Home BERITA Lectio Divina 20.03.2021 – Gagal Mengenali-Nya

Lectio Divina 20.03.2021 – Gagal Mengenali-Nya

0
Ilustrasi: belum pernah ada orang berbicara seperti Dia by Vatican News.

Sabtu. Pekan Prapaskah IV (U)

  • Yer. 11:18-20.
  • Mzm. 7:2-3.9b-10.11-12.
  • Yoh. 7:40-53

Lectio

40 Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” 41 Yang lain berkata: “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea. 42  Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.”

43 Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. 44 Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuh-Nya. 45 Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak membawa-Nya?”

46 Jawab penjaga-penjaga itu: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” 47 Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: “Adakah kamu juga disesatkan? 48  Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? 49 Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!”

50 Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: 51 “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” 52 Jawab mereka: “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.” 53 Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya.

Meditatio-Exegese

Marilah kita  melenyapkannya, sehingga namanya tidak diingat orang lagi

Nabi Yeremia, lahir di desa Anatot, utara Yerusalem, dari keluarga imam. Melayani Allah sebagai sebagai nabi dalam kurun waktu 40 tahun, Yeremia mengalami masa keemasan wangsa Daud di bawah Raja Yosia, 639-609, ketika seluruh bangsa, raja dan para imam membaharui iman mereka pada Yahwe. 

Namun setelah tahun 609, sang nabi menyaksikan kemerosotan dan kehancuran wangsa Daud. Dinasti yang berkuasa selama kurun waktu 443 tahun, 1025-587, hancur ketika Yerusalem diratakan dengan tanah dan penghuninya dibuang ke Babel.

Sebenarnya Yeremia, yang  menghendaki kedamaian, tidak ingin menjadi nabi. Panggilan sebagai nabi pasti menimbulkan aniaya. Tetapi, sulit baginya untuk mengelak dari Allah (Yer. 20:7). Ia bahkan hendak melupakan Allah, tetapi ia tidak mampu melakukannya.

Saat nabi hendak melupakan Allah dan tidak mau mewartakan sabda-Nya, dalam hatinya “ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.” (Yer. 20:9).

Sang nabi mengalami ancaman pembunuhan oleh sanak saudaranya sendiri (Yer. 11:18-12:6). Imam Agung Pasyhur memasungnya di pintu gerbang Benyamin (Yer 20:1-6). Ia hendak dibunuh karena mencela umat yang tidak setia kepada Yahwe (Yer 26). Raja Yoyakim menyobek-sobek kitab yang berisi khotbahnya dan membuang ke perapian lembar demi lembar (Yer 36).

Selama setahun, 588-587, ketika Yerusalem dikepung, Yeremia ditawan di penjara. Setelah itu, ia dimasukkan ke dalam kolam air, supaya mati. Tetapi ia diselamatkan oleh sida-sida dari Etiopia, Ebed-Melekh (Yer. 38).

Saat Yerusalem direbut orang Babel, mereka menemukan Yeremia dirantai, menunggu dibuang ke Babel (Yer. 44:1-6). Ia sendiri, akhirnya dibuang ke Mesir. Dan menurut legenda, sang nabi wafat di negeri asing dengan cara dirajam oleh orang-orang sebangsanya.

Yeremia menuliskan keluh kesah dan penderitaan batin yang dialami dalam pengakuan yang sangat terkenal (Yer. 11:18-12:6; 15:10-12; 17:12-18; 18:18-23; 20:1-18). Ungkapan kesedihan dan derita sang nabi begitu menyayat, “Tetapi aku dulu seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih, aku tidak tahu bahwa mereka mengadakan persepakatan jahat terhadap aku, 

“Marilah kita binasakan pohon ini dengan buah-buahnya! Marilah kita  melenyapkannya dari negeri orang-orang yang hidup, sehingga namanya tidak diingat orang lagi!” (Yer. 11:18-19).

Diancam dibunuh oleh siapa saja yang mendengarkan wartanya, Yeremia tidak membalas dendam. Ia berpegang teguh pada sabda-Nya, “Hak-Kulah dendam dan pembalasan.” (Ul 32:35). Maka, kepada Allah, ia berkata (Yer. 18:20), “Kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.”, tibi enim revelavi causam meam.

Timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia

Dalam bab 7, Yohanes membenarkan timbulnya pelbagai macam pendapat tentang Yesus di kalangan umat Yahudi. Tak jarang mereka sendiri mengalami kebingungan bila menyangkut Yesus.

Sanak saudara-Nya memiliki pendapat bahwa Yesus harus menemukan panggung di Yerusalem (Yoh. 7:2-5). Orang banyak mengatakan dan memuji-Nya sebagai orang baik (Yoh. 7:12). Beberapa mengatakan, “Ia ini benar-benar nabi yang akan datang!”

Sebaliknya, ada yang lain lagi mengatakan, “Ia adalah penyesat.” (Yoh. 7:12). Orang lain lagi mengecam-Nya sebagai orang yang tidak berpendidikan (Yoh. 7:15).

Masing-masing pendapat memiliki landasan pikir dan tradisi yang dipegang teguh. Mereka berpendapat bahwa Mesias tidak mungkin berasal dari Galilea. Ia harus berasal dari Bethlehem, tempat asal Raja Daud.

Sangat sedikit orang yang benar-benar mampu mengenali Yesus. Pengenalan mereka sangat dangkal, karena yang mereka hanya tahu tempat di mana Ia dibesarkan, Nazaret (Mat 2:23). Padahal kira-kira tiga puluh satu atau tiga puluh dua tahun sebelumnya, beberapa pribadi mampu mengenali siapa Yesus sebenarnya.

Mereka yang mengenali Mesias, Kristus, Yang Diurapi, adalah pribadi-pribadi bersahaja. Zakharia dan Elizabet, orangtua Yohanes Pembaptis (Luk. 1:5-25. 39-56), para gembala domba (Luk. 2:8-20),Simeon dan Hana (Luk. 2:21-40), tiga orang Majus (Mat. 2:1-12), dan, Yohanes Pembaptis, yang kesaksiannya mereka tolak (Yoh. 1:19-36; 3:22-36).

Hanya Santo Matius yang mencatat bahwa Yesus adalah sama dengan Nabi Yeremia (Mat. 16:14). Jemaat Santo Matius rupanya melihat persamaan antara hidup Yesus dengan Nabi Yeremia.

Mereka berdua ditolak oleh umat. Mereka mengalami banyak kesengsaraan ketika menyampaikan pesan Allah. Terlebih, mereka dibunuh dengan kejam. 

Mereka berdua juga hidup di babak paling kelam sejarah bangsa terpilih. Nabi Yeremia menyaksikan kehancuran Yerusalem dan pembuangan ke Babel lima setengah abad sebelum Yesus lahir.

Yesus menubuatkan kehancuran Bait Allah, yang dipugar Herodes Agung, dan Yerusalem. Nubuat-Nya benar terjadi tahun 70, saat Jenderal Titus meluluh-lantakkan seluruh Israel.

Tentang Yesus, suara para tokoh dari kalangan imam, Saduki  dan Farisi dalam Mahkamah Agama Yahudi. Sebelumnya mereka mengutus tentara Bait Allah untuk menangkap Yesus.

Tetapi para tentara itu membangkang. Mereka beralasan, “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (Yoh. 7:46).

Maka para pemimpin menuduh bahwa Yesus telah menyesatkan mereka. Terlebih, para pemimpin buta itu juga menuduh umat sebagai kaum yang bodoh dan tidak mengenal Hukum Taurat.

Sebaliknya, mereka merasa diri sebagai yang paling tahu akan sabda Allah dan Kitab Suci dan tradisi (Yoh 7:49).

Hanya Nikodemus, seorang di antara para pemimpin agama itu, masih memiliki akal sehat. Dia menjumpai Yesus di malam hari untuk bersoal jawab tentang kelahiran kembali (Yoh. 3:1-21). 

Ia meminta majelis agama untuk mengundang Yesus dan meminta penjelasan-Nya. Katanya pada mereka, “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” (Yoh 7:51). Mereka segan melakukan, kendati tahu ketetapan itu (bdk. Ul. 18:22-26). 

Para anggota Sanhedrin tidak mau mengubah pikiran. Mereka tetap berkeyakinan bahwa tidak ada nabi berasal dari Galilea. Mereka menganggap rendah sesama, termasuk Yesus.

Mereka membantah (Yoh. 7:52), “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea!”, Numquid et tu ex Galilaea es? Scrutare et vide quia propheta a Galilaea non surgit!   

Akhirnya, para pemimpin itu lupa untuk mendalami pesan Allah tentang Hamba Yahwe. Mereka luput merenungkan Hamba Yahwe yang menderita dan menang sesuai nubuat Nabi Yesaya (Yes. 42: 1-9; 49: 1-6; 50: 4-9; 52: 13-53, 12; 61: 1-2).   

Katekese

Tidak dengan berlalu, tetapi dengan mengasihi. Santo Augustinus, uskup Hippo, 354-430:

“Kita mendekati Allah tidak dengan cara berlalu, melenggang begitu saja. Tetapi kita harus mengsihi-Nya. Semakin murni kasih kita pada-Nya dan semakin besari usaha kita untuk mengasihi-Nya, Ia akan semakin dekat dengan kita.

Maka, bagi-Nya, siapa pun yang selalu hadir di mana-mana dan mempersembahkan diri secara utuh pada-Nya, kita harus terus maju tidak dengan kaki kita, tetapi dengan nilai moral yang kita wujud-nyatakan.

Kita menilai sesuatu atau seseorang tidak berlandaskan pengetahuan kita, tetapi dengan kasih kita.” (dikutip dari Letter 155,13)

Oratio-Missio

  • Allah yang kekal, yang menerangi budi kami agar kami mengenal Engkau; Engkaulah sukacita hati kami agar kami mengasihiMu; dan Engkaulah kekuatan kehendak kami agar melayani-Mu.  Anugerahilah kami dengan rahmat yang cukup untuk mengenal-Mu, agar kami mampu benar-benar mengasihi-Mu; tanpa henti mengasihi-Mu; serta melayani-Mu dengan sepenuh hidup kami. Melayani-Mu selalu menjadi kebebasan kami yang sempurna. Dalam Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin. (Doa Santo Augustinus, terjemahan bebas)
  • Apa yang perlu aku lakukan supaya  mengenal Yesus tanpa kesulitan?

Numquid et tu ex Galilaea es? Scrutare et vide quia propheta a Galilaea non surgit! – Ioannem 7:52  

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version