Home BERITA Lectio Divina 21.08.2020 – Hukum Utama

Lectio Divina 21.08.2020 – Hukum Utama

0
Ilustrasi - Yesus di antara para Farisi by Flemish School

Jumat. Peringatan Wajib Santo Pius X (P)

  • Yeh. 37:1-14
  • Mzm. 107:2-3,4-5,6-7,8-9
  • Mat. 22:34-40

Lectio

34  Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka 35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 36 “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”

37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Meditatio-Exegese

Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?

Perselisihan pendapat dengan kaum Farisi terjadi berkali-kali. Setelah Yesus membungkam mereka saat Ia dituduh mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan (Mat 12:24), Santo Matius menyajikan pencobaan yang lain: mempertanyakan hukum yang terutama dan utama di Yerusalem. Maka, ditampilkan ahli hukum Taurat dengan keahlian mengintepretasikan sisi hukum dari sabda Allah yang harus diberlakukan dalam hidup  sehari-hari.

Setelah membungkam kaum Saduki, kini giliran kaum Farisi yang mencobai Yesus. Kata yang digunakan: πειραζων, peirazon, mencobai, menjerat. Kata ini juga dipakai dalam Mat 4:1-11 saat setan mencobai atau menjerat Yesus agar mengikuti kemauannya.

Kaum Farisi bertanya tentang hukum manakan yang paling utama dalam hukum Taurat, di antara 613 perintah dan larangan dalam Kitab Taurat dan sejumlah besar ulasan para guru Yahudi, rabbi.

Mereka bertanya bukan untuk mencari kebenaran, tetapi mencari cara untuk menjelekkan Yesus atau menjerat-Nya supaya punya dalih untuk menghukum-Nya. Dan Yesus mengejutkan mereka dengan jawaban sederhana, mendalam dan menyingkapkan kehendak Bapa-Nya.

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dan Kasihilah sesamamu manusia

Yesus meringkas dua perintah yang terdapat dalam Kitab Ulangan: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ul. 6:5), dan Kitab Imamat: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Im. 19:18). Ungkapan yang digunakan adalah kata kerja αγαπησεις, agapeseis, dari kata dasar agapao.  

Karya Allah melulu mengasihi. Ia adalah kasih dan seluruh karya-Nya mengalir dari kasih-Nya untuk manusia (1Yoh. 3:1, 4:7-8, 16).

Ia mengasihi kita terlebih dahulu (1Yoh. 4:19) dan kasih kita pada-Nya merupakan jawaban atas kebaikan dan belas kasih-Nya pada manusia. Yesus juga memerintahkan untuk mengasihi sesama manusia (1Yoh. 4:21), ”Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”, qui diligit Deum diligat et fratrem suum.

Akan tetapi, jika manusia mengasihi manusia hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tanpa pernah menghadirkan Allah, kasihnya menjadi halangan untuk mengungkapkan dan melaksanakan perintah pertama; maka kasihnya belumlah sempurna.

Maka kasih yang dicurahkan untuk sesama demi kepentingan Allah menjadi bukti nyata bahwa manusia mengasihi Allah. Santo Yohanes menulis, ­“Jikalau seorang berkata, “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta”, (1Yoh. 4:20).

Dengan demikian, perintah pertama dan terutama tercakup dalam kasih tanpa syarat pada Allah; yang kedua merupakan niat hati, konsekuensi dan buah dari yang pertama.

Santo Thomas Aquino berkata, “Ketika manusia dikasihi, Allah juga dikasihi, karena manusia merupakan citra Allah” (bdk.   Commentary on St. Matthew, 22:4).

Paus Benediktus XVI menegaskan dalam Ensiklik Deus est Caritas, “Marilah kita mengenang para kudus, yang mewujudkan kasih dengan cara yang istimewa. Kenangan kita secara khusus terarah pada Martinus dari Tours († 397), prajurit yang menjadi rahib dan uskup: dia hampir seperti sebuah ikon, gambaran akan kesaksian kasih pribadi yang nilainya tak tergantikan.

Di pintu gerbang Amiens, Martinus membagi dua mantelnya dan memberikannya pada seorang miskin: Yesus sendiri, yang pada malam itu menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dengan mengenakan mantel tersebut.

Hal itu menegaskan kebenaran abadi dari apa yang dikatakan dalam Injil, “Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian … segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:36.40) .

Katekese

Mengasihi Allah dengan hati, budi dan jiwa.   Origenes dari Alexandria, 185-254 :

“Layaklah dia, yang dilimpahi segala anugerah, yang bersuka cita karena kebijaksanaan Allah, karena telah memiliki hati yang penuh dengan kasih pada Allah dan jiwa yang sepenuhnya diterangi oleh pelita pengetahuan dan budi yang dipenuhi oleh sabda Allah.  Lalu, hidup mengikuti bahwa anuggerah-anugerah itu yang sebenarnya berasal dari Allah.

Ia akan memahami bahwa semua hukum dan nabi dengan cara yang sama merupakan bagian dari kebijaksanaan dan pengetahuan akan Allah. Ia akan memahami bahwa semua hukum dan nabi tergantung dan taat pada pengajaran akan kasih pda Tuhan Allah dan kasih pada sesama; dan bahwa kesempurnaan kekudusan tercakup dalam kasih.” (dikutip dari Commentary on Matthew 13).

Oratio-Missio

  • Tuhan, kasih-Mu mengatasi segala. Penuhilah hatikuku dengan kasihMu; kuatkanlah iman dan harapanku. Bantulah aku untuk memberikan seluruh diriku dalam pelayanan kepada sesama dengan murah hati, seperti Engkau bermurah hati padaku. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mengasihi Allah?  

In his duobus mandatis universa Lex pendet et Prophetae – Matthaeum 22: 40

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version