. 4:4; Am. 1:10). Dan sekarang, pada jaman Yesus, kedua kota simbol kejahatan itu telah bertobat.

Kota yang dihancurkan karena murka Allah, Sodom dan Gomora (Kej. 18:16-19:29) telah mengubah hati mereka. Ternyata Kapernaum berbeda sama sekali dengan kota yang pada jaman dahulu dikutuk. Situasi seperti ini, selalu menjadi tantangan bagai para pewarta Injil.

Tantangan yang harus dihadapi paling tidak terdiri dari lima tipe: meragukan kebenaran seperti Yohanes Pemandi (Mat. 11:1-15), acuh tak acuh atau cuek atau tidak tertarik (Mat. 11:16-19), tidak mau percaya seperti penduduk kota Khorazim, Betsaida dan Kapernaum (Mat. 11:20-24), bodoh seperti ahli Taurat (Mat. 11:25) dan mengecam seperti kaum Farisi (Mat. 12:1-45).

Namun Injil selalu diterima dengan suka cita oleh mereka yang kecil dan sederhana (Mat. 12:15; Mat. 11:25-30).

Katekese

Bahkan setelah Ia membuat mukjizat, mereka tidak bertobat. Santo Hieronimus,347-420 :

“Juruselamat kita menangisi Khorazim dan Bethsaida, kota di Galilea, karena setelah Ia melakukan banyak mukjizat besar dan melakukan perbuatan baik, mereka tidak bertobat. Bahkan, Tirus dan Sidon, kota yang menghambakan diri penyembahan berhala dan kejahatan lain, jauh lebih dikasihi-Nya daripada kedua kota Galilea itu.

Tirus dan Sidon dikasihi karena alasan bahwa, walau mereka mencampakkan hukum, bahkan Khorazim dan Bethsaida, setelah mereka melanggar hukum kodrat dan tertulis, memperhatikan mukjizat yang dilakukan Tuhan di antara mereka, walaupun perhatian itu sangat sedikit.” (Commentary On Matthew 2.11.22.1).

Oratio-Missio

Allah, yang mahatinggi dan mulia, terangilah hati kami yang diliputi kegelapan dan berilah kami iman yang benar, harapan yang pasti dan kasih yang sempurna.

Buatlah hati kami agar seperasaan dengan-Mu dan mengenal-Mu, agar kami dapat melakukan segala hal untuk mematuhi kehendak-Mu yang kudus. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin. (Doa Santo Fransiskus Asisi, 1182-1226, terjemahan bebas)

  • Apa yang perlu kulakukan untuk menerima Yesus dan setia menjadi saksi-Nya?

Verumtamen dico vobis: Terrae Sodomorum remissius erit in die iudicii quam tibi – Matthaeum 11:24

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version