Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Lectio Divina 21.3.2024 – Allah Tetap Allah

Lectio Divina 21.3.2024 – Allah Tetap Allah

0
Bapa-Ku memuliakan Aku, by Pixabay

Kamis. Minggu Prapaskah V, Hari Biasa (U)

  • Kej. 17:3-9
  • Mzm. 105:4-5.6-7.8-9
  • Yoh. 8:51-59

Lectio

51 Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” 52 Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan.

Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. 53 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?”

54 Jawab Yesus: “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, 55 padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia.

Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. 56 Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.”

57 Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” 58 Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.”

59 Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.

Meditatio-Exegese

Engkau kerasukan setan

Perbedaan pendapat antara Yesus dengan para pemimpin agama Yahudi, kaum Farisi dan ahli Taurat terus menajam. Mereka menuduh, “Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?” (Yoh. 8:48.52).

Mereka mencap Yesus sebagai orang Samaria. Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah bangsa yang telah menyimpang dari ajaran agama Yahudi resmi.

Mereka mencampuradukkan agama Yahudi dengan kepercayaan asing; memisahkan diri dari ibadat di Bait Allah di Yerusalem; dan mendirikan tempat ibadat di Gunung Gerizim. Jadi mereka memandang Yesus sebagai pemberontak terhadap apa yang mereka yakini sebagai ajaran yang benar.

Tuduhan bahwa Yesus kerasukan setan berarti mereka menyangkal Yesus berasal dari Allah. Mereka mengira bahwa hanya merekalah anak-anak Allah (Yoh. 8:41). Terlebih, bagi mereka, Yesus berasal dari setan.

Maka, dengan tuduhan ini, mereka secara jelas telah memisahkan diri dari Yesus. Relasi dengan-Nya menjadi tidak mungkin dipulihkan.

Ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya

Ketika Yesus bersabda, “Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” (Yoh. 8:51), Ia terus mengundang mereka untuk percaya kepada-Nya. Ketika percaya kepada-Nya, manusia tidak mengalami kematian kekal.

Tentang ayat ini, Santo Agustinus dari Hippo, 354-430, menerangkan, “Kematian yang dimaksudNya tidak lebih dari kematian lain yang menyebabkan Ia datang untuk membebaskan kita, yakni kematian kedua.

Kematian itu adalah kematian abadi, maut dari neraka, maut bagi orang-orang berdosa, yang disebarkan oleh setan dan para malaikatnya! Kematian ini adalah kematian yang sebenarnya; kematian jenis lain hanya merupakan sebuah sarana.” (Tractates on the Gospel of John 43.10-11).

Ketika Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham, Ia menetapkan perjanjian itu menjadi “perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.” (Kej. 17:7).

Yesus datang untuk memenuhi perjanjian itu sehingga kita mengenal Allah dan dipersatukan dengan-Nya kini dan kelak. Mengenal Allah dan mengasihi-Nya hanya mungkin dengan cara mempercayai dan melakukan sabda Yesus.

Aku ada

Yesus menantang umat untuk menerima sabda-Nya sebagai penyataan kasih Allah kepada mereka. Tetapi, mereka sulit sekali menerima pesan-Nya. Ia begitu bersatu dengan Bapa, sehingga apa yang disabdakan atau dilakukan Yesus selalu sesuai dengan kehendak Bapa.

Ia bersabda, “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya.” (Yoh. 8:54-55).

Yesus mengajak para pemimpin agama itu untuk bercermin diri dari-Nya: Ia tidak memuliakan diri; Ia mengenal Bapa; dan Ia bukan pendusta. Ternyata, bukan para pemimpin agama itu; tetapi, justru Abrahamlah bersuka cita menyambut-Nya (Yoh. 8:56).

Orang Yahudi semakin marah, ketika mereka tidak memahami sabda-Nya. Ketidakpahaman itulah membawa mereka pada kebencian. Dan pada gilirannya, mereka berniat, merancang  dan melaksanakan rencana pembunuhan pada-Nya.

Padahal, Ia menyingkapkan siapa diri-Nya dengan nada sangat meriah, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58). Ungkapan ‘Aku telah ada’, dalam terjemahan bahasa Indonesia (TB) memiliki aspek modalitas masa lalu.

Sedangkan ungkapan yang digunakan Santo Yohanes, ego sum menggemakan ungkapan Kel. 3: 14, εγω ειμι, EGO EIMI. Dalam Vulgata digunakan ungkapan Ego sum qui sum. Baik ungkapan Yunani maupun Latin menggunakan penanda waktu present, sekarang, dengan makna keberadaan-Nya dimulai sejak semula hingga sekarang dan sepanjang masa.

Surat kepada umat Ibrani menulis (Ibr. 13:8), “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” Iesus Christus heri et hodie ipse et in saecula.

Katekese

Kristus mati agar engkau hidup. Santo Agustinus dari Hippo, 354-430 

“Bagimu Kristus membiarkan diri disalib, untuk mengajarkan pada kerendahan hati. Ia hidup, dan engkau mati. Ia mati agar engkau hidup. Allah mengalahkan kematian agar kematian tidak menguasai manusia.” (Sermon on John 2,4;14,13). 

Oratio-Missio

Tuhan, semoga sabdaMu tinggal dalam hatiku dan bibirku, agar aku dapat berjalan dalam hidup dan bertindak benar seturut kehendak-Mu. Amin.

  • Apa yang harus kulakukan untuk membuktikan kesetiaanku pada-Nya walau di tengah acaman, termasuk pandemi? 

Amen, amen dico vobis: Antequam Abraham fieret, ego sum – Ioannem 8:58.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version