Minggu. Hari Minggu Biasa XVI (H)
- Yer. 23:1-6
- Mzm. 23:1-3a.3b-4.5b
- Ef. 2:13-18
- Mrk. 6:30-34
Lectio
30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. 31 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika.” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.
32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. 33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.
34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Meditatio-Exegese
Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai
Nabi Yeremia justru dihukum dan disiksa ketika mengingatkan penyelewengan para pemimpin umat – raja, imam dan seluruh aparat negara. Ia dimusuhi sanak saudaranya yang bersekongkol membunuhnya (Yer. 11:18-12:6).
Imam besar Bait Allah, Pasyhur, bahkan menyiksa dan memasungnya di pintu gerbang (Yer. 20:1-6). Setelah mengecam pelecehan ibadat di Bait Allah, sang nabi diadili dan dibebaskan dengan telanjang (Yer. 26).
Lahir di desa Anatot, dekat Yerusalem, Nabi Yeremia berasal dari keluarga imam Hilkia. Dipanggil sebagai nabi pada usia yang sangat muda, kira-kira 25 tahun, sekitar tahun 626 sebelum Masehi, dan melayani Allah hingga 580 sebelum Masehi.
Nabi Yeremia disebut-sebut sebagai manusia segala zaman. Ia mengalami masa kejayaan hingga penghancuran pemerintahan; pembaharuaan hidup rohani hingga penghancuran Bait Allah.
Kitab Nabi Yeremia menyediakan informasi melimpah tentang keadaan para raja Yehuda terakhir, terutama pengepungan terhadap Yerusalem. Kerajaan Yehuda akan mengalami kehancuran karena mereka tidak setia kepada Allah.
Selama 12 tahun ia harus melarikan diri pada masa pemerintahan Raja Yoyakim. Bahkan, ketika kitab yang berisi khotbah-khotbahnya dibacakan di hadapan raja, sang raja bangkit dan merobek-robek serta membuangnya ke dalam api (Yer. 36).
Penderitaan lain terlalu banyak untuk dilukiskan. Namun, pengalaman batinnya yang sangat menyayat dicatat dan menjadi inspirasi (Yer. 11:18-12:6; 15:10-12; 17:12-18; 18:18-23; 20:7-18).
Akhirnya, saat bangsanya dibuang ke Babel, Nabi Yeremia dibuang ke selatan, Mesir. Di sana ia dibunuh dengan cara dilempari batu. Kelak dalam masa Perjanjian Baru, Yesus mengidentifikasi diri dan mengayati warisan Nabi Yeremia pengajaran dengan perumpamaan, ditolak, diadili, dipenjara, dan dibunuh.
Yeremia menubuatkan kehancuran bangsanya di tangan Babel karena ketidak taatan. Ketidak taatan pemimpin bangsa pilihan Allah dilukiskan (Yer. 23:2), “Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya.” Vos dissipastis gregem meum et eiecistis eos et non visitastis eos.
Di hadapan Raja Yeyoakim atau Konya, 598 sebelum Masehi, yang memerintah selama tiga bulan, sang nabi mengecam sang raja. Keturunan Daud itu menolak mendengarkan Allah sejak masa muda (Yer. 22:20-21). Karena ketidak setiaannya pada Allah, seluruh bangsa dibuang ke Babel (Yer. 22:22-23).
Sang nabi meluapkan makian panjang (Yer. 22:24-30) dan nubuat tentang kekalahan melawan Nebukadnezar serta dibuang tanpa ada harapan untuk kembali, seperti terjadi pada 587 sebelum Masehi.
Namun, dibalik kekecewaannya, sang nabi menyingkapkan kehendak Allah untuk mengutus seorang anak Daud, yang bertindak sebagai Gembala yang baik. Ia akan mengumpulkan domba-domba yang tersebar dan mengembalikan ke padang rumput yang hijau.
Ia dikenal sebagai Tunas adil bagi Daud dan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan melakukan keadilan dan kebenaran (Yer. 23:3-6).
Yesus dari Nazareth, Anak Allah dan anak Daud (Mat.1:1), memenuhi nubuat Nabi Yeremia. Dialah Gembala yang baik (Yoh. 10:11. 14) yang akan mengumpulkan seluruh sisa Israel yang setia dalam kawanan yang digembalakan pra Rasul dan murid-Nya.
Merekalah para gembala yang diangkat Yesus Kristus untuk memerintah kerajaan-Nya, Gereja (Yer. 23:4; Mat. 18:18; Yoh. 20:22-23). Yesus datang untuk mengumpulkan kawanan domba Israel yang tercerai berai dan tersesat, seperti domba tanpa gembala (Mat. 9:36).
Ia juga meminta pertanggung jawaban para gembala umat-Nya yang gagal dalam tugas perutusan dari Allah (bdk. Kecaman Yesus kepada para pemimpin agama dalam Mat. 23:13-36).
Sebaliknya, Yesus tidak pernah menawarkan keselamatan sementara yang dijanjikan karena mentaati Perjanjian Sinai. Yesus justru menegakkan Perjanjian Baru yang kekal, suatu perjanjian yang menjamin keselamatan kekal.
Dalam perjanjian itu tiap pribadi ambil bagian dalam hidup abadi-Nya. Inilah anugerah yang tidak mungkin diterima bila mengikuti perjanjian lama. Anugerah itu dicurahkan bila setia pada Yesus Kristus, seperti dijanjikan melalui para nabi-Nya (Yer. 31:31-34; 32:40; 50:5; Ez 34:23-24; 37:24, 26-28; lihat Luk. 22:20; Ibr. 8:6-7, 13; 12:24).
Kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan semua yang mereka kerjakan dan ajarkan
Santo Markus menyebut mereka δωδεκα, dodeka, kedua belas (Mrk. 6:7). Tetapi Setelah mereka kembali, sebutan yang yang digunakan bukan lagi dodeka, tetapi rasul/utusan (jamak), αποστολοι, apostoloi. Inilah satu-satunya kata ‘apostolos’, rasul, dalam Injil Markus.
Kata itu berasal dari kata kerja αποστελλειν, apostellein, mengutus, seperti digunakan dalam Mrk. 6:7. Jadi kedua belas orang itu bertindak sebagai utusan atau duta Yesus. Mereka diberi kuasa untuk memberitakan pertobatan, mengusir setan dan menyembuhkan atas nama Yesus sendiri.
Tugas perutusan itu dilakukan berdua-dua, karena Yesus mengacu pada ketentuan bahwa kesaksian dua atau tiga orang tidak disangsikan (Ul 19:15).
Sekembali dari tugas perutusan mereka menyampaikan pada Yesus adalah apa yang mereka lakukan: mewartakan pertobatan, mengusir setan dan mengajar (Mrk. 6:7-13). Pelaporan ini dilakukan di tempat yang sunyi, ερημον, eremon, dari eremos.
Santo Markus mencatatat bahwa Yesus dan para rasul sering pergi bersama para murid ke tempat yang sunyi untuk mendidik mereka secara khusus (bdk. Mrk 4:34; 9:2.28; 13:3).
Terlukis pula Yesus dan para murid-Nya mengabaikan kebutuhan pribadi ketika melayani, “begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat” (Mrk 6:31). Untuk itulah Yesus meminta mereka menyediakan perahu agar bisa pergi ke tempat lain untuk beristirahat.
Mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala
Ketika tahu bahwa Yesus dan para rasul pergi ke seberang danau, orang banyak dari semua kota mengikuti mereka melalui jalan darat, berjalan kaki. Semua kota, πολεων, poleon, dari kata polis, melambangkan seluruh bangsa, baik bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain.
Mereka berasal dari Galilea, Yudea, Yerusalem, Idumea, seberang Sungai Yordan, daeah Tirus dan Sidon (Mrk. 3:7-8). Mudah bagi mereka untuk mengikuti, karena rombongan Yesus hanya berperahu menyisir tepi danau.
Santo Markus kemudian melukiskan (Mrk. 6:34), “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.”, Et exiens vidit multam turbam et misertus est super eos, quia erant sicut oves non habentes pastorem, et coepit docere illos multa.
Yesus dan para rasul melupakan istirahat mereka. Ia menggembalakan mereka, supaya “umat Tuhan jangan seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala.” (Bil. 27:17).
Dalam penggembalaan-Nya para domba disegarkan jiwanya, dituntun dalam jalan yang benar, dijauhkan dari kekelaman dan bahaya, disertai dan dihibur, diberi makan dan diurapi.” (bdk. Mzm. 23:3-5).
Santo Augustinus, dari Hippo, 354-430, melukiskan padang rumput yang disiapkan Gembala yang baik, “Padang rumput yang disiapkan Gembala yang baik ini bagimu, tempat yang ditetapkan-Nya bagimu untuk merumput, tidak terdiri dari pelbagai jenis rerumputan atau tumbuhan hijau, yang mungkin beberapa akan terasa manis, sementara yang lain terasa sangat pahit.
Kadang bumbu mampu mengatasi kepahitan, tetapi, di lain waktu, tidak. Padang rumput-Mu adalah sabda Allah dan perintahNya, dan mereka selalu menghasilkan rerumputan yang manis.
Padang rumput ini telah dicecap oleh manusia yang berkata kepada Allah, “Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.” (Mzm. 119:103.” (Sermon 366.3)
Yesus ditampilkan sebagai Musa baru, yang menggembalakan kawanan domba di akhir zaman (Yeh. 34:23) untuk menunjukkan bahwa Allah menyertai manusia, Imanuel (Mat 1: 23). Maka, Ia adalah Gembala Sejati (Yes. 40:11), yang menggembalakan kawanan domba yang ditelantarkan para pemimpin.
Sang Gembala tidak mengajar tentang dogma yang harus diikuti dan dipatuhi, seperti ajaran para ahli Taurat dan orang Farisi. Ia menunjukkan arah ke mana para domba harus pergi.
Ia memberi kekuatan, supaya para domba kuat dalam berjalan menuju padang rumput abadi, firdaus. Akhirya, Ia memberi harapan bahwa perjalanan itu akan tercapai, karena Ia menyertai mereka.
Katekese
Aku akan memberi mereka gembala yang baik. Santo Paus Yohanes Paulus II, 18 Mei 1920-2 April 2005:
“Seperti dinubuatkan Nabi Yeremia, Allah berjanji pada umat-Nya bahwa Ia tidak akan meninggalkan mereka tanpa gembala yang mengumpulkan dan membimbing mereka, “Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun.” (Yer. 23:4).
Gereja, Umat Allah, terus menerus mengalami kebenaran pesan kenabian ini dan terus menerus bersuka cita serta bersyukur atas anugerah-Nya. Ia sadar bahwa Yesus Kristus sendri adalah pemenuhan janji Allah yang hidup, paripurna dan definitif, “Akulah Gembala yang baik.” (Yoh. 10:11).
Dialah “Gembala Agung segala domba.” (Ibr. 13:20). Ia memberikan kepercayaan pada para rasul dan pengganti mereka untuk melayani dan menggembalakan kawanan domba milik Allah (bdk. Yoh 21:15-19; 1Ptr. 5:2).” (Seruan Apostolik Pastores Dabo Vobis, 1).
Oratio-Missio
Tuhan, Engkau telah menjaga dan melindungiku dari yang jahat. Bantulah aku untuk selalu menjadi kuat menghadapi pencobaan dan terus percaya kepada-Mu. Semoga aku selalu beristirahat dan berlindung pada-Mu. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk menggembalakan kawanan yang dipercayakan-Nya padaku ke arah yang benar?”
et misertus est super eos, quia erant sicut oves non habentes pastorem, et coepit docere illos multa – Marcum 6:34