Home BERITA Lectio Divina 18.1.2024 – Memilih dan Memanggil Orang Berdosa

Lectio Divina 18.1.2024 – Memilih dan Memanggil Orang Berdosa

0
Ia makan bersama pendosa dan pemungut cukai, by Alexandre Bida

Sabtu. Minggu Biasa I, Hari Biasa. Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristen (H)

  • Ibr. 4:12-16
  • Mzm. 19:8-9.10.15
  • Mrk. 2:13-17

Lectio

13 Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. 14 Ketika Ia lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di tempat pemungutan cukai lalu Ia berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.” Lewi pun bangkit lalu mengikuti Dia.

15 Ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.

16  Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya, “Mengapa Ia makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa?”

17 Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Meditatio-Exegese

Mengapa Ia makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa?

Santo Markus, yang menulis Injil pada tahun 70-an, menyajikan tantangan kedua yang dihadapi jemaat: bagaimana jemaat bisa saling menerima sesama anggota yang berasal dari agama Yahudi dan agama asli.

Santo Markus mengajak jemaatnya untuk memecahkan persoalan itu melalui pertanyaan ini: Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa? (Mrk. 2:16). 

Jemaat yang berasal dari agama Yahudi berat hati bergaul dan mengunjungi rumah jemaat yang berasal dari agama asli (bdk. Kis. 10:28; 11:3). Maka, kisah panggilan Lewi bertujuan untuk memecahkan hambatan yang menyebabkan jemaat sulit merasa sehati dan sejiwa.  

Sebenarnya orang-orang biasa sangat senang mendengarkan pengajaran Yesus, yang berpusat pada Kerajaan Allah. Ia mengajar sesuai dengan daya nalar dan daya tangkap mereka. Perumpamaan yang diajarkan-Nya menginspirasi hidup mereka.

Ciri khas yang diterakan Santo Markus adalah umat begitu bersukacita menerima Yesus dan pengajaran-Nya (Mrk. 1:14.21.38-39; 2:2.13). Tetapi, para pemimpin agama atau kaum cerdik pandai menolak dengan berbagai dalih.

Ikutlah Aku 

Yesus telah kembali ke rumah di Kapenaum. Pagi-pagi ia berjalan-jalan di pantai Danau Genesaret dan menemui Lewi di tempat kerjanya, kantor bea cukai Kapernaum.

Kantor itu pasti terletak di tempat yang strategis dan dilalui semua orang yang datang dan pergi dari kota pelabuhan itu. Kapernamum menjadi titik temu jalur perdagangan ke dan dari Tyrus, Damaskus, Yerusalem, hingga Mesir, Roma, bahkan China.

Di situlah ia memungut cukai atas barang dagangan. Dari kantor itu juga Lewi mengatur pemungutan pajak tanah, pajak kepala dan segala jenis pajak yang ditentukan penjajah Romawi untuk penduduk di seluruh wilayah penarikan pajaknya. 

Yesus memanggil Lewi, nama asli Matius (Mat. 10:3). Ia mungkin diberi nama baru seperti terjadi pada Simon yang dipanggil Petrus, dan Saulus yang diganti menjadi Paulus. Ia anak Alfeus. Namun tidak memiliki hubungan darah sama sekali dengan Yakobus Muda, yang juga memiliki ayah bernama Alfeus. 

Lewi pasti sudah mendengar kabar tentang Yesus di Kapernaum. Di dalam dirinya seperti ada kerinduan untuk bertemu dengan-Nya. Dan, kerinduan itu akhirnya terjawab.

Yesus berinisiatif meminta seseorang mengikuti-Nya. Ia tidak memerintah atau memaksa orang mengikuti-Nya, tetapi mengundang. Sabda-Nya (Mrk. 2:14), “Ikutlah Aku.”,Sequere me

Ia memilih sendiri siapa yang diajak untuk mengikuti-Nya. Sabda-Nya (Yoh. 15:16), “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu, dan menetapkan kamu.”, Non vos me elegistis, sed ego elegi vos et posui vos.

Pilihan Yesus sangat tidak lazim. Ia tidak memilih orang yang dianggap baik, saleh, ternama atau tanpa cela. Ia memilih orang yang dimusuhi dan disingkirkan. Maka, panggilan untuk mengikuti Yesus bermakna menjadikan Yesus sebagai pusat hidupnya.

Bila Yesus menjadi pusat hidupnya, yang hidup bukan dirinya, tetapi Yesus. Santo Paulus bersaksi, ”Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20).

Sama seperti Petrus dan Andreas, berdirilah Lewi,  lalu mengikuti Dia. Ia meninggalkan rumah cukai dan segala yang erat terkait dengan cukai.

Pemungut cukai dan orang berdosa makan dengan Dia dan murid-Nya. 

Lewi sudah menjadi murid Yesus. Lalu Yesus makan bersama dengan pemungut cukai yang dianggap sebagai pengkhianat atau pendosa karena berkerja untuk penjajah Romawi; golongan pendosa termasuk: pelacur, penunggang kuda/unta, tabib, pelaut, gembala, tukang daging, dan sebagainya.

Mengundang dan makan bersama mereka adalah tanda penerimaan sebagai saudara. Yesus memulihkan relasi yang diputus karena hukum ciptaan manusia.

Melalui para murid, kaum Farisi dan ahli Taurat mengungkapkan kegusaran mereka. “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (Mrk. 2:16).

Dengan bertanya seperti itu, para pemuka agama Yahudi tidak pernah menghendaki solidaritas dan upaya membangun spiritualitas sehati-sejiwa. Mereka menghendaki selalu terpecah.

Yesus senantiasa berdoa agar semua mau bersatu dalam satu kawanan, semoga mereka menjadi satu, ut omnes unum sint (Yoh. 17:21). Sayang, pertanyaan orang Farisi dan ahli Taurat itu  masih sering menghantui hidup menjemaat sampai kini.

Kecaman mereka ditanggapi secara tak langsung (Mrk. 2: 17), “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”,  Non necesse habent sani medicum, sed qui male habent; non veni vocare iustos sed peccatores.

Inilah Kabar Sukacita yang diwartakan Yesus. Ia menampakkan wajah Allah yang penuh kerahiman.

Ia mencari, menemukan dan mengumpulkan mereka yang lemah, miskin, menderita dan dipinggirkan. Ia menjadi pembangun jembatan, pontifex, yang menghubungkan antara Allah-manusia-semesta.

Katekese

Tiada seorang tabib pun dapat menghindari sumber penyakit. Santo Gregorius dari Nazianzus, 330-390:

“Ketika Yesus dikecam karena bergaul dengan para pendosa, dan mengangkat salah satu dari mereka sebagai murid-Nya, walau dia merupakan pemungut cukai, orang akan bertanya-tanya, “Keuntungan apa yang akan diperoleh-Nya?” (Luk. 15:2).

Hanya menyelamatkan pendosa. Menyalahkan Yeus karena pergaulan-Nya dengan pendosa akan serupa dengan menyalahkan seorang tabib karena memeriksa penyakit dan bau busuk untuk menyembuhkan si sakit.” (Oration 45, On Holy Easter 26).

Oratio-Missio

Tuhan Yesus, Juruselamat kami, ijinkan aku datang pada-Mu. Ketika hati kami dingin, Tuhan, hangatkanlah dengan kasih-Mu yang tanpa mementingkan diri sendiri. Ketika hati kami penuh noda dosa, bersihkanlah dengan darah-Mu yang tak terperikan nilainya.

Ketika hati kami lemah, kuatkahlah dengan Roh-Mu yang penuh suka cita. Ketika hati kami hampa, penuhilah dan hadirlah dalam hati kami. Tuhan Yesus, hati kami adalah milik-Mu, milikilah selalu dan kami persembahkan hati kami pada-Mu. Amin. (Doa Santo Agustinus, abad ke-4).  

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk membangun persekutuan sehati-sejiwa dalam komunitas tempat aku tinggal dan tumbuh dalam iman?

Non necesse habent sani medicum, sed qui male habent; non veni vocare iustos sed peccatores – Marcum 2:17

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version