Home BERITA Lectio Divina 19.2.2025 – Menyembuhkan Yang Buta, Memulihkan Iman

Lectio Divina 19.2.2025 – Menyembuhkan Yang Buta, Memulihkan Iman

0
Yang buta dijadikan-Nya melihat, by Eustache Le Sueur

Rabu. Minggu Biasa VI, Hari Biasa (H)

  • Kej. 8: 6-13. 20-22
  • Mzm. 116:12-13.14-15.18-19
  • Mrk. 8:22-26            

Lectio

22 Setibanya Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida, orang membawa kepada-Nya seorang buta. Mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menyentuh dia. 23 Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar desa.

Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya kepadanya, “Sudahkah kaulihat sesuatu?” 24 Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, “Aku melihat orang berjalan-jalan, mereka kelihatan seperti pohon-pohon.”

25 Lalu Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. 26 Lalu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata, “Jangan masuk ke kampung itu.” 

Meditatio-Exegese

Setibanya Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida

“Celakalah engkau Khorazim. Celakalah engkau Betsaida. Sebab, jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dengan berkain kabung dan abu.” (Mat. 11:21; Luk. 10:13). Betsaida dikutuk karena penduduk kota itu tidak mau bertobat dan mengikuti ajaran Yesus.

Betsaida, rumah atau tempat menangkap ikan, terletak di ujung utara Danau Galilea. Desa ini merupakan tempat kelahiran Simon-Petrus dan Andreas, sebelum mereka pindah ke Kapernaum. Desa ini juga merupakan tanah kelahiran Filipus (Yoh. 1:44; 12:21).  

Diperkirakan pada tahun 67-70 kota ini diratakan dengan tanah. Kota ini dapat ditemukan kembali pada sekitar tahun 1980 oleh arkeolog anggota tarekat Benedictine.

Memegang tangan orang buta itu , membawa ke luar desa, meludahi mata dan meletakkan tangan-Nya  

Santo Markus yang mencatat dan mengisahkan penyembuhan orang buta untuk menyingkapkan proses penyembuhan bertahap.

Dalam tradisi alkitabiah, kebutaan melambangkan kegelapan rohani dan kekerasan hati (Yes. 6:9-10; Mat. 15:43; 23:16-26; Yoh. 9:41; 12:40). Kebutaan ini dialami oleh para murid Yesus ketika mereka gagal paham akan makna seluruh karya Yesus (bdk. Mrk. 8:17-21).

Orang tuli yang disembuhkan Yesus tak hanya melambangkan ketidak mampuan para murid mendengarkan Sang Sabda. Tetapi juga, melambangkan ketidak mampuan mereka memahami apa yang dinyatakan kepada mereka.

Orang Betsaida membawa orang buta kepada Yesus dan memohon supaya Ia memegangnya. Yesus ternyata mengajak orang itu ke luar desa, menjauh dari kerumunan orang banyak.

Mungkin Yesus hendak menjalin relasi yang lebih pribadi (bdk. Mrk. 5:35-43; 7:31-37) dan menghindari ketenaran (Mrk. 8:26). Orang itu ternyata mau mengikuti apa yang diminta Yesus  dan percaya pada-Nya.

Inilah salah satu dari tiga mujizat yang dikerjakan Yesus secara diam-diam dan hanya dicatat Santo Markus, seperti kisah penyembuhan orang tuli-bisu (Mrk. 7:31-36). Para rasul menjadi saksi tanda heran yang dibuat Tuhan. 

Penyembuhan orang buta itu melalui dua tahap. Yesus meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya, “Sudahkah kaulihat sesuatu?”

Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, “Aku melihat orang berjalan-jalan, mereka kelihatan seperti pohon-pohon.” (Mrk. 8:23-24). Karena pandangan orang itu masih kabur, Yesus melanjutkan dengan langkah berikut. Ia meletakkan tangan-Nya pada mata orang itu.  

Santo Markus mencatat rinci tindakan-Nya (Mrk. 8:25), “Lalu Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.”, Deinde iterum imposuit manus super oculos eius; et coepit videre et restitutus est et videbat clare omnia.

Ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas (Mrk. 8:26). Melalui pengolesan ludah di mata orang buta itu, tindakan penyembuhan menunjukkan bahwa kesembuhan berasal dari Sang Sabda, sama seperti saat penciptaan (bdk. Kej. 1:3.6.9.11, dst).

Penyembuhan orang buta di Betsaida dan perkembangan iman para rasul dan jemaat yang dibina Santo Markus berlangsung identik. Keduanya membutuhkan proses dan penyerahan diri pada Sang Penyembuh.

Secara perlahan, pada tahap awal,  Santo Markus mengajak para jemaatnya untuk mengakui Yesus sebagai Mesias, seperti pengakuan Petrus (Mrk. 8:29). Namun, Mesias yang diakui Petrus adalah Mesias palsu seperti dikehendaki orang  kebanyakan: pahlawan perang, pengusir penjajah, raja, atau nabi akhir jaman.

Sedangkan Yesus datang sebagai Hamba Yahwe yang melayani Allah, yang mengutus-Nya. Paham yang menolak salib seperti diungkapkan Petrus pasti pemahaman yang keliru (bdk. Mrk. 8:32-33). Pandangan ini berpijak pada ajaran bahwa orang yang mati di salib adalah orang yang dikutuk Allah (Ul. 21:22-23). 

Namun, justru melalui salib, kematian dan kebangkitan, Ia mengalahkan dosa, setan dan maut. Maka, pengakuan iman akan berpuncak pada saat bersama-sama dengan perwira Romawi di bawah salib berseru (Mrk. 15: 39), Sungguh, orang ini Anak Allah.”, Vere homo hic Filius Dei erat.

Katekese

Karena sabda ilahi Kristus, ia melihat kembali. Bapa Gereja tak dikenal pada abad ke-5:  

“Yesus meludah, dan meletakkan tangan-Nya di pulupuk mata si buta, karena Ia hendak menunjukkan betapa mengagumkan dampak sabda Ilahi yang melekat pada tindakan-Nya. Karena tangan merupakan simbol karya, dan ludah simbol sabda yang keluar dari mulut.

Sekali lagi ia bertanya pada si buta itu apakah ia dapat melihat sesuatu, yang tidak Ia lakukan pada mereka yang disembuhkan-Nya. Dengan cara ini Ia menunjukkan bahwa yang lemah dalam iman dan dibawa ke hadapan-Nya, dan yang merasa dirinya sendiri buta, kedua matanya tidak dapat dibuka secara bersama-sama.

Di situ terjadi: Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, “Aku melihat orang berjalan-jalan, mereka kelihatan seperti pohon-pohon.” Hal itu terjadi karena ia masih dipengaruhi ketidak percayaan, sehingga ia berkata bahwa yang dilihat masih samar-samar.

Tetapi, dari semula, saat panca inderanya pulih, Ia menuntun orang itu memahami segala-galanya melalui terang iman. Dengan cara ini, orang itu melihat dengan sempurna.

Sesudah itu dikisahkan, Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Ia disembuhkan panca inderanya dan akal budinya.” (Commentary on Mark 8:22-25, selama berabad-abad dianggap ditulis Santo Yohanes Chrysostomus, tetapi kemudian diakui sebagai Pseudo-Chrysostomus dan ditulis oleh Bapa Gereja tak dikenal). 

Oratio-Missio

Tuhan, bukalah mata hatiku agar aku berjalan dalam kebenaran, tekun mengasihi sesama dan tidak terantuk pada kegelapan dosa. Amin.                  

  • Apa yang harus aku lakukan supaya semakin mengenal Yesus?

Deinde iterum imposuit manus super oculos eius; et coepit videre et restitutus est et videbat clare omnia – Marcum 8:25

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version