Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Lectio Divina 18.12.2023 – Yesus, Emanuel

Lectio Divina 18.12.2023 – Yesus, Emanuel

0
Nama-Nya Emanuel, by Gerard van Honthorst, dilukis c. 1622

Senin. Pekan Adven III (U)

  • Yer. 23:5-8
  • Mzm. 72:1-2.12-13.18-19
  • Mat. 1:18-25

Lectio (Mat. 1:18-25)

18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. 19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.

20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”

22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: 23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.

24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, 25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Meditatio-Exegese

Waktunya akan datang bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud

Nabi Yeremia berasal dari keluarga imam Hilkia dan lahir di Anatot, dekat Yerusalem. Dipanggil sebagai nabi pada usia muda, kira-kira 25 tahun, sekitar tahun 626, dan melayani Allah hingga 580 sebelum Masehi.

Nabi Yeremia disebut sebagai manusia segala zaman. Ia mengalami masa kejayaan hingga penghancuran pemerintahan. Pembaharuaan hidup rohani hingga penghancuran Bait Allah. Kitabnya berisi tentang informasi melimpah keadaan para raja Yehuda terakhir, terutama pengepungan terhadap Yerusalem.

Saat nabi mengingatkan akan penyelewengan dari perjanjian dengan Allah dan kehancuran kerajaan Yehuda, ia justru dihukum dan disiksa. Bahkan, sanak saudaranya bersekongkol membunuhnya (Yer. 11:18-12:6).

Imam besar Bait Allah, Pasyhur, bahkan menyiksa dan memasungnya di pintu gerbang (Yer. 20:1-6). Setelah mengecam pelecehan ibadat di Bait Allah, sang nabi diadili dan dibebaskan dengan telanjang (Yer. 26).

Selama 12 tahun ia harus melarikan diri pada masa pemerintahan Raja Yoyakim. Bahkan, ketika kitab yang berisi khotbah-khotbahnya dibacakan di hadapan raja, sang raja bangkit dan merobek-robek serta membuangnya ke dalam api (Yer. 36).

Penderitaan lain terlalu banyak untuk dilukiskan. Namun, pengalaman batinnya yang sangat menyayat dicatat dan menjadi inspirasi (Yer. 11:18-12:6; 15:10-12; 17:12-18; 18:18-23; 20:7-18). Akhirnya, saat bangsanya dibuang ke utara, ke Babel, sang nabi dibuang ke selatan, Mesir. Di sana ia dibunuh dengan cara dilempari batu.

Kelak dalam masa Perjanjian Baru, Yesus mengidentifikasi diri dan menghayati warisan Nabi Yeremia. Ia mengajar dengan perumpamaan, ditolak, diadili, dipenjara, dan dibunuh. Ia menubuatkan kehancuran bangsa-Nya di tangan penguasa Romawi, sedangkan Nabi Yeremia mnubuatkan kehancuran bangsanya di tangan Babel karena ketidak taatan.

Di hadapan Raja Yeyoakim atau Konya, 598 sebelum Masehi, yang memerintah selama tiga bulan, sang nabi mengecam sang raja. Keturunan Daud itu menolak mendengarkan Allah sejak masa muda (Yer. 22:20-21). Karena ketidak setiaannya pada Allah, seluruh bangsa dibuang ke Babel (Yer. 22:22-23).

Sang nabi meluapkan makian panjang (Yer. 22:24-30) dan nubuat tentang kekalahan melawan Nebukadnezar serta dibuang tanpa ada harapan untuk kembali, seperti terjadi pada 587 sebelum Masehi. Namun, di balik kekecewaannya, sang nabi menyingkapkan kehendak Allah untuk mengutus seorang anak Daud, yang bertindak sebagai Gembala yang baik.

Ia akan mengumpulkan domba-doma yang tersebar dan mengembalikan ke padang rumput yang hijau. Ia dikenal sebagai Tunas Adil bagi Daud dan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan melakukan keadilan dan kebenaran (Yer. 23:1-2).

Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf

Janji Allah pada Yeyoakim setahap demi setahap mencapai kepenuhannya, ketika Ibu Maria bersedia menjadi Ibu Tuhan (Luk. 1:26-38). Maria, tunangan Yusup, mengandung sebelum menikah. Maka ia harus menghadapi begitu banyak tantangan iman pada Allah dan kepercayaannya pada keluarga dan Yusup.

Ibu Maria harus memikul tanggung jawab yang demikian berat. Pada jaman itu, belum pernah terdengar bahwa ada seorang bayi yang dilahirkan tanpa ada bapak menurunkannya.

Ibu Maria harus menerima pengecualian yang berlawanan dengan hukum kodrat ini. Ia menghadapi tuntutan dan tantangan iman dan janji Allah.

Di samping itu, Ibu Maria belum menikah. Maka, kehamilah di luar ikatan perkawinan dianggap najis. Ia hanya bertunangan dengan Yusup, suatu ikatan yang mungkin hanya berlangsung satu tahun. Ia tahu dan sadar akan bahaya yang mengancam bila Yusup dan keluarganya menolaknya. 

Ia sadar akan hukuman yang diatur dalam Kitab Taurat, “…dibawa ke luar ke depan pintu rumah ayahnya, dan orang-orang sekotanya haruslah melempari dia dengan batu, sehingga mati – sebab dia telah menodai orang Israel dengan bersundal di rumah ayahnya.” (Ul. 22:20-21).

Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu

Jikalau Yusup bertindak sesuai dengan hukum Taurat, Ibu Maria pasti sudah mati dirajam. Namun, karena ia seorang yang tulus hati, maka, ia tidak mau mempermalukan tunangannya.

Ungkapan “tidak mau”, μη θελων, me thelon, dalam teks Santo Matius berasal dari kata dasar θελειν, thelein, yang bermakna: kehendak yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Dengan cara ini Yusup mengambil tindakan yang mengatasi segala keadilan.

Yusup memutuskan meninggalkan Ibu Maria dengan diam-diam. Ia menghormati misteri yang melingkupi tunangannya dan tetap membiarkan ibu dan janin di kandungan tidak mati karena ancaman perajaman. Tindakan keadilan Yusup menyelamatkan Maria dan Yesus.

Pada mereka yang meyakini hukum pembalasan, seperti yang diajarkan kaum Farisi dan ahli Taurat, serta komunitas Yudeo-Kristen di Palestina dan Siria saat itu, Santo Matius mengingatkan, “Inilah yang terjadi jika kalian menuruti hukum yang diajarkan kaum Farisi padamu. Mereka akan menghukum mati Mesias.”

Yesus menunjuk pada teladan bapak-Nya, Yusup, dalam berlaku adil saat bersabda (Mat. 5:20), Aku berkata kepadamu: Jika keadilan kalian tidak lebih basar dari milik ahli Taurat dan kaum Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan surga”, Dico enim vobis: Nisi abundaverit iustitia vestra plus quam scribarum et pharisaeorum, non intrabitis in regnum caelorum.

Engkau akan menamakan Dia Yesus

Yusup bertindak bijaksana. Ia mempertimbangkan keputusannya untuk meninggalkan Ibu Maria dengan diam-diam. Ia mencari kehendak Allah. Dan Malaikat Allah membantunya memahami panggilan Allah sesuai dengan kemampuan pikiran dan hati manusia.

Malaikan Allah meyakinkan Yusup bila kehamilan Ibu Maria adalah buah karya Roh Kudus. Roh yang melayang-layang di samudera raya pada saat penciptaan dunia (Kej. 1:2). Inilah penciptaan langit dan bumi yang baru seperti dinunuatkan Nabi Yesaya (Yes. 65:17).

Anak Maria mendapatkan dua nama : Yesus dan Imanuel. Iησους, Iesous, adalah kata Yunani dari kata Ibrani Yosua/Yehosua, Yahwe/Tuhan menyelamatkan; Eμμανουηλ, Emmanouel, Allah menyertai kita.

Pada saat pembebasan dari perbudakan Mesir,  Allah turun dari surga (Kel. 3:8) dan bersabda pada Musa (Kel. 3:12; Yes 7:14), “Aku akan menyertai engkau”, Ego ero tecum.                 

Bangun dari tidur, Yusup melakukan seperti yang diperintah Malaikat Allah: mengambil Ibu Maria sebagai istrinya. Dan ia tidak bersetubuh dengan Ibu Maria, karena mengimani bahwa Yesus lahir dari Roh Kudus.  

Katekese

Kristus adalah Cabang yang benar dari Daud. Santo Leo Agung, 400-461: “Hanya ada satu-satunya obat dalam rahasia rencana ilahi yang dapat menolong seluruh umat manusia yang jatuh ke dalam jurang dosa (Yer. 23:5-8).

Obat ini adalah satu dari anak-anak Adam harus lahir tanpa noda dosa asal, karena harus menyelamatkan yang lain melalui teladan dan jasanya. Keturunan ini tidak mungkin berasal dari manusia biasa.

Tidak ada keturunan yang bersih dari benih yang ditaburkan. Kitab Suci bersabda, “Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak.” (Ayb. 14:4). Tuhan dari Daud dilahirkan sebagai Anak Daud, dan berasal dari buah yang tumbuh dari cabang terjanji.

Dialah yang tanpa noda dosa; dua kodrat ada dalam diri satu Pribadi. Dialah yang dikandung dan dilahirkan: Tuhan kira, Yesus Kristus. Dalam Dia hadir Allah yang benar melalui karya-Nya yang agung dan manusia sejati yang menanggung derita sengsara.” (Sermon 28.3)

Oratio-Missio

Tuhan, ajarilah kami untuk selalu percaya pada rencana ilahi-Mu dalam hidup kami. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk taat pada Allah seperti Nabi Yeremia, Santa Maria atau Santo Yusup?

pariet autem filium, et vocabis nomen eius Iesum: ipse enim salvum faciet populum suum a peccatis eorum  – Matthaeum 1:21

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version