Senin. Pekan Biasa XXV.
Peringatan Wajib Santo Andreas Kim Taegon dan Paulus Chong Ha-sang dkk. Martir Korea (M)
- Ezr. 1:1-6
- Mzm. 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6
- Luk. 8:16-18
Lectio
16 “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.
17 Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.
18 Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”
Meditatio-Exegese
Ia menempatkan pelita di atas kaki dian
Bermaksud membina jemaatnya untuk memahami, mencerna dan melaksanakan sabda-Nya, Santo Lukas menempatkan kumpulan tiga perumpaan pendek tepat setelah perumpaan tentang benih dan penjelasan Yesus tentang perumpamaan itu.
Dalam perumpamaan pendek ini, Yesus tidak memberikan penjelasan tentang makna. Ia mengandaikan semua pendengar sabda-Nya sudah mengerti dengan sendirinya. Setiap orang diandaikan sudah tahu bagaimana mempersiapkan cahaya , di mana meletakkannya dan bagaimana menggunakannya.
Cahaya selalu dibutuhkan untuk mengusir kegelapan. Allah menciptakan terang untuk mengusir kegelapan, saat Ia bersabda (Kej 1:3), “Jadilah terang.”, Fiat lux.
Setiap pribadi pun membutuh cahaya di saat gelap. Dalam rumah tangga, cahaya dibutuhkan untuk menerangi ruang.
Dalam keseharian di rumah tangga Palestina pada saat Yesus hidup, pelita diletakkan di tengah meja. Dari situlah ia menjadi sumber penerang untuk saling membagi suka duka hidup, mendidik anak, membaca dan, bahkan bekerja.
Demikian juga, sabda Allah selalu menjadi sumber terang dalam ketika kegelapan melanda. Pemazmur bermadah dan percaya, (Mzm 119:105), “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”, Lucerna pedibus meis verbum tuum et lumen semitis meis.
Terang mencapai kepenuhannya dalam diri Yesus Kristus (Yoh 8:12), “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”, Ego sum lux mundi; qui sequitur me, non ambulabit in tenebris, sed habebit lucem vitae.
Sama seperti terang, iman yang hidup dalam diri pembaca Injil Lukas harus dipancarkan kepada seluruh dunia. Sama pula dengan benih yang harus ditaburkan di tanah untuk menghasilkan buah, pelita diletakkan di tempat tinggi dan dibawa ke manapun untuk mengusir kegelapan.
Tiap anggota jemaah dianugerahi karunia iman untuk dibawa dan diwartakan. Karunia yang disembunyikan pasti menjadi sia-sia (bdk. 1Kor. 12: 4-26; Rm. 12: 3-8).
Tidak ada sesuatu yang tersembunyi
Berhadapan dengan Sang Terang, setiap murid-Nya harus mau menjadikan-Nya sebagai Terang. Ia pasti menghalau kegelapan dosa yang bersembunyi atau disembunyikan di setiap sudut hati dan jiwa.
Di hadapan-Nya setiap murid harus rela untuk dididik dan dibina menjadi suci. Di hadapan-Nya setiap orang harus berani membuka diri, menelanjangi seluruh hidup (bdk. Ayb. 1: 21).
Dengan menjadikan-Nya sebagai Sang Terang, pada gilirannya, para murid harus berani mewartakan Yesus.
Warta Suka Cita-Nya pasti menggoncang jiwa dan hati. Warta Sukacita pasti menghadapkan tiap orang pada pilihan: memeluk dosa atau mensyukuri rahmat; memilihak setan atau mengimani Tuhan; mendekati kejahatan atau melaksanakan sabda-Nya; berpihak pada kejahatan atau membela kebenaran.
Setiap murid-Nya harus berpihak pada-Nya, dingin atau panas. Ia tidak suam-suam kuku. “Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (Why 3:15-16).
Siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi
Sampai sekarang Yesus masih menjadi perbantahan bagi banyak orang. Yesus mengingatkan para murid untuk berhati-hati terhadap pandangan yang keliru tentang-Nya.
Ia sering dirindukan sebagai raja yang jaya, atau panglima yang memenangi tiap medan laga, atau penakluk penjajah. Pemahaman itu selalu berusaha mengelakkan dari pengajaran Yesus tentang salib, sengsara, pengejaran dan komitmen, dan kehilangan atas apa yang paling berharga dari para murid-Nya, yakni nyawanya sendiri.
Yang mempunyai Kerajaan Surga adalah mereka yang berpihak pada-Nya. Kepada mereka Ia memberikan hidup kekal.
Katekese
Sabda Allah seperti pelita yang menuntun langkah kita. Origenes dari Alexandria, 185-254:
“Kitab Suci tidak pernah menulis tentang lampu yang dapat diraba dengan tangan. Tetapi tentang lampu yang dapat dipahami. Orang pasti tidak ‘menyalakan’ lampu, lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya ‘di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian’.
Tempayan yang ada di rumah merupakan daya jiwa. Tempat tidur adalah tubuh. ‘Siapa pun yang masuk ke dalamnya’ adalah mereka yang mendengarkan suara Sang Guru…
Ia menyebut Gereja yang suci sebagai ‘kaki dian’. Melalui pewartaannya, Sang Sabda Allah menerangi siapa saja. Dan cahaya-Nya menyototi setiap orang yang ada di rumah dengan cahaya kebenaran, mengisi setiap akan budi dengan pengetahuan ilahi.” (dikutip dari Fragments On Luke 120, 122).
Oratio-Missio
Tuhan, tuntunlah aku dengan terang sabda-Mu. Penuhilah hati dan budiku agar aku dibebaskan dari kebutaan dosa dan tipu daya kegelapan. Dan dampingilah aku untuk memancarkan terang dan kebenaran-Mu melalui cara hidupku yang benar. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk menjaga supaya Sang Terang terus menyala dalam hatiku?
sed supra candelabrum ponit, ut intrantes videant lumen – Lucam 8:16.