Home BERITA Lectio Divina 22.12.2024 – Dari Yang Tak Dikenal Akan Lahir Sang Penebus

Lectio Divina 22.12.2024 – Dari Yang Tak Dikenal Akan Lahir Sang Penebus

0
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku mengunjungi aku, by Fra Angelico

Minggu. Minggu Adven IV, Hari Biasa (U)

  • Mi.5:1-4a
  • Mzm. 80:2ac.3b-15-16.18-19
  • Ibr. 10:5-10
  • Luk. 1:39-45

Lectio

39 Beberapa hari kemudian berangkatlah Maria dan bergegas menuju sebuah kota di pegunungan Yehuda. 40 Lalu ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.

41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.

43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab pada saat salammu sampai di  telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.

45 Berbahagialah ia, yang percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”

Meditatio-Exegese

Hai Betlehem Efrata, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel

Tak terbilang banyaknya Allah menyerukan janji untuk menebus, membaharui dan mengampuni umat yang memberontak pada-Nya. Seruan-Nya diwartakan juga oleh Nabi Mikha, yang hidup sejaman dengan Nabi Yesaya. Ia melayani Allah saat Yotam, Ahaz dan Hizkia berkuasa kira-kira 759 hingga 698 sebelum Masehi.

Nabi Mikha berasal dari Moresyet-Gat (Mi 1:14), sebuah desa kecil di Safir, kaki perbukitan Yehuda. Desa itu terletak kira-kira 25 mil sebelah barat daya Yersalem, di ketinggian 1.200 kaki dari permukaan laut, dan menghadap ke daerah pantai. Wilayah pantai itu menjadi jalur perdagangan penting, sehingga selalu menjadi sasaran serbuan tentara asing. 

Ia melayani Allah sebagai nabi Sang nabi berkarya di wilayah Kerajaan Yehuda, tetapi juga sering mengecam ketidak adilan yang terjadi di wilayah Kerajaan Utara, Samaria.

Nabi Mikha menulis nubuat tentang Bethlehem saat bangsanya sedang dalam ancaman serbuan tentara asing. Tentara Asyur, yang telah menduduki Kerajaan Utara, sedang mengancam Yerusalem. Ancaman datang karena para pemimpin umat menyimpang dari perjanjian dengan Allah.

Inilah salah satu kecaman sang nabi, “Dengarkanlah ini, hai para pemuka kaum Yakub, dan para pemimpin kaum Israel. Hai Kamu yang muak terhadap keadilan dan membengkokkan semua yang lurus, hai Kamu yang mendirikan Sion dengan darah dan Yerusalem dengan kelaliman.

Para pemukanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka katanya bersandar kepada Tuhan: “Bukankah Tuhan ada di tengah-tengah kita. Malapetaka tidak akan menimpa kita.”

Oleh sebab itu, gara-gara kamu Sion akan dibajak seperti ladang, dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing, dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang menghutan.” (Mi. 3:9-12)

Walau Bangsa itu tidak setia pada Allah dan akan dihukum, Allah tetap setia pada janji-Nya. Ia akan memulihkan kemuliaan dan semarak. Pemulihan itu dimulai dari tempat yang tidak diperhitungkan manusia.

Nabi bernubuat: raja yang akan datang sangat rendah hati; ia dilahirkan di daerah terpencil (Mi. 5:1), “… engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda”. Sed tu, Bethlehem Ephratha,
parvulus in milibus Iudae
.

Sebenarnya, Bethlehem, rumah roti, bukanlah kota yang tidak terhhormat, karena di situlah Raja Daud di lahirkan; dan dari situlah, dari garis keturunannya pula, Anak Daud akan dilahirkan (Mat. 1:1). Seorang yang akan memerintah Israel sudah dijanjikan sejak purbakala, dan  sejak dahulu kala ia akan bangkit bagi Tuhan.

Tetapi untuk menyadari kehadirannya manusia harus menanti sampai waktu perempuan yang sedang melahirkan telah melahirkan.” (Mi. 5:2). Ia akan bertindak sebagai gembala, “Ia akan teguh menggembalakan mereka dalam kekuatan Tuhan, dalam kemegahan nama Tuhan, Allahnya.” (Mi. 5:3; bdk. Yoh. 10:11)

Nabi Mikha menubuatkan kehadiran Mesias, Dia Yang Diurapi; nubuatnya sejajar dalam makna dengan nubuat Nabi Yesaya  (Yes. 7:14; 9:5-6; 11:1-4) dan mengacu pada keturunan Daud (2Sam. 7:12-16; Mzm. 89:3). Para Bapa Gereja membangun argumentasi untuk meyakinkan bangsa Yahudi bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang diharapkan.

Tertullianus, bapa Gereja abad ke-2, menulis, “Karena anak-anak Israel menuduh kita keliru dalam mengimani Kristus, yang telah datang, kami akan menunjukkan pada mereka dari Kitab Suci bahwa Kristus telah dinubuatkan telah datang […] Ia lahir di Bethlehem di Yudea, seperti nubuat nabi:   Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil … (Mi 5:1)” (Adversus Iudaeos, 13).

Selanjutnya, Santo Irenaeus berkata, “Pada masanya, Nabi Mikha bernubuat tentang tempat Kristus akan lahir: Bethlehen, di Yudea. Hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel.

Bethlehem juga merupakan tanah kelahiran Daud. Dan Kristus berasal dari keturunan Daud, bukan karena Ia dilahirkan oleh Santa Perawan, tetapi karena Ia lahir di Bethlehem.” (Demonstratio praedicationis apostolicae, 63).

Yesus lahir di tempat yang terpincil, tidak dikenal. Tidak ada catatan pribadi yang ditinggalkan-Nya. Ia pun mati dalam penghinaan di luar batas kemanusiaan. Namun, perjuangan dan pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah dan hati-Nya yang bernyala-nyala untuk mewujudkannya telah mengubah dunia.

Berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda

Setelah Malaikat Allah memberitahu tentang kabar kehamilan Elisabet (Luk .1:36), Ibu Maria melewatkan beberapa hari untuk untuk berdoa, merenung dan bersyukur atas karya agung Allah, seperti disingkapkan dalam,  Beberapa waktu kemudian’.  

Ia segera mempersiapkan diri dan langsung pergi ke rumah Keluarga Zakharia di daerah Yedea. Ibu Maria langsung berjalan. Ia tidak menunda-nunda atau menghabiskan waktu dengan melakukan hal yang tak perlu – bergosip, mencampuri urusan orang atau kegiatan remeh-temeh lain.

Ungkapan σπουδη, spoude, bermakna: kecepatan, kesegeraan. Maka, Ibu Maria langsung berjalan menuju ke rumah Keluarga Zakharia di pegunungan Yehuda. Hatinya terbakar oleh kasih, seperti diungkapkan Santo Ambrosius, “anugerah Roh Kudus tak mengenal hal seperti usaha atau persiapan yang ditunda-tunda.”, nescit tarda molimina gratia spiritus sancti.

Ibu Maria pergi untuk membantu dan melayani sepupunya, yang tinggal kira-kira 128,75 km dari Nazaret, sekitar 4-5 hari perjalanan. Rumah Keluarga Zakharia mungkin terletak di Hebron, sebuah kota khusus untuk para imam yang diberikan kepada anak-anak Harun (Yos. 21:11).

Santo Lukas hanya menyebut sebuah kota di Yehuda. Biasanya ia menyebut sebuah tempat dan diikuti nama, sebuah kota di Galilea bernama Nazaret (Luk. 1:26), kota Yope (Kis. 11:5), sebuah tempat bernama Pelabuhan Indah, dekat kota Lasea (Kis. 27:8). Jarak tidak memadamkan api kasih di hati Ibu Maria untuk sepupunya, Elizabet.

Allah selalu menyingkapkan Kabar Suka Cita dalam kehadiran-Nya pada peristiwa hidup sehari-hari: perjumpaan dua orang ibu rumahtangga yang saling mengunjungi dan saling membantu. Kunjungan, kegembiraan, kehamilan, anak-anak, saling membantu, keluarga dan rumah tangga selalu menjadi tempat dan sarana yang tepat untuk mengenali kehadiran-Nya.

Santo Lukas menulis kisah ini untuk membantu mengenali kehadiran Allah dalam peristiwa hidup sehari-hari.

Diberkatilah engkau

Ibu Maria diberkati karena menjadi Ibu Tuhan. Tetapi, ternyata, seperti nubuat Simeon, ia akan mengalami kepiluan yang luar biasa, “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Luk. 2:35). Kelak, ia akan memandang kematian Puteranya di kayu salib (Yoh. 19:25) dan menguburkan-Nya (Mat:27:57-61;  Mrk 15:42-47; Luk. 23:50-56a; Yoh. 19:38-42).

Santo Anselmus, guru agung dan Uskup Agung Canterbury, 1033-1109, mengajarkan, “Tanpa Anak Allah, tidak ada satu pun diciptakan; tanpa Anak Maria, tiada satu pun ditebus.”   

Ibu Maria menerima mahkota suka cita dan mahkota dukacita. Suka citanya tidak terkikis oleh dukacita. Sukacitanya selalu membuncah, karena iman, harapan dan kasih yang kokoh akan Allah setia pada janji-Nya.  

Yesus bersabda (Yoh. 16:22), “Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira, dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.”, Iterum autem videbo vos, et gaudebit cor vestrum, et gaudium vestrum nemo tollit a vobis

Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak di dalam rahimnya dan penuh dengan Roh Kudus

Ketika Ibu Maria mengucapkan salam, Elisabet dan anak yang di dalam kandungannya mengenali kehadiran Sang Mesias. Sang bayi melonjak kegirangan.

Melukiskan sukacita sang bayi, yang kelak diberi nama Yohanes, Santo Lukas menggunakan kata εσκιρτησεν, eskrtesen, dari kata σκιρτάω, skirtaō, melompat seperti binatang. Tapi kata ini diulang dengan makna melonjak penuh sukacita/kegirangan (Luk. 1:44).

Tindakan si bayi merupakan dampak dari kehadiran Sang Bayi yang di kandungan Ibu Maria, karena terjadi setelah Ibu Maria memberi salam kepada istri Zakharia itu. Maka, sukacita mesti menjadi tanda penerimaan rahmat kehadiran Allah.

Sikap ini pasti berbeda dengan penolakan atas kehadiran-Nya di Masa dan Meriba, ketika, setelah mukjizat pembebasan dengan menyeberangi Laut Teberau, bangsa itu mencobai Allah, dengan mengatakan (Kel. 17:7), “Apakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?”, Estne Dominus in nobis an non?

Menyambut salam dari Ibu Maria, isteri Zakharia dan anaknya penuh Roh Kudus dan sukacita. Mereka menyadari bahwa saat pemenuhan janji keselamatan semakin dekat. Anugerah Roh Kudus diterima dalam kelimpahan, penuh.

Kepenuhan terjadi karena Ibu Elizabet tahu dan percaya akan kata-kata yang diucapkan Malaikat Tuhan bahwa Ibu Tuhan akan segera melahirkan Sang Juruselamat, seperti yang dijanjikan. Ia berbahagia atas kepercayaannya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana (Luk. 1:45).

Dalam suka cita Ibu Elizabet dan anaknya menyapa Ibu Maria (Luk 1: 42), “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”, Benedicta tu inter mulieres, et benedictus fructus ventris tui.  

Ibu Elizabet selalu diberkati karena ia menyambut Ibu Maria, yang menyambut tawaran Allah mengandung Sang Juruselamat, dengan kebesaran dan kerelaan hati untuk. Di samping itu, buah rahim selalu bermakna bahwa Tuhan kita benar-benar dikandung oleh Perawan dari Nazaret.

Buah rahim juga menggenapi nubuat pemazmur (Mzm.132:11), “Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu.”, De fructu ventris tui ponam super sedem tuam.

Pada Ibu Maria, Ibu Elizabet menyapa, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan”. Tetapi, kepada Anak dalam kandungannya, ibu Yohanes itu menyapa, “Diberkatilah buah rahimmu”. Salam kepada Sang Anak adalah salam yang penuh, tak terbagi.

Salam itu ditujukan kepada Tuhan, Sang Sabda yang diimaninya, telah menjelma dalam Bayi yang di kandungan. Semua salam yang disampaikan kepada Ibu Maria berasal dari kesediaannya untuk menjadi Ibu Tuhan.

Dari-Nya seluruh berkat mengalir. Sang ibu diberkati, tetapi kelimpahan berkat selalu mengalir dan berasal dari Dia, “Sebab, dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah.” (Yoh. 1:16).

“Berbahagialah ia, yang percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk 1:45). Tidak seperti Zakharia, yang dihukum karena tegar tengkuk dan tidak percaya, dengan penuh iman, Ibu Maria percaya sepenuh hati akan apa yang dikatakan Malaikat sejak semula. 

Ibu Elizabet dipuji atas iman yang kokoh itu, sebagai awal dan landasan kebenaran, tetapi bukan melulu iman. Iman itu kemudian diungkapkan dalam tindakan. 

Ibu Maria membawa dan merawat dalam rahim, mengahantar hingga mencapai kedewasaan dan, pada akhirnya, menunggui saat kematian Sang Anak. Tak hanya itu, ia juga memeluk jenazah Puteranya dan memakamkan-Nya. Ketaatan imannya menuntun sang ibu menjadi saksi kebangkitan-Nya.

Katekese

Yohanes bernubuat dari rahim. Santo Maximus dari Turin, wafat kira-kira 408-423:

“Sebelum dilahirkan, Yohanes telah bernubuat dan, saat masih tinggal dalam rahim ibunya, ia bersaksi tentang kedatangan Kristus dengan gerakan suka cita. Karena ia tidak dapat melakukan dengan dengan terikan suka nyaring dari mulut.

Ketika Ibu Elizabeth berkata kepada Ibu Maria yang suci, “Ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.” Yohanes bersukacita, sebelum ia lahir. Sebelum kedua bola matanya dapat memandang seperti apa alam raya, ia dapat mengenali Tuhan semesta alam dengan rohnya.

Terkait dengan suka citanya, saya kira ungkapan nubuat Yohanes sangar tepat, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau.” (Yer. 1:5).

Maka, seharusnya tidak hanya mengagumi bahwa sesudah Herodes memenjarakannya, ia terus mewartakan Kristus pada para muridnya dari tempat penahanannya, tetapi juga sejak dikandung dalam rahim ia tetap mewartakan Tuhan yang sama melalui gerakan tubuhnya.” (Sermon 5.4).

Oratio-Missio

Tuhan, penuhilah aku dengan Roh Kudus-Mu dan anugerahkanlah suka cita dalam mencari-Mu. Kuatkanlah imanku saat aku tidak berdaya dan hilang harapan. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk untuk menyongsong kedatangan-Nya?

Et beata, quae credidit, quoniam perficientur ea, quae dicta sunt ei a Domino – Lucam 1:45

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version