Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Lectio Divina 19.9.2024 – Iman yang Menyelamatkan

Lectio Divina 19.9.2024 – Iman yang Menyelamatkan

0
Membasuh kaki-Nya, by Ann Marie Campbell

Kamis. Minggu Biasa XXIV, Hari Biasa (H)

  • 1Kor. 15:1-11
  • Mzm 118:1-2.16ab-17.28
  • Luk 7:36-50

Lectio

36 Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. 37 Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.

38 Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.

39 Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.”

40 Lalu Yesus berkata kepadanya: “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” Sahut Simon: “Katakanlah, Guru.”

41 “Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. 42 Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?”

43 Jawab Simon: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.” Kata Yesus kepadanya: “Betul pendapatmu itu.”

44 Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.

45 Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. 46 Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. 47 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.”

48 Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni.” 49 Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: “Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?”

50 Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat.” 

Meditatio-Exegese

Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya

Tak hanya orang Athena (Kis. 17:32), tetapi juga beberapa orang Korintus menolak pewartaan Paulus tentang kebangkitan badan, termasuk kebangkitan Yesus (bdk. 1Kor. 15:12.29.32). Penolakan itu dilandasi pemahaman bahwa tubuh adalah penjara jiwa.

Maka, kematian diterima sebagai pembebasan dari pemenjaraan. Jiwa tidak dapat mati, teapi kebangkitan badan tidak masuk akal. Kepercayaan seperti ini dipandang sebagai kepercayaan yang sia-sia (1Kor. 15:2).

Maka, Paulus menyerukan agar umat berpegang teguh pada kepercayaan yang benar sesuai dengan kebenaran iman yang diterima dan diteruskan dari Gereja. Bukan ia yang menjadi pemrakarsa atau menerima dari Tuhan, tetapi dari anggota Gereja Perdana yang lain dan menyampaikan kepada umat.

Pertama-tama, Paulus melukiskan inti tradisi yang mengajarkan pokok iman, berikut. Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia, sesuai dengan Kitab Suci; Ia telah dikuburkan; dan, Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci (1Kor. 15:3-4).

Kemudian disusul daftar penampakan Yesus kepada para saksi yang masih hidup saat surat ditulis. Pertama, kepada Kefas atau Petrus (Luk. 24:34). Kemudian kepada kedua belas murid (Luk. 24:36-53; Yoh. 20:19-29). Mereka masih disebut ‘Dua belas’, walaupun Yudas Iskariot sudah tidak lagi bersama mereka dan, kelak, digantikan Mathias (Kis. 1:15-26).

Kemudian, disebut penampakan secara bersama kepada 500 murid, yang masih hidup pada saat Paulus menulis suratnya dan bersaksi tentang kebenaran yang ia wartakan. Tak diketahui pasti kapan terjadi, tetapi diperkirakan sebelum kenaikan-Nya ke surga (Mat. 28:10.16-20). Penampakan pada orang dalam jumlah besar ditulis untuk meyakinkan orang Korintus dan menepis keraguan mereka (bdk. 1Kor. 15:12-24).

Kemudian, Ia menampakkan Diri-Nya pada Yakobus, Uskup Yerusalem (Kis. 15:13), bukan Yakobus anak Zebedeus atau anak Alfeus. Yang dimaksud adalah Yakobus saudara sepupu Tuhan (Mat. 13:55), yang nampaknya belum percaya pada-Nya (Yoh. 7:5) tetapi terhitung sebagai murid yang hadir di Ruang Atas setelah kebangkitan-Nya (Kis. 1:14).

Akhirnya, Ia menampakkan Diri-Nya secara luar biasa kepada Paulus, yang sedang dalam perjalanan pengutusan ke Damaskus untuk menumpas para murid Tuhan. Mungkin peristiwa ini terjadi tiga tahun setelah kebangkitan Yesus dan mengubah seluruh hidup Paulus (Kis. 9:3-19a).

Dan setelah peristiwa penampakan itu, Paulus bekerja luar biasa untuk Dia yang telah dianiayanya. Ia bekerja bukan untuk dan karena kesombongan dirinya, tetapi karena kasih karunia Allah (1Kor. 15:10).

Santo Augustinus menulis, “Bukan hanya karena aku, tetapi Allah besertaku. Maka, bukan melulu karena kasih karunia Allah, atau karena diriku sendiri, tetapi karena kasih karunia Allah dan diriku.” (De Gratia Et Libero Arbitrio, V, l2).

Maka, tiap pribadi diharapkan (1Kor. 15:2) “Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya.”, per quod et salvamini, qua ratione evangelizaverim vobis, si tenetis.

Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini

Simon, si Farisi, seolah berbaik hati mengundang dan menjamu Yesus di rumahnya. Namun, membalik kebaikan hati semu, Yesus mau menunjukkan belas kasih yang tak terbatas.

Pembaca dihadapkan pada sikap Yesus yang berlawanan dengan sikap Simon ketika menghadapi orang yang diasingkan dari komunitas yang seharusnya menopang hidupnya.

Yesus tahu siapa perempuan itu dan mengampuninya. Simon juga tahu, tapi ia menghidar. Dengan cara ini ia menutup kesempatan orang yang membutuhkan bantuan untuk pulih.

Inilah dalih yang dibuat orang Farisi itu (Luk. 7:39), “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini.”, Hic si esset propheta, sciret utique quae et qualis mulier.

Ada dua orang yang berhutang

Menggunakan perumpamaan tentang utang-piutang yang juga mirip dengan Mat 18:23-35, tentang pegawai yang bengis, Yesus menyingkapkan hati Allah. Ia bersedia merengkuh petobat, penuh belas kasih dan kerahiman. 

Yesus menyingkapkan kasih yang meluap-luap memancar dari hati yang remuk redam karena dosa dan diampuni. Santo Petrus mengatakan (1Ptr. 4:8), “Kasih menutupi banyak sekali dosa.”, caritas operit multitudinem peccatorum

Sebaliknya, sikap hati berbeda meluap dari sang tuan rumah, seorang Yahudi saleh-terpelajar, sangat hafal ayat demi ayat dan melaksanakan hukum Taurat dengan seksama.

Santo Lukas memperlawankan sikap yang berlawanan itu, “Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.

Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.” (Luk. 7:44-46).   

Setiap pribadi, termasuk perempuan yang dianggap berdosa itu, mengungkapkan rasa syukur atas pengampunan, kebaikan hati dan belas kasih yang ditunjukkan Yesus padanya. Ia memulihkan relasi dengan Allah yang dirusaknya sendiri.

Pemulihan itu bukan terjadi karena jasanya, tetapi karena kebaikan hati Allah. Yang dituntut dari manusia adalah iman akan Dia, sikap batin untuk menggantungkan hidup pada-Nya.

Sabda-Nya (Luk. 7:50), “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat.”, Fides tua te salvam fecit; vade in pace.

Katekese

Mukjijat penyembuhan untuk dosa perempuan itu. Santo Ephrem, Orang Siria, 306-373.

“Kemuliaan seorang dokter adalah menyembuhkan si sakit. Tuhan kita melakukan hal ini untuk mempermalukan si Farisi, yang melecehkan martabat  Sang Penyembuh abadi.

Ia membuat tanda heran di jalanan, dan melakukan hal yang lebih besar lagi di dalam rumah, ketika ia masuk rumah si Farisi itu. Di jalan ia menyembuhkan orang yang sakit fisik, di dalam rumah, Ia menyembuhkan jiwa yang sakit.

Di luar, Ia membangkitkan Lazarus dari kematian. Di dalam, ia memberi hidup pada jiwa perempuan yang berdosa itu.

Ia memulihkan jiwa yang telah meninggalkan tumbuh, dan mengusir dosa yang tinggal dalam tubuh perempuan itu. Orang Farisi buta itu, yang tak percaya akan mukjijat besar, melecehkan hal kecil yang ia lihat, karena gagal memahami karya agung Allah di pelupuk matanya.” (Homily On Our Lord  42.2)

Oratio-Missio

Tuhan, rahmat-Mu selalu cukup bagiku. Penuhilah hatiku dengan kasih pada-Mu dan kehendak untuk selalu bersyukur atas belas kasih-Mu padaku. Tuntunlah aku untuk mengampuni dan melayani sesama dengan sukacita, kebaikan hati dan rasa hormat. Amin. 

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mengembangkan sikap batin mudah mengampuni?

Dixit autem ad mulierem, “Fides tua te salvam fecit; vade in pace.” – Lucam 7:50

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version