Rabu. Hari Biasa. Pekan Biasa XXXIV (H)
- Why. 15:1-4
- Mzm. 98:1.2-3ab.7-8.9
- Luk. 21:12-19
Lectio
12 Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. 13 Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
14 Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. 15 Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. 16 Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh
17 dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. 18 Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. 19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”
Meditatio-Exegese
Kamu akan ditangkap dan dianiaya
Para murid Yesus harus menghadapi masa-masa sulit pada saat menantikan kedatangan-Nya yang kedua. Yesus mengingatkan tentang kehadiran mesias-mesias palsu dan bencana yang seolah tak berkesudahan di akhir zaman (Luk. 21.6-11).
Sebelum tanda-tanda besar yang mengawali kedatangan-Nya, para murid-Nya akan dibenci oleh sesamamengalami penangkapan, aniaya, perdebatan iman, pengadilan palsu, pemenjaraan (Luk. 21:12).
Sepertinya Yesus mengulangi peringatan akan konsekuensi yang harus ditanggung bila mengikuti-Nya (Luk. 12:11-12).
Bila mengikuti Yesus, tiap murid harus menghindari sikap munafik yang diakibatkan karena rasa gentar (Luk. 12:1-3). Ia harus menghindari ketakutan karena aniaya dan pembunuhan (Luk. 12:4-12).
Murid-Nya tidak boleh khawatir akan kehilangan harta, karena sering menimbulkan perselihan hingga pengejaran (Luk. 12:13-21). Dan kecemasan untuk bertahan hidup bila hari Tuhan datang (Luk 12:22-34).
Ungkapan ditangkap dan diserahkan juga digunakan dalam Kisah Para Rasul dengan makna penganiayaan (Kis. 4:3; 5:18). Yesus mengalami setelah Ia dikhianati dan dijebak (Luk. 20:20). Setelah ditangkap Ia diserahkan atau diseret ke hadapan para para raja dan penguasa, ηγεμονος, hegemonos.
Kata αγομενους, agomenous dihadapkan dan ηγαγον, agagon, ditangkap berasal dari akar kata ἄγω, ago, mengarahkan, menyeret, mendorong, menangkap, dan sebagainya. Yesus dibawa dan diseret untuk menghadap Raja Herodes Antipas (Luk. 23:6-12) dan wali negeri, Pilatus (Luk. 23:1-5.13-25).
Kelak para murid-Nya akan menanggung seperti yang dialami. Mereka dihadapkan pada raja (Kis. 12:1; 25:13) dan wali negeri atau gubernur (Kis. 23:24; 26:30). Alasan yang gunakan adalah mereka mengenal-Nya, demi nama-Nya (bdk. Luk 6:22; Kis. 4:7-18; 5:28.40).
Kesempatan bagimu untuk bersaksi
Saat ditangkap, diadili di muka pengadilan manusia, tiap murid harus mengambil kesempatan ini untuk bersaksi. Kadang pengadilan akan berlangsung lama dan menyebabkan penganiayaan baru. Kesempatan ini juga menjadi kesempatan baru untuk kesaksian baru.
Santo Paulus dan teman-temannya menjadi teladan bagaimana pemenjaraan tidak membuatnya mati semangat untuk bersaksi.
Ia menulis, “Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut.” (Flp. 1:14; bdk. Kis. 16:25-32; Ef. 3:1-13; Ef. 6:18-20; 2Tim. 2:8-10).
Ketika harus bersaksi, para murid Yesus tidak boleh gentar. Ia terus menyertainya. Ia juga mengutus Roh-Nya untuk berbicara atas nama-Nya, “Kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.” (Luk. 21:14-15).
Penyertaan Yesus dan Roh Kudus membuat gentar para musuh, karena mereka ternyata berperang melawan Allah, seperti seruan para ahli itu kepada Firaun (Kel. 8:19): “Inilah tangan Allah”, digitus Dei.
Kesaksian iman tidak dilakukan melalui jalan kemartiran. Yesus pun memanggil tiap pribadi untuk menempuh jalan yang ditunjukkan-Nya untuk mencapai kesucian. Santa Teresa dari Kanak-Kanak Yesus memperkenalkan jalan kecil, menghayati hidup biasa untuk menjadi sahabat Yesus.
Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu
Tradisi alkitabiah menyingkapkan Allah selalu melindungi tak hanya milik-Nya sendiri, para saksi kerajaan-Nya (bdk. 1Sam 14:45; Luk. 12:7), tetapi juga janji atau sumpah (bdk. 2Sam. 14:11 and 1Raj. 1:52).
Yesus pun menggemakan ungkapan perlindungan ini (Luk. 21:18), “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.”, Et capillus de capite vestro non peribit.
Setiap murid Yesus harus selalu menyalakan api keberanian bila menghadapi pengejaran dan aniaya.
Sabda-Nya, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Mat 10:28).
Yesus tidak memberi jaminan bahwa para murid-Nya pasti telepas dari aniaya dan kematian. Ia memberi jaminan akan hidup kekal, harta yang paling bernilai bagi mereka yang mengikuti-Nya (bdk. Luk. 9:24-25; 12:15, 33-34; 14:33; 18:29).
Sabda-Nya (Luk. 21:19), “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”, In patientia vestra possidebitis animas vestras.
Katekese
Tetap bertahan dalam iman. Paus Fransiskus, Buenos Aires 17 Desember 1936
Bertahan dalam iman bermakna tetap setia melakukan kebaikan, khususnya ketika kenyataan di sekitar kita menuntut melakukan demikian. Mari kita ambil beberapa contoh. Saya tahu bahwa doa memegang peran penting.
Tetapi, seperti setiap orang, saya juga harus melakukan banyak hal, sehingga saya sering tidak melakukan. “Tidak, saya sangat sibuk sekarang. Saya tak dapat berdoa sekarang, nanti saja.”
Atau, saya tahu banyak orang yang dengan cerdik memanfaatkan kesempatan, yang membuat peraturan selalu bermakna ganda, dan dengan demikian, saya berhenti juga mengawasi mereka dan tidak tidak mengambil tindakan hukum atau berlaku adil. “Tetapi jika orang licik ini melakukan, saya juga demikian.”
Hati-hati dengan sikap demikian! Dan lagi: saya melaksanakan tugas pelayanan di Gereja, demi komunitas, demi kaum miskin, tetapi saya tahu bahwa banyak orang di waktu luang mereka memikirkan hanya untuk mencari kenikmatan bagi diri sendiri.
Maka, saya rasa baiklah saya menyerah dan melakukan apa yang mereka lakukan.
Karena saya tidak lagi menikmati hasil karya saya, atau saya menjadi bosan, atau tidak membuat saya bahagia. Maka, ketekunan iman bermakna terus menerus melakukan kebaikan.
Mari kita bertanya pada diri sendiri: seperti apa sikapku dalam mempertahankan iman? Apakah aku setia, atau selalu menghayati iman, melakukan keadilan dan amal kasih seturut keadaan yang menuntut: saya berdoa jika aku merasa membutuhkannya.
Apakah aku bertindak adil, suka rela dan menolong jika tindakan itu menguntungkan aku? Ataukah aku merasa tidak puas, jika tidak ada orang yang berterima kasih padaku, dan aku berhenti? Pendek kata, apakah doa dan pelayananku tergantung pada keadaan atau pada hati yang setia pada Allah?
Jika kita bertahan – Yesus mengingatkan kita – tidak ada yang menakutkan bagi kita, bahkan di saat kita menghadapi peristiwa hidup yang terburuk sekali pun. Kita juga tidak melihat kejahatan di sekitar kita, karena kita memijakkan kaki pada landasan kebaikan.
Dostoevski menulis, “Jangan takut pada dosa manusia. Kasihilan manusia walau ia dalam kubangan dosa, karena itulah wujud Kasih Ilahi dan kasih terbesar di bumi.” (The Brothers Karamazov, II, 6, 3g).
Bertahan dalam iman mencerminkan kasih Allah di dunia, karena kasih Allah selalu setia, abadi dan tak pernah berubah.” (Angelus, Minggu, 13 November 2022).
Oratio-Missio
Tuhan, penuhilah aku dengan harapan, ketekunan dan keberanian untuk menjadi saksi kebenaran. Kobarkanlah hatiku untuk berani memerangi dosa dan kuasa kematian. Amin.
- Apakah aku siap menyerahkan hidup bagi Kristus dan menjadi saksi Kabar Sukacita-Nya?
In patientia vestra possidebitis animas vestras – Lucam 21:19