Minggu. Hari Minggu Adven IV (U)
- Yes. 7:10-14
- Mzm. 24:1-2.3-4ab.5-6
- Rom. 1:1-7
- Mat. 1:18-24
Lectio
18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. 19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” 22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita. 24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.
Ia mengambil Maria sebagai isterinya, 25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
Meditatio-Exegese
Seorang perempuan muda akan mengandung, melahirkan anak laki-laki, dan menamakan Dia Imanuel
Menuruti perintah Allah, Nabi Yesaya bersama dengan anaknya laki-laki, Syear Yasyub (Yes. 7:3), menghadap raja Yehuda, Ahaz bin Yotam bin Uzia, salah satu keturunan Raja Daud. Ahas, yang menjadi raja ke-12 dari Kerajaan Selatan, berkuasa di Yudea pada 741-725 sebelum Masehi.
Ia merasa gentar dan ketakutan saat Yehuda dijepit oleh bangsa Siria yang berkoalisi dengan Israel, Kerajaan Utara. Mereka menakut-nakuti, karena Ahaz menolak bergabung dalam koalisi untuk melawan Asyur (2Raj. 16).
Musuh keturunan Daud itu bermaksud menunjuk orang lain menjadi raja menggantikan dirinya, walau itu melanggar janji Allah bahwa tahta Daud akan tetap bertahan melalui anak turunnya (bdk. 2Sam. 7:11b-16; 23:5).
Saat mengalami keraguan dan kegoncangan hati, Allah menjamin Ahaz bahwa rencana musuh tidak akan pernah berhasil dan ia harus tetap setia pada-Nya (Yes. 7:4-9).
Namun, sang raja kehilangan harapan dan meninggalkan nasihat Nabi Yesaya untuk kembali kepada Yahwe. Nabi meminta Ahaz untuk memohon tanda dari Allah untuk menjamin nubuatnya (Yes. 7:10-11).
Permintaan akan tanda menjadi bukti bahwa Allah menjamin keselamatan seluruh keturunan Daud. Namun, Ahaz menunjukkan kepalsuan hati. Dengan penuh kemunafikan ia menolak pemintaan nabi.
Raja itu memilih berlindung dan memihak Asyur (Yes. 7:11-12). Terlebih, ia rela mengurbankan anak perempuannya untuk menjadi korban bakaran bagi Dewa Molokh, dewa bangsa Asyur, dan menyuap raja Asyur, Tiglatpileser III, dengan uang persembahan di Bait Allah untuk membantunya.
Allah melaksanakan rencana-Nya sendiri walau jalan-Nya ditolak manusia. Ia tetap hadir untuk meyakinkan bahwa Ia tak akan meninggalkannya. Walau ditolak seorang raja, Ia tetap setia pada umat-Nya. Walau umat-Nya dilanda krisis, melalui Nabi Yesaya, Ia terus menyalakan harapan.
Pada Ahaz, Allah berjanji (Yes. 7:14), “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”, Ecce, virgo concipiet et pariet filium et vocabit nomen eius Emmanuel.
Nabi Yesaya bernubuat bahwa ha almah, kata Ibrani, dengan makna: perempuan muda atau perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Imanuel, Allah menyertai kita. Nubuat ini bermakna yang melahirkan Sang Imanuel pasti bukan permaisuri raja
Sang ibu harus perawan. Dan di masa depan tak akan ada pangeran keturunan Daud yang menurunkan anak itu. Terlebih, tidak ada seorang pun keturunan Daud yang berkuasa di Israel dan Yehuda diberi nama Imanuel.
Maka, pasti orang yang disemati gelar Imanuel bukanlah salah seorang yang menduduki tahta Daud di Yehuda pada masa ini.
Tradisi para Rasul tidak mengikuti terjemahan yang mendua arti dari kata ha almah, yang dimaknai sebagai perempuan muda, seperti pada teks yang diakui tradisi Yahudi, Masoretik.
Gereja mengikuti terjamahan tepat dengan satu makna yakni: η παρθενος, he parthenos, anak dara atau seorang perempuan yang belum pernah memiliki relasi seksual dengan seorang laki-laki, perawan.
Santo Matius menyingkapkan pemenuhan nubuat Nabi Yesaya akan seorang perawan, Maria dari Nazaret. Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki dari wangsa Daud, Mesias, Yesus Kristus, yang akan memerintah Kerajaan Allah yang kekal.
Penulis Injil mencatat juga panggilan pada Santo Yusuf, dari wangsa Daud, untuk mengambil Maria sebagai isterinya, karena ia telah mengandung seorang anak karena kuasa Roh Kudus dan anak itu akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa (Mat. 1:18-21).
Santo Matius mengaitkan pemenuhan nubuat nabi, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita.” (Mat. 1:22-23).
Dan pada saat Ia naik ke Surga, Yesus, sungguh Allah sungguh manusia, memenuhi seluuh janji Allah saat bersabda (Mat 28:20), “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”, Et ecce ego vobiscum sum omnibus diebus usque ad consummationem saeculi.
Apa yang dirasakan Nabi Yesaya digemakan oleh Santo Paulus bahwa Allah tertap setia dan pasti memenuhi janjiNya, “sekalipun tidak ada dasar untuk berharap.” (Rm. 4:18).
Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf
Janji Allah pada Ahaz setahap demi setahap mencapai kepenuhannya, ketika Ibu Maria bersedia menjadi Ibu Tuhan (Luk. 1:26-38). Maria, yang menjadi tunangan Yusup, mengandung sebelum menikah. Maka, ia harus menanggung dang menghadapi tantangan yang begitu berat dan sulit.
Ia harus menilik ulang imannya pada Allah. Ia harus mampu menjawab pelbagai tantangan dari keluarganya sendiri, termasuk Bapak Yoyakim dan Ibu Anna; dan Yusuf, tunangannya, serta seluruh keluarganya. Ibu Maria harus memikul tanggung jawab yang demikian berat.
Pada jaman itu, belum pernah terdengar bahwa ada seorang bayi yang dilahirkan tanpa ada bapak menurunkannya. Maria harus menerima pengecualian yang berlawanan dengan hukum kodrat ini. Ibu Maria menghadapi tuntutan dan tantangan iman dan janji Allah.
Di samping itu, Ibu Maria belum menikah. Kehamilan di luar ikatan perkawinan dianggap najis pada waktu itu. Ibu Maria hanya bertunangan dengan Jusup, suatu ikatan yang mungkin hanya berlangsung satu tahun.
Ibu Maria tahu dan sadar akan bahaya yang mengancam bila Yusup dan keluarganya menolaknya. Ia sadar akan hukuman yang diatur dalam Kitab Taurat.
Hukum itu ditulis, “… dibawa ke luar ke depan pintu rumah ayahnya, dan orang-orang sekotanya haruslah melempari dia dengan batu, sehingga mati – sebab dia telah menodai orang Israel dengan bersundal di rumah ayahnya.” (Ul. 22:20-21).
Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu
Jikalau Yusup bertindak sesuai dengan hukum Taurat, Ibu Maria pasti sudah mati dirajam. Namun, karena ia seorang yang tulus hati, maka, ia tidak mau mempermalukan tunangannya.
Digunakan ungkapan μη θελων, me thelon, dari kata dasar θελειν, thelein, tidak mau, yang bermakna: kehendak yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Dengan cara ini Yusup mengambil tindakan yang mengatasi segala keadilan.
Keputusan yang diambil Yusup adalah meninggalkan Ibu Maria dengan diam-diam. Ia menghormati misteri yang melingkupi tunangannya dan tetap membiarkan ibu dan janin di kandungan tidak mati.
Ia tidak ingin keduanya mati karena hukum rajam. Maka, Yusup bertindak adil dengan cara menyelamatkan Maria dan Yesus.
Pada mereka yang meyakini hukum pembalasan, seperti yang diajarkan kaum Farisi dan ahli Taurat, serta komunitas Yudeo-Kristen di Palestina dan Siria saat itu, Santo Matius mengingatkan: “Inilah yang akan terjadi jika kalian menuruti hukum yang diajarkan kaum Farisi padamu. Mereka akan menghukum mati Mesias.”
Tuhan sendiri bersabda (Mat 5:20), “Aku berkata kepadamu : Jika keadilan kalian tidak lebih basar dari milik ahli Taurat dan kaum Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan surga.”, Dico enim vobis: Nisi abundaverit iustitia vestra plus quam scribarum et pharisaeorum, non intrabitis in regnum caelorum.
Maka, dalam seluruh hidup, karya dan tindakan-Nya, Yesus menunjuk pada teladan bapakNya, Yusup, dalam berlaku adil.
Engkau akan menamakan Dia Yesus
Yusup bertindak bijaksana. Ia mempertimbangkan keputusannya untuk meninggalkan Ibu Maria dengan diam-diam. Ia mencari kehendak Allah. Dan Malaikat Allah membantunya memahami panggilan Allah sesuai dengan kemampuan pikiran dan hati manusia.
Malaikat Allah meyakinkan Yusup bila kehamilan Ibu Maria adalah buah karya Roh Kudus. Roh yang melayang-layang di samudera raya pada saat penciptaan dunia (Kej. 1:2). Inilah penciptaan langit dan bumi yang baru seperti dinunuatkan Nabi Yesaya (Yes. 65:17).
Anak Maria mendapatkan dua nama: Yesus dan Imanuel. Iησους adalah kata Yunani dari kata Ibrani Yosua/Yehosua, Yahwe/Tuhan menyelamatkan. Kata Eμμανουηλ, Emmanouel, Allah menyertai kita.
Pada saat pembebasan dari perbudakan Mesir, Allah turun dari sorga (Kel. 3:8) dan bersabda pada Musa (Kel. 3:12; Yes 7:14), “Aku akan menyertai engkau”, Ego ero tecum.
Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan
Bangun dari tidur, Yusup melakukan seperti yang diperntah Malaikat Allah: mengambil Ibu Maria sebagai isterinya. Dan ia tidak bersetubuh dengan Maria, karena mengimani bahwa Yesus lahir dari Roh Kudus.
Katekese
Kristus adalah Cabang yang benar dari Daud. Santo Leo Agung, 400-461:
“Hanya ada satu-satunya obat dalam rahasia rencana ilahi yang dapat menolong seluruh umat manusia yang jatuh ke dalam jurang dosa (Yer 23:5-8). Obat ini adalah bahwa satu dari anak-anak Adam harus lahir tanpa noda dosa asal, karena harus menyelamatkan yang lain melalui teladan dan jasanya.
Keturunan ini tidak mungkin berasal dari manusia biasa. Tidak ada keturunan yang bersih dari benih yang ditaburkan. Kitab Suci bersabda, “Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorang pun tidak.” (Ayb. 14:4).
Tuhan dari Daud dilahirkan sebagai Anak Daud, dan berasal dari buah yang tumbuh dari cabang terjanji. Dialah yang tanpa noda dosa; dua kodrat ada dalam diri satu Pribadi.
Dialah yang dikandung dan dilahirkan: Tuhan kira, Yesus Kristus. Dalam Dia hadir Allah yang benar melalui karya-Nya yang agung dan manusia sejati yang menanggung derita sengsara.” (Sermon 28.3)
Oratio-Missio
“Tuhan Yesus Kristus, Engkau datang untuk menyelamatkan kami dari dosa dan kuasa maut. Semoga kami selalu bersyukur dan bersuka cita atas penyelamatan-Mu dan percaya pada rencana ilahiMu dalam hidup kami.”
- Apa yang perlu aku lakukan untuk taat pada Allah seperti Nabi Yeremia, Santa Maria atau Santo Yusup?
pariet autem filium, et vocabis nomen eius Iesum: ipse enim salvum faciet populum suum a peccatis eorum – Matthaeum 1: 21