Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Lectio Divina 23.8.2024 – Hukum Utama: Mengasihi

Lectio Divina 23.8.2024 – Hukum Utama: Mengasihi

0
Makan roti, by Liss Art Studio

Jumat. Minggu Biasa XX, Hari Biasa (H)

  • Yeh. 37:1-14
  • Mzm. 107:2-3.4-5.6-7.8-9
  • Mat. 22:34-40

Lectio

34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka 35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 36 “Guru, hukum manakah yang terutama dalam Hukum Taurat?”

37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan Kitab Para Nabi.”

Meditatio-Exegese

Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu

Penglihatan akan tulang belulang yang dihidupkan kembali menampilkan puncak kebangkitan Israel, persatuan dua kerajaan (bdk. Yeh. 37:15-28). Secara dramatik dilukiskan perbedaan tajam antara mati dan hidup, tulang dan roh.

Pembaharuan yang dilaksanakan Allah jauh mengatasi pemulihan secara bendawi atau sekedar kembali ke tanah air yang dijanjikan-Nya. Pembaharuan dan pemulihan bermakna lebih dalam, suatu permulaan baru bagi tiap pribadi dan bersama.

Penglihatan itu sendiri (Yeh. 37:2-10) terjadi di dataran yang sangat luas (lih. 3:22-23) dan bertujuan untuk membahas masa depan yang memprihatinkan di anatara para buangan : “Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.” (Yeh. 37:11).

Sang nabi menjelaskan penglihatan itu berkaitan dengan kehancuran-pemulihan Israel (Yeh. 37:11-14). Tetapi, para Bapa Gereja melihat pralambang yang perlu disingkapkan tentang kebangkitan orang mati.

Santo Irenaeus menulis, “Sang Pencipta akan menghidupkan kembali tubuh kita yang fana di bumi; Ia menjanjikan kebangkitan, pembukaan kuburan dan liang lahat, dan karunia keabadian […].

Dan dalam semua ini, kita melihat bahwa hanya Dialah Allah, Bapa, yang mahamurah hati,  yang mampu melakukan segala sesuatu. Dari kemurahanhati-Nya yang tak berkesudahan, Ia menganugerahkan hidup kepada yang tak bernyawa.” (Adversus haereses, 5, 15, 1).

St. Hieronimus menulis pengajaran yang sama, “Gambaran kebangkitan tidak akan digunakan untuk menggambarkan pemulihan umat Israel jika kebangkitan orang mati di masa depan tidak dinubuatkan sebelumnya. Karena tidak seorang pun dapat dituntun untuk menarik kesimpulan dari suatu gagasan yang tidak memiliki dasar dalam kenyataan.” (Commentarii in Ezechielem, 27, 1ff.).

Roh Tuhan adalah nafas hidup dari Allah yang berkarya dan membuat manusia menjadi ‘makhluk yang hidup’ (Kej. 2:7). Roh itu menjadi sumber hidup kekal. Maka, Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, mampu menghidupkan kembali semua manusia yang mati di Babel dan membuat seluruh umat manusia ambil bagian dalam hidup-Nya.

Janji akan kebangkitan orang mati, seperti ditulis para nabi (bdk. Yeh. 11:19; Yer. 31:31-34; Jl. 3:1-5) akan dipenuhi pada saat Pentakosta, ketika Roh Kudus turun atas para Rasul. Gereja mengajar, “Menurut janji-janji ini, Roh Tuhan akan membaharui hati manusia pada ‘saat-saat terakhir’, dengan menyampaikan kepada mereka satu hukum baru.

Ia akan mengumpulkan bangsa-bangsa yang terpisah dan tercerai-berai dan mendamaikan mereka satu sama lain; Ia akan membaharui ciptaan pertama dan di dalam ciptaan baru itu Allah akan hidup bersama manusia dalam suasana damai.” (Katekismus Gereja Katolik, 715).

Sabda-Nya (Yeh. 37:4), “Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali.”, Et dabo spiritum meum in vobis, et vivetis.

Guru, hukum manakah yang terutama dalam Hukum Taurat?

Tiada henti para musuh mencobai Yesus. Setelah Yesus membungkam kaum Farisi yang menuduh Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul (Mat 12:24), Yesus membungkan kaum Saduki yang bertanya tentang perkawinan levirat.

Sekarang, seorang ahli Hukum Taurat dari kalangan mereka datang Yesus. Dia yang fasih dan ahli mengintepretasikan sisi hukum dari sabda Allah hendak mencobai-Nya. Kata yang digunakan: πειραζων, peirazon, mencobai, menjerat.

Kata ini juga ditemukan dalam Mat. 4:1-11 untuk melukiskan kegiatan setan. Si jahat mencobai atau menjerat Yesus untuk menuruti kemauannya. Maka, mereka bertanya bukan untuk mencari kebenaran, tetapi mencari cara untuk menjelekkan atau menjerat-Nya dan menemukan alasan untuk menghukum-Nya.

Si ahli hukum Taurat itu bertanya tentang hukum manakah yang paling utama dalam Hukum Taurat. Tradisi rabbinik telah mengembangkan dan merinci 10 hukum Allah menjadi 613 perintah dan larangan. Semuanya dianggap penting dan harus dilakukan.

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dan Kasihilah sesamamu manusia

Yesus meringkas dua perintah yang terdapat dalam Kitab Ulangan: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ul. 6:5), dan Kitab Imamat: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Im. 19:18). Ia menggunakan kata αγαπησεις, agapeseis, dari kata dasar agapao.  

Karya Allah melulu mengasihi. Ia adalah kasih dan seluruh karya-Nya mengalir dari kasih-Nya untuk manusia (1Yoh. 3:1; 4:7-8.16). Ia mengasihi kita terlebih dahulu (1Yoh. 4:19) dan kasih kita pada-Nya merupakan jawaban atas kebaikan dan belas kasih-Nya pada manusia.

Yesus juga memerintahkan untuk mengasihi sesama manusia (1Yoh. 4:21), ”Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”, qui diligit Deum diligat et fratrem suum.

Tetapi, jika manusia mengasihi manusia hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tanpa pernah menghadirkan Allah, kasihnya menjadi halangan untuk mengungkapkan dan melaksanakan perintah pertama. Maka kasihnya belumlah sempurna.

Kasih untuk sesama demi kepentingan Allah menjadi bukti bahwa manusia mengasihi Allah. Santo Yohanes menulis, “Jikalau seorang berkata, “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta.” (1Yoh. 4:20).

Dengan demikian, perintah pertama dan terutama tercakup dalam kasih tanpa syarat pada Allah; yang kedua merupakan niat hati, konsekuensi dan buah dari yang pertama. Santo Thomas Aquino mengajarkan, “Ketika manusia dikasihi, Allah juga dikasihi, karena manusia merupakan citra Allah.” (bdk. Commentary on St. Matthew, 22:4).

Paus Benediktus XVI menegaskan, “Marilah kita mengenang para kudus, yang mewujudkan kasih dengan cara yang istimewa. Kenangan kita secara khusus terarah pada Martinus dari Tours († 397), prajurit yang menjadi rahib dan uskup: dia hampir seperti sebuah ikon, gambaran akan kesaksian kasih pribadi yang nilainya tak tergantikan.

Di pintu gerbang Amiens, Martinus membagi dua mantelnya dan memberikannya pada seorang miskin: Yesus sendiri, yang pada malam itu menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dengan mengenakan mantel tersebut.

Hal itu menegaskan kebenaran abadi dari apa yang dikatakan dalam Injil, “Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian… segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:36.40).” (Ensiklik Deus est Caritas, 40).

Katekese

Mengasihi Allah dengan hati, budi dan jiwa. Origenes dari Alexandria, 185-254:

“Layaklah dia, yang dilimpahi segala anugerah, yang bersuka cita karena kebijaksanaan Allah, karena telah memiliki hati yang penuh dengan kasih pada Allah dan jiwa yang sepenuhnya diterangi oleh pelita pengetahuan dan budi yang dipenuhi oleh sabda Allah. 

Lalu, hidup mengikuti bahwa anuggerah-anugerah itu yang sebenarnya berasal dari Allah. Ia akan memahami bahwa semua hukum dan nabi dengan cara yang sama merupakan bagian dari kebijaksanaan dan pengetahuan akan Allah.

Ia akan memahami bahwa semua hukum dan nabi tergantung dan taat pada pengajaran akan kasih pada Tuhan Allah dan kasih pada sesama; dan bahwa kesempurnaan kekudusan tercakup dalam kasih.” (Commentary On Matthew 13).

Oratio-Missio

Tuhan, kasih-Mu mengatasi segala. Penuhilah hatikuku dengan kasih-Mu; kuatkanlah iman dan harapanku. Bantulah aku untuk memberikan seluruh diriku dalam pelayanan kepada sesama dengan murah hati, seperti Engkau bermurah hati padaku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mengasihi Allah dan mempersiapkan kebangkitan? 

In his duobus mandatis universa Lex pendet et Prophetae – Matthaeum 22:40

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version