Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Lectio Divina 21.01.2024 – Bertobatlah dan Berbaliklah Kepada Allah

Lectio Divina 21.01.2024 – Bertobatlah dan Berbaliklah Kepada Allah

0
Yesus menyerukan pertobatan dan mewartakan Kerajaan Allah, by James Tissot.

Minggu. Hari Minggu Biasa III, Hari Minggu Sabda Allah (H)

  • Yun. 3:1-5.10
  • Mzm. 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9
  • 1Kor. 7:29-31
  • Mrk. 1:14-20

Lectio

14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, 15 kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” 16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.

17 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” 18 Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. 19 Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu.

20 Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.

Meditatio-Exegese

Orang Niniwe berbalik dari tingkah lakunya yang jahat

Tokoh utama dalam kitab yang ditulis oleh penulis anonim sering disebut Yunus, bermakna merpati. Namanya menyingkapkan suatu ironi. Merpati selalu setia pada pasangan hidupnya; tetapi Yunus tidak setia pada panggilan Allah. 

Kitab Nabi Yunus sangat unik sebab satu-satunya kitab yang tersusun dari satu cerita lengkap dari awal, tengah dan akhir. Nabi Kecil ini adalah anak Amitai dari Gat Hefer di Zebulon (Yos. 19:13), sebelah timur-laut Nazareth dan berkarya pada masa Raja Yerobeam II, 787-747 (2Raj. 14:25). Di luar Yesus, hanya Yunuslah nabi yang berasal dari Galilea. 

Allah memanggil Yunus untuk mewartakan pertobatan pada Niniwe, kota besar itu di wilayah timur. Allah telah muak atas kejahatan mereka dan hendak menghancurkan ibu kota Babel.

Yunus enggan dan mencoba melarikan diri dari hadapan Allah. Ia pergi ke Tarsus dengan kapal (Yun. 1:1-3) dan terus hendak melanjutkan ke barat.

Ia enggan melaksanakan tugas perutusan-Nya karena ia berpegang pada paham bahwa iman akan Allah menjadi milik eksklusif bangsa Yahudi. Yunus pasti menggandaikan alasan kedua: seandainya Niniwe bertobat dan Allah mengampuni mereka, kerajaan itu pasti akan menyerang bangsa Yahudi  di barat. 

Pada panggilan kedua Yunus menaati Allah. Setelah merenungkan pengalaman buruk saat dihempas badai dan tiga hari tiga malam ada diperut ikan, hati Yunus mungkin melunak. Dalam tradisi Kitab Suci masa 3 hari menunjuk pada suatu peristiwa penting dalam rencana Allah dan akan terjadi pada hari ketiga.

Yunus dilepaskan dari perut pada hari ketiga; dan, Yesus dibangkitkan pada hari ketiga. Kedua peristiwa ini membawa keselamatan.

Kisah pertobatan orang Niniwe nampaknya sangat mirip dengan kisah pada Kitab Nabi Yeremia. Beberapa rincian menunjukkan persamaan penting antara kisah Yeremia dan Yunus. Yeremia dipanggil sebagai nabi bangsa-bangsa (Yer. 1:5); Yunus dipanggil secara khusus mewartakan kelembutan hati dan belas kasih  Allah di kota-kota bangsa asing.

Niniwe disebut sebagai kota yang besar, sama dengan sebutan Yerusalem dalam Kitab Nabi Yeremia (Yun. 1:2; 3:2; bdk. Yer. 22:8). Ungkapan tentang pertobatan bersejajar, “mereka masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.”(Yun. 3:8.10; bdk. Yer. 36:3.7).

Kesejajaran juga mencakup tentang usia. Yun. 3:5  mengungkapkan, “baik orang dewasa maupun anak-anak.”, yang dalam Vulgata, Kitab Suci diresmi yang digunakan Gereja Katolik, dipakai ungkapan a maiore usque ad minorem, mulai dari yang tua hingga yang muda, sehingga mencakup seluruh usia. Urutan usia itu dibalik dalam Kitab Nabi Yeremia, yakni: “dari yang muda hingga tua.”, a minore quippe usque ad maiorem (Yer. 6:13) dan ”a minimo usque ad maximum” (Yer. 8:10).

Panggilan untuk bertobat yang digemakan Nabi Yeremia (Yer. 36:3) ditolak Raja Yoyakim bin Yosia. Pesan yang dibacakan pada hari puasa bangsa Yehuda ditolak oleh sang raja. Ia merobek-robek dan membakar sabda Allah yang diucapkan melalui mulut Yeremia dan ditulis oleh Barukh.

Berbeda dengan raja Niniwe, saat mendengarkan seruan tobat oleh Nabi Yunus, “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” (Yun. 3:4). Sadar akan konsekuensi dari sikap melawan Allah, Yunus melakukan tiga hari perjalanan memutari seluruh penjuru kota.

Maka, seluruh penduduk kota, manusia dan binatang, berbalik mempercayai Allah, berhenti berbuat jahat. Mereka mengoyakkan hati mereka. Sang raja menetapkan puasa dan mewajibkan penggenaan kain kabung sebagai tanda sesal dan tobat.

Mereka memohon pengampunan pada Allah, yang diimani Yunus (bdk. Yer. 36:7-9; Yl. 2:12-13).  Pada merekalah Allah menyingkapkan belas kasih dan kerahiman-Nya.

Datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah

Yesus kembali ke Galilea, setelah Ia cukup lama berkarya di Yudea (Yoh. 1:43). Ia pergi ke Galilea setelah penangkapan Yohanes oleh Herodes Antipas, karena kecamannya atas perkawinan yang tidak halal. Yesus pergi ke Galilea dan memulai pelayanan-Nya di wilayah yang dikuasai Antipas, mungkin, untuk menghindari konflik berkepanjangan dengan kaum Farisi, Saduki dan para imam di Bait Allah di Yerusalem, wilayah Yehuda.

Ia memilih daerah Galilea untuk menggenapi nubuat Nabi Yesaya: bangsa yang tinggal dalam kekelaman akan melihat Terang dan di negeri yang dinaungi maut telah terbit Terang (bdk. Yes. 8:23-9:1). Galilea yang dikuasai Herodes Antipas, kaki tangan Kekaisaran Romawi, melambangkan kegelapan.

Kegelapan tidak akan mengalah Sang Terang (Yoh. 1:5; bdk. Kej. 1:3). Yesus yang mengambil peran sebagai Terang mewartakan Injil Allah, ευαγγελιον, euaggelion. Ungkapan Injil Allah digunakan juga oleh Santo Paulus (Rom. 1:1; 2Kor. 11:7; 1Tes. 2:2). Injil Allah bermakna sama dengan Injil Yesus (2Tes. 1:8).

Ungkapan Injil Yesus menyingkapkan keilahian Yesus. Yesus adalah Injil itu sendiri. Keselamatan yang ditawarkan Allah digenapi diriNya, melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. 

Yohanes ditangkap

Santo Markus menggunakan ungkapan παραδοθηναι, paradothenai, dari kata kerja παραδίδωμι, paradodimi, yang dalam bentuk pasif bermakna: ditangkap, dikhianati, diserahkan, dimasukkan dalam tahanan. Seperti Yohanes Pembaptis, Yesus akan mengalami peristiwa serupa (Mrk. 9:31; 10:33-34; 14:10-11, 18-21).

Yohanes tidak hanya mempersiapkan jalan bagi Yesus untuk pewartaan-Nya, tetapi juga sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Selanjutnya, yang ditangkap, diserahkan ke tangan mereka yang menentang Injil adalah mereka yang menjadi murid Yesus (Mrk. 13:10-12). Maka, memberitakan Ijil Allah dan ditangkap terdapat relasi yang sangat erat.

Yohanes memberitakan pertobatan (Mrk. 1:4) dan ditangkap (Mrk. 1:14; 6:17-19). Yesus mewartakan Kerajaan Allah (Mrk. 1:14-15) dan ditangkap (Mrk. 14:46). Para murid-Nya mewartakan Kerajaan Allah dan, kemungkinan, akan ditangkap juga (Mrk. 13:9-13).

Yohanes tidak hanya mempersiapkan kedatangan Tuhan yang pertama dengan menubatkan tentang sengsara yang akan ditanggung-Nya; ia juga menjadi teladan bagi mereka yang mempersiapkan kedatangan-Nya yang kedua dan mereka yang mempertaruhkan hidup seperti dialami-Nya. 

Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!

Santo Markus menyingkapkan sekarang adalah saat penting dan mendesak untuk berpihak pada Allah. Ungkapan yang digunakan bukan χρόνος, chronos, waktu milik manusia, tetapi ο καιρος, ho kairos.  Waktu milik Tuhan tidak sama dengan milik manusia.

Ia sudah hadir sekarang dan akan datang sesuai kehendak-Nya, seperti pencuri (Mat. 24:43). Maka, tiap murid Yesus dipanggil untuk menyesuaikan hidup selaras dengan kehendak-Nya. Maka, ketika saat itu, kairos, tiba, ia didapati-Nya pantas dan berjaga.

Allah datang sebagai Raja, yang berdaulat, meraja, memerintah dan mengatasi alam semesta. Kitab Suci mewartakan, ”Tuhan menegakkan takhta-Nya di surga, dan kerajaan-Nya memerintah atas segalanya” (Mzm. 103:19). Kerajaan-Nya melampaui apa yang bisa dibayangkan, karena mengasi langit dan kekal (bdk. Dan. 4:3). Kerajaan-Nya penuh kemuliaan, kuasa dan keagungan (Mzm. 145:11-13).

Kepada Anak Manusia, kerajaan itu diserahkan (Dan. 7:14,18,22,27). Dalam Perjanjian Baru, gelar Anak Manusia dikenakan pada Yesus, Sang Mesias, Kristus, Yang Diurapi.

Dan Bapa mengutus Anak-Nya tidak untuk mendirikan kerajaan dunia, tetapi Kerajaan Surga. Kerajaan itu diperintah oleh kebenaran, keadilan, damai sejahtera, dan kesucian. Kerajaan Allah menjadi inti tugas pengutusan-Nya.

Yohanes Pembaptis, Yesus dan para murid-Nya menuntut pertobatan. Tiap orang yang mau menerima warta Injil Allah harus bertobat untuk menerima pengampunan Allah. Paus Fransiskus mengajarkan, “Dalam Sakramen Pengampunan Allah menunjukkan kita jalan kembali kepada-Nya dan mengundang kita mengalami kembali kedekatan-Nya lagi.

Pengampunan ini dapat kita peroleh pertama-tama dengan mulai hidup dalam cinta kasih. Rasul Petrus

mengatakan hal itu kepada kita ketika ia menulis bahwa “kasih menutupi banyak sekali dosa” (1 Petr. 4:8).

Hanya Allah mengampuni dosa, tetapi Ia minta agar kita siap mengampuni kesalahan-kesalahan orang lain, sedemikian seperti Ia telah mengampuni kesalahan-kesalahan kita: “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni mereka yang bersalah kepada kami.” (Mat. 6:12). 

Alangkah menyedihkan jika hati kita tertutup dan tidak mampu mengampuni! Hal itu menimbulkan kebencian, kemarahan, balas dendam yang membuat hidup kita sengsara danmenghalangi komitmen penuh sukacita akan belas kasih.” (Surat Apostolik Belas Kasih Dan Penderitaan, Misericordia Et Misera, 8).

Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia

Para murid yang dipanggil Yesus di tepi danau bukan berasal dari kalangan terpilih, kaum elit. Mereka berasal dari kalangan orang biasa, nelayan yang bau amis ikan.

Mereka juga tidak pernah mengikuti sekolah atau pendidikan khusus, seperti para ahli Taurat dan Farisi. Terlebih, mereka tidak memiliki mentalitas untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri atau kelompok sendiri.

Para murid dipilih dan diharapkan mampu melaksanakan tugas perutusan dari-Nya. Mereka selalu terbuka untuk ditegur, diarahkan dan dibimbing-Nya. Bahkan, beberapa kali dimarahi karena keras hati dan sulit memahami kehendak Dia yang memilih mereka.

Ia mengundang tiap pribadi datang dan tinggal pada-Nya. Ia juga mengundang untuk menarik semua orang pada-Nya melalui cara hidup, berbicara, dan bersaksi tentang suka cita Injil. Sabda-Nya terus bergema (Mrk 1:17), “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”, Venite post me, et faciam vos fieri piscatores hominum.

Santo Paulus menguatkan, “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa” (2 Kor 2:14-15).

Katekese

Belas kasih dan  kerahiman Allah mengalir kepada segala bangsa karena pertobatan. Santo Clemen dari Roma, wafat 100:

“Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus.” (Mat 12:41).

Hal ini tidak mengejutkan, karena, dalam tradisi Gereja, orang Niniwe mengacu pada model pertobatan, ”Mari kita membuang jauh-jauh pikiran manusia sepanjang masa, dan memandang betapa Tuhan, dari satu generasi ke generasi lain, menganugerahkan waktu untuk bertobat kepada siapa saja yang hendak berbalik kepadaNya.

Yunus mewartakan keselamatan, dan mereka yang mendengarkannya diselamatkan. Yunus menyatakan pada orang Niniwe bahwa kota mereka akan ditunggangbalikkan dan meeka bertobat dari dosa mereka dan memohon pengampunan pada Allah; mereka diselamatkan karena kuasa permohonan mereka, walaupun mereka bukan termasuk bagian bangsa terpilih.” (Ad Corinthios, 7, 5-7).

Oratio-Missio

Tuhan, Engkau telah memanggilku dengan menyebut namaku, sama seperti Engkau memanggil murid-murid-Mu yang pertama, Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes. Bantulah aku untuk percaya pada sabda-Mu, mengikuti-Mu dan mewartakan Injil-Mu dengan setia. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk bertobat dan menjadi penjala manusia bagi-Nya?

“Venite post me, et faciam vos fieri piscatores hominum” – Marcum 1:17

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version