Home BERITA Lectio Divina 23.03.2021 – Sulit Percaya

Lectio Divina 23.03.2021 – Sulit Percaya

0
Ilustrasi: Sulit percaya by Vatican News.

Selasa. Pekan Prapaskah V (U)

  • Bil. 21: 4-9.
  • Mzm. 102:2-3,16-18,19-20.
  • Yoh. 8: 21-30.

Lectio

21 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” 22 Maka kata orang-orang Yahudi itu: “Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?”

23 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. 24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” 25 Maka kata mereka kepada-Nya: “Siapakah Engkau?”

Jawab Yesus kepada mereka: “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? 26  Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.”

27 Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. 28 Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.

29 Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” 30 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.

Meditatio-Exegese

Aku bukan dari dunia ini

Pembicaraan Yesus dengan orang-orang Yahudi yang semakin tajam berpusat pada tema: Siapakah Engkau? Yesus membuka pembicaraan dengan bersabda, “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” (Yoh. 8:21).

Ia bermaksud mengajak pendengar-Nya untuk mengingat bahwa Ia telah menawarkan kepada mereka ‘air hidup’ (Yoh. 7:37) dan ‘terang dunia’ (Yoh. 8:12). Tawaran-Nya bermakna ajakan untuk percaya kepada-Nya.

Dan sekarang Ia mendesak mereka untuk mengambil keputusan : percaya atau tidak. Kalau percaya, mereka selamat. Kalau menolak, mereka tetap tinggal dalam dosa.

Dalam tradisi Yohanes, dosa yang membawa ke kematian adalah menolak untuk mengimani Yesus. Maka, hanya mereka yang mengimani Yesus bisa pergi ke tempat yang akan ditinggali-Nya, rumah Bapa-Nya.

Ia pergi ke situ untuk mempersiapkan tempat bagi mereka, sehingga di mana Ia berada di situ

pun yang percaya padaNya berada (bdk. Yoh. 14:1-3).

Kembali orang Yahudi salah mengerti. Mereka gagal paham karena asal usul. Yesus berasal dari atas, sedangkan mereka dari bawah. Yesus bukan dari dunia ini; mereka dari dunia.

Selanjutnya, Yesus bersabda, “kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” (Yoh. 8:24).

Ia terus mengajak mereka untuk cepat mengambil keputusan: percaya padaNya. Yesus menggemakan sabda Allah melalui Nabi Yehezkhiel bahwa manusia akan mati dalam dosa jika tidak memohon belas kasih dan pengampunan-Nya (Yeh. 3:18; 18:18).

Akulah Dia

Jawaban Yesus atas pertanyaan mereka sungguh menyakitkan hati yang tak percaya pada-Nya. Terlebih Ia merasa tidak perlu lagi berbicara dengan mereka.

Sabda-Nya (Yoh. 8:25), “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?” saat orang Yahudi bertanya,  “Siapakah Engkau?”, Tu quis es?

Tetapi, kepada mereka Ia tetap harus menyampaikan tugas perutusan dari Dia mengutus-Nya. Ia menyampaikan apa didengar-Nya dari Bapa dan mengadili manusia (bdk. Yoh. 8:26).

Lagi-lagi, orang Yahudi sulit mendengarkan, mencerna, dan, akhirnya, percaya kepada-Nya.

Mereka menolak mengimani Yesus (Yoh. 8:24), “sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.”, si enim non credideritis quia ego sum, moriemini in peccatis vestris.

Santo Yohanes menggemakan pernyataan diri Allah dalam Kel. 3:14, εγω ειμι, ego eimi, dalam Latin Vulgata: ego sum, Akulah Dia (Yoh. 8:24).

Penulis Injil tidak menambahkan predikat apa pun pada sabda itu. Frase εγω ειμι, ego eimi, menyingkapkan bahwa Ia setara dengan nama Yahwe.

Dengan ungkapan ini, Yesus mengungkapkan kesatuan-Nya  dengan Bapa yang mengutus-Nya (Yoh. 10:30). Maka, melalui penyingkapan ini, orang yang tidak mengenal Yesus, juga tidak mengenal Bapa, yang mengutus-Nya.

Sayang, orang Yahudi sezaman Yesus gagal untuk memahami dan mengenali-Nya. Ketidakpercayaan itu menempatkan mereka tetap dalam dosa.

Gelar Anak Manusia yang dikenakan Yesus mengacu Pribadi dalam penglihatan Nabi Daniel (Dan. 7:13-14).

Kepada Anak Manusia diberikan “kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya.

Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Dan. 7:14).

Namun, Ia juga Hamba Yahwe yang menaati-Nya sampai mati, seperti domba yang dibawa ke tempat pembantaian, dalam nubuat-nubuat Nabi Yesaya. Anak Manusia ditinggikan pada saat Ia disalib.

Inilah saat peninggian dan pemuliaan-Nya. Dari salib itulah memancar keselamatan bagi siapa pun yang memandang-Nya, seperti dijanjikan oleh Allah melalui Musa (Bil. 21:4-9).

Katekese

Ditolong oleh rahmat Kristus. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Tak seorang pun dari kita mampu melakukan perbuatan baik jika tidak ditolong oleh rahmat Kristus. Jika kita melakukan apa yang jahat, perbuatan itu selalu berasal dari diri kita sendiri; sebaliknya, jika kita melakukan apa yang baik, kita melakukan kebaikan atas pertolongan Allah.

Maka, mari kita bersyukur pada Allah yang memungkinkan kita melakukan perbuatan baik. Dan jika kita melakukan kebaikan, kita tidak menghina seorang pun, termasuk yang tidak melakukan hal yang sama.

Mari kita tidak memuji diri sendiri karena merasa unggul atas orang lain.” (dikutip dari Commentary on Psalm 93,15

Oratio-Missio

  • Tuhan, semoga aku selalu menemukan damai, suka cita dan kekuatan karena mengimani kasih-Mu, kebenaran-Mu dan kebaikan hati-Mu. Dan kuatkanlah aku untuk menjadi perpanjangan tangan-Mu dalam mewartakan belak kasih-Mu pada sesamaku. Amin.
  • Apa yang perlu kulakukan di tengah kesulitan karena wabah?  

Cum exaltaveritis Filium hominis, tunc cognoscetis quia ego sum – Ioannem 8: 28 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version