Home BERITA Lectio Divina 19.11.2024 – Mencari dan Menyelamatkan Yang Hilang

Lectio Divina 19.11.2024 – Mencari dan Menyelamatkan Yang Hilang

0
Aku akan singgah ke rumahmu, by James Tissot

Selasa. Minggu Biasa XXXIII, Hari Biasa (H)

  • Why 3:1-6.14-22.
  • Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5
  • Luk 19:1-10

Lectio

1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. 2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. 3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.

4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. 5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”

6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. 7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” 8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. 10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Meditatio-Exegese

Berpura-pura tidaklah pantas bagi umur kami, supaya janganlah banyak pemuda kusesatkan

Kisah Eleazar, ahli Taurat yang berusia lanjut, sembilan puluh tahun, menyingkapkan keteladanan iman. Di tengah tekanan dan ancaman, ia tidak menggugurkan imannya pada Yahwe dan tahu konsekuensi yang harus ditanggungnya.

Santo Gregorius dari Nazianze menyebut “Eleazar adalah yang terbesar dari mereka yang menderita karena membela iman sebelum kedatangan Kristus. Seperti Stefanus adalah yang pertama dari antara mereka yang menanggung derita karena Kristus.” (Orationes, 15,3).

Dalam tradisi asketik, matiraga, Eleazar menjadi teladan iman karena keteguhan hatinya. “Pribadi yang teguh hati adalah dia yang tetap setia melakukan apa yang ditunjukkan oleh suara batinnya.

Ia tidak pernah menghiraukan upah dari tugas kewajibannya yang memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri. Ia melakukan karena ia hendak melayani sesama. Orang yang kuat seperti ini sekarang akan menderita.

Tetapi ia tetap berdiri kokoh. Ia tidak hirau akan tetesan air mata, tetapi akan mengusapnya. Ketika kesulitan datang dan mendera, ia tidak akan menyerah kalah.”

Sesaat sebelum gugur, Eleazar berkata (2Mak. 6:30), “Tetapi dalam jiwa aku menderita semuanya itu dengan suka hati karena takut akan Tuhan.”, secundum animam vero propter ipsius timorem libenter haec patior.

Seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai

Yesus “datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk. 19:10). Salah satu yang hilang dan dicari-Nya: Zakheus.

Zakheus, ἀρχιτελώνης – arkhitelones, kepala pemungut cukai, bekerja memungut pajak untuk penjajah Romawi. Maka, setiap kali keliling menarik pajak tanah (tributum agri), misalnya, ia pasti dikawal oleh sepasukan berkuda Romawi.  

Maka, para pemungut cukai, termasuk Zakheus, pasti dibenci, dikucilkan, bahkan, dikutuk oleh sesama kaum Yahudi. Ajaran para rabbi Yahudi dengan jelas menyatakan hal berikut.

  • Para pemungut cukai sama dengan “para pembunuh dan perampok” (Talmud Babilonia, Baba Qama 113a; Nedarim 3.4).
  • Seperti kesaksian para penjahat lainnya, kesaksian pemungut cukai di muka pengadilan dinyatakan tidak sah dan terkutuklah mereka bagi keluarga mereka sendiri (bdk. Sanhedrin, 25b).
  • Para pemungut cukai dilarang masuk dan ambil bagian dalam tiap kegiatan keagamaan di sinagoga (Nedarim 3.4).
  • Pemungut cukai dilarang menukarkan uang mereka di perbendaharaan Bait Allah (Talmud Babilonia,10.1).
  • Para rabi mempertimbangkan bahwa umat diizinkan untuk menghindari pembayaran pajak dengan membuat laporan pajak palsu (Nedarim 27, 28a).

Semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut

Zakheus pasti telah mengumpulkan informasi tentang Yesus. Ia sudah sampai pada kesimpulan bahwa Yesus adalah orang baik dan benar dan disertai Allah. Ia selalu “berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.” (Kis. 10:38; Mat. 4:23; 9:35; Luk. 8:1).

Sadar akan kebaikan hati Yesus, Zakheus ingin menjumpai-Nya. Ia merindukan  belas kasih, pengampunan dan peneguhan untuk selalu bertindak benar. Keputusan untuk menjumpai Yesus bukanlah perkara mudah bagi Zakheus.

Zakheus harus ke luar rumah, menyusuri lorong jalan kota tempatnya tinggal. Ia harus bergabung dengan  kerumunan orang banyak. Usahanya tidak membuahkan hasil. Ia tidak dapat menjumpai Yesus, karena terhalang orang banyak, sebab badannya pendek (Luk. 19:3).

Ia harus kreatif mencari cara untuk menarik perhatian Yesus, termasuk melakukan apa yang tak terbayangkan. Melupakan harga diri, membiarkan diri menjadi bahan tertawaan. Memanjat pohon ara.

Ia seperti orang buta di pinggir jalan Yerikho. Menarik perhatian Yesus dengan mencampakkan martabat palsu yang dibangun melalui perilaku palsu.

Ia yakin akan tindakannya benar. Walau orang banyak mentertawakan dan menjadikannya bahan olok-olok, Ia dapat melihat wajah Yesus dari atas pohon. Zakheus telah melakukan yang terbaik.

Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini

Melihat Yesus bermakna melihat keselamatan yang berasal dari-Nya. Yesus melihat dan merasakan kerinduan hatinya. Tidak seperti manusia yang “melihat apa yang di depan mata”, tetapi Yesus “melihat hati” (bdk. 1Sam. 16:7).

Orang banyak, yang sebangsa dengan Yakheus, memandangnya tanpa belas kasih. Mereka juga memandang Yesus sebagai orang yang segolongan dengan pemungut cukai, karena Ia mau singgah dan makan bersama kepala pemungut cukai Yerikho dan kawan-kawannya.

Yesus memperlakukan Zakheus, yang merendahkan diri, dengan cara luar biasa. Ia memanggil namanya dan nama tiap pribadi sebagai seorang pribadi.

Ia mengenal masing-masing, sebab nama masing-masing dilukis di telapak tangan-Nya (bdk. Yes. 49:16). Sabda-Nya, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk. 19:5).

Yesus bertindak menyelamatkan yang hilang seperti seorang gembala. Yesus menggenapi apa yang dilakukan seorang gembala. Setelah menjamin keselamatan kawanan yang ditinggalkan, Ia mencari ke setiap jengkal tanah, menemukan, memanggul dan membawa domba yang hilang pulang dengan suka cita (bdk. Luk. 15:4-7; Luk 19:10).

Nabi Yehezkhiel menubuatkan tugas pengutusan Yesus (Yeh. 34:16), “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi.”, Quod perierat, requiram et, quod eiectum erat, reducam et, quod confractum fuerat, alligabo et, quod infirmum erat, consolidabo et, quod pingue et forte, custodiam.

Kehadiran Yesus di rumah Zakheus menggerakkan seluruh hidupnya untuk berubah. Si kepala pemungut cukai mengubah citra yang retak menjadi citra yang utuh seperti saat diciptakan-Nya (bdk. Kej. 1:27). Ia mengalami μετανοια, metanoia, pertobatan.

Pertobatannya diwujud nyatakan dalam tindakan, bukan sekedar kesalehan dan kemegahan upacara keagamaan. 50 % kekayaannya  diberikan untuk kaum miskin.

Yang pernah dirugikannya karena penarikan pajak atau pemerasan diganti empat kali lipat (Luk. 19:8). Bertindak berdasarkan hukum Romawi, yang dilakukannya melampaui tuntutan Taurat.

Atas seluruh perubahan hidup yang dialami Zakheus, Yesus mengungkapkan syukur atas keselamatan yang dianugerahkan pada si pemungut cukai. Maka, ia juga menjadi anak Abraham, yang mengimani Allah yang berbelas kasih dan penuh kerahiman.

Sabda-Nya (Luk. 19:9), “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham”, Hodie salus domui huic facta est, eo quod et ipse filius sit Abrahae.

Setelah menyatakan keselamatan dianugerahkan kepada Zakhaeus dan rumahnya, Yesus menyingkapkan tugas pengutusan yang harus dilaksanakan-Nya (Luk. 19:10), “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”, venit enim Filius hominis quaerere et salvum facere, quod perierat.

Katekese

Tatapan mata Zakheus dan Yesus. Paus Fransiskus, Buenos aires, 17 Desember 1936:

Tatapan mata Zakheus. Dia adalah orang Yahudi yang memungut pajak untuk penguasa penjajah, Romawi. Ia dipandang sebagai pengkhianat tanah airnya dan mengambil untung dari pekerjaan itu. Maka, Zakheus kaya raya dan dibenci oleh semua. Ia dicap sebagai pendosa.

Ia dilukiskan ‘berbadan pendek’ (Luk. 19:3), dan barangkali bentuk tubuhnya juga menyingkapkan apa yang terkandung dalam jiwanya. Ia hanya orang biasa saja dan berlaku tidak jujur dengan tatapan selalu ke bawah.  Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa ia kecil.

Tetapi, Zakheus ingin memandang Yesus. Sesuatu di dalam hati menggerakkannya untuk memandang-Nya. “Berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.” (Luk. 19:4).   

Ia memanjat pohon ara. Zakheus, yang suka memerintah orang lain, menjadikan dirinya bahan terawaan dan mengambil jalan penghinaan diri untu memandang Yesus. Mari kita sedikit berandai-andai, misalnya, seorang menteri keuangan memanjat pohon untuk melihat sesuatu, ia pasti sedang mempertaruhkan harga diri untuk dihina.

Dan Zakheus mempertaruhkan harga diri untuk dihina hanya untuk melihat Yesus. Tindakannya pun mengundang orang mentertawakan dirinya. Walau ia pendek, ia merasa harus mencari jalan lain untuk memandang Kristus.

Ia belum mengenal-Nya, tetapi ia menantikan seseorang yang akan membebaskannya dari tekanan batin – hidup moral yang tak pantas dan diangkat keluar dari kubangan lumpur.

Inilah yang terpenting: Zakheus mengajar kita bahwa, dalam hidup, kita tidak pernah tersesat. Mari kita sadari bahwa kita tidak pernah tersesat. Kita selalu menemukan kesempatan dan kehendak untuk memulai lagi.

Kita memulai yang baru, bertobat. Bertobat lagi, memulai lagi, membarui lagi.  Inilah yang selalu dilakukan Zakheus.

Tatapan mata Yesus. Inilah hal yang paling menentukan. Yesus diutus Bapa untuk mencari yang hilang. Ketika Ia lewat kota Yerikho, Ia tepat melewati pohon yang dipanjat Zakheus.

Injil melukiskan, “Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk. 19:5). Inilah lukisan yang indah, karena Yesus harus memandang ke atas, yang berarti Ia memperhatikan Zakheus dari bawah.

Inilah sejarah keselamatan: Allah tidak pernah mengabaikan kita – tak pernah. Ia tak pernah mempermalukan kita – tak pernah. Tak pernah mengadili kita – tak pernah.

Sebaliknya, Ia merendahkan diri hingga membasuh kaki kita. Ia memandang kita dari bahwa dan memulihkan martabat kita.

Dengan cara ini, perjumpaan tatapan mata Zakhues dan Yesus nampaknya meringkas seluruh sejarah keselamatan. Manusia, dengan seluruh kemalangan hidupnya, merindukan penebusan. Tetapi, yang paling utama, Allah, yang berbelas kasih, mencari dan menyelamatkan ciptaan-Nya.” (Angelus, Lapangan Santo Petrus, 30 Oktober 2022)

Oratio-Missio

Tuhan, datanglah dan tinggallah bersamaku. Penuhilah hatiku dengan damai-Mu, rumahku dengan kehadiran-Mu, dan hatiku dengan pujian bagi-Mu. Jadikanlah aku alat-Mu untuk menyalurkan kebaikan hati-Mu, belas kasih-Mu dan kerahiman-Mu bagi semua orang, terutama mereka yang kurang suka padaku. Amin.

  • Apa yang perlu kita lakukan untuk melihat Yesus?

Hodie salus domui huic facta est, eo quod et ipse filius sit Abrahae – Lucam 19:9

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version