Home BERITA Lectio Divina 24.12.2021 – Sang Terang Datang dan Tanda Kehadiran-Nya

Lectio Divina 24.12.2021 – Sang Terang Datang dan Tanda Kehadiran-Nya

0
Sang Terang telah datang, by Vatican News.

Sabtu. Hari Raya Natal (P)

  • Yes. 9:1-6
  • Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13
  • Tit. 2:11-14

Lectio

1  ada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. 3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.

4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, — karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud — 5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.

6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, 7  dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. 9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. 10  Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:

11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. 12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.”

13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 14 “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”

Meditatio-Exegese

Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar

Saat Kerajaan Samaria  dihancurkan Tiglath-pileser III dan penduduknya dibuang  ke  Asyur (bdk. Yes. 8:21-22), pada jaman Raja Hizkia, Kerajaan Yehuda mengalami masa kejayaan. Sang raja berbeda dengan pendahulunya, sang ayah, Raja Ahas, yang berlaku tidak setia pada Allah.

Ahaz, misalnya, mengorbankan anaknya untuk korban api bagi dewa Molokh; menjarah emas dan perak Bait Allah untuk upeti pada raja Asyur; mengganti mezbah Bait Suci dengan mezbah rancangan bangsa asing.

Singkatnya, “Ia tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN, Allahnya, seperti Daud, bapa leluhurnya.” (2Raj. 16:2).

Pada jaman yang serba sulit, Nabi Yesaya harus percaya pada rencana dan kehendak Allah bahwa Ia menjanjikan Sang Penebus, yang kelak diberi nama Emmanuel (Yes. 7:14).

Santo Paulus menyebut tindakan Nabi Yesaya untuk percaya pada Allah seperti tindakan iman Abraham yang berharap, sekalipun tidak ada harapan untuk menaruh harapan, “Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya.” (Rm. 4:18).

Nubuat Nabi Yesaya merupakan nubuat kedua tentang janji akan Emanuel. “Anak” ini dilahirkan untuk kita, Ia dianugerahkan bagi kita oleh Allah (Yes. 9:6), karena Ia menjadi tanda bahwa Allah hadir di tengah umatNya.

Untuk Anak yang dijanjikan Allah tradisi suci melekatkan gelar-gelar istimewa yang terkait dengan bapak leluhur-Nya: Penasihat Ajaib (Salomo, bdk. 1Raj. 3), Allah yang Perkasa (Daud, bdk. 1Sam. 7), ’Bapa yang kekal’, dan keutamaan para bapa bangsa yang menciptakan damai sejahtera (bdk. Kej. 21:22-34; 26:15-35; 23:6),  Raja Damai, dan hakim seperti Musa (bdk. Kel. 18:13-26) – pembebas, pembimbing dan bapa bagi umat (bdk. Ul. 34:10-12).  

Maka, tradisi Kristiani menafsirkan gelar-gelar itu cocok disematkan hanya pada Yesus. Santo Bernardus, misalnya, menjelaskan gelar-gelar itu sebagai berikut:

“Ia sungguh ajaib dalam kelahiranNya, Penasihat saat Ia mewartakan Kerajaan Allah dan mengajar, Allah dalam berkarya, Mahakuasa saat menderita sengsara, Bapa yang kekal saat Ia bangkit dari mati, dan Pangeran damai sejahtera saat menjamin kebahagiaan abadi” (dikutip dari Sermones de diversis, 53, 1).

Walau penaklukan Galilea oleh Raja Hizkia berlangsung hanya dalam waktu singkat, itu menjadi pralambang bahwa Allah akan menyelamatkan seluruh bangsa manusia dalam Yesus Kristus.

Dalam Kitab Suci ditemukan gema nubuat yang dipenuhi oleh Yesus Kristus.

Saat Santo Lukas mengisahkan perjumpaan Gabriel dengan Ibu Maria, anak yang akan dikandung dan dilahirkannya akan menerima “takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk. 1:32b-33; bdk. Yes. 9:6).

Dalam kisah penampakan pada para gembala di Bethlehem, mereka diberitahu bahwa “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud…” (Luk. 2:11-12; bdk. Yes. 9:5).

Santo Matius mengisahkan pemenuhan nubuat Nabi Yesaya saat Yesus memulai karya pelayanan di Galilea (Mat. 4:16; bdk. Yes. 9:1):

“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.”, populus, qui sedebat in tenebris, lucem vidit magnam, et sedentibus in regione et umbra mortis lux orta est eis.

Keselamatan telah diwartakan dan terjadi dalam diri Yesus Kristus. Santo Paulus mengajak seluruh jemaat untuk “meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.” (Tit. 2:12) hingga Kristus Yesus menampakkan kemuliaanNya.

Hidup yang dituntun kebijaksanaan, perilaku adil dan taat pada Allah menumbuhkan damai sejahtera bagi semua.

Seruan rasul bagi bangsa bukan Yahudi juga bermakna undangan untuk bahu memembahu dengan siapa pun yang berkehendak baik untuk menjalin persatuan di tengah kebinekaan, menyuarakan keadilan dan kebenaran.

Dengan cara ini  “Damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu.”  (Kol 3:15).

Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah

Kaisar Agustus berkuasa di kemaharajaan Romawi dari tahun 30 SM hingga 14 M. Ia dikenal sebagai kaisar yang menyelenggarakan pelbagai macam cacah jiwa.

Cacah jiwa dilaksanakan untuk kepentingan eksploitasi atau penghisapan daerah jajahan, dengan kaum miskin menjadi korban paling parah.

Cacah jiwa dipakai sebagai dasar penetapan dan penghitungan pajak kepala, pajak tanah, potensi siapa yang membangkang, dan kebijakan represif lain.

Karena penjajah Romawi sangat lentur dalam mencengkeram daerah taklukkannya, ia menggunakan tata cara setempat untuk melaksanakan cacah jiwa sesuai dengan kebiasaan bangsa Yahudi: mendaftarkan masing-masing di tempat asal usul leluhur.

Santo Lukas menjadikan salah satu cacah jiwa yang dipaksakan pemerintah penjajah sebagai latar waktu kisah kelahiran Yesus Kristus.

Menggunakan cara kerja manusia yang sering berlawanan dengan kehendak-Nya, Allah bertindak dengan cara-Nya sendiri.

Tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan

Yesus lahir dalam keadaan termiskin dari yang paling miskin. Ia lahir dalam keluarga miskin kebutuhan hidup pokok.

Ia lahir jauh dari desa tempat orang tua-Nya tinggal, jauh dari sanak keluarga dan sahabat yang mencurahkan kasih, jauh dari rumah yang selalu memberi kehangatan. Ia lahir di antara orang asing yang tidak memiliki kepedulian pada-Nya.

Mereka hanya menyediakan kandang dan palungan.

Santo Ambrosius, Bapa Gereja dan Uskup Milan, abad ke-4, bersaksi, “Ia menjadikan diri-Nya seorang bayi […] untuk memungkinkan kamu menjadi manusia sempurna; Ia dibungkus dengan kain lampin untuk membebaskan kamu dari ikatan-ikatan maut […].

Ia datang ke dunia untuk memungkinkan kamu diangkat ke Surga; Ia tidak memiliki tempat di penginapan agar kamu memiliki banyak rumah indah di Surga. Ia, yang kaya, menjadi miskin demi kamu – Santo Paulus berkata,  ”supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya” (2Kor. 8:9) […].

Air mata Kanak-kanak yang sedang menangis ini memurnikan manusia, butir-butir air mata yang menetes menghapus dosa-dosaku.” (dikutip dari Expositio Evangelii Sec. Lucam ).

Santo Paulus mengajak untuk merenungkan keagungan misteri inkarnasi, “Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (2Kor. 8:9).

Tetapi, ternyata, ketika Ia mendatangi milik kepunyanNya, manusia menolakNya.  Penginjil Yohanes bersaksi, “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.” (Yoh. 1:11).

Nampaknya hidup Yesus benar-benar sia-sia. \Datang dalam kemiskinan total, ditolak. Tak hanya itu, puncak hidup-Nya berakhir tragis saat Ia diingkari oleh semua orang Yahudi, termasuk para sahabatNya terdekat, di hadapan Pontius Pilatus, yang mengadiliNya (bdk. Yoh. 18:28-19:16).

Penolakan mencapai titik puncak ketika Ia disalibkan! Anak Allah mengalami perendahan justru pada saat Ia memberikan diri seutuh-Nya pada manusia, tetapi manusia menolak-Nya. Tiada tempat bagi-Nya di dalam hidup tiap manusia (bdk. Luk. 2:7).

Inilah tandanya bagimu

Pasti sangat sulit untuk mengenali kehadiran Yesus. Tidaklah mudah bagi tiap orang, termasuk di sini dan sekarang, hic et nunc, untuk mengenali Yesus sebagaimana Ia hadir apa adanya.

Manusia dapat mengenali Diri-Nya saat Ia berkenan menyingkapkan diri-Nya (bdk. Yoh. 5:37; 6:45, misalnya). 

Kisah kelahiran Yesus dibagi dalam tiga babak. Santo Lukas menuturkan kelahiran normal seorang anak laki-laki, tidak berbeda bayi lainnya (Luk. 2:1-7).

Kemudian,  penampakan malaikat, ο αγγελος, ho aggelos, dengan warta tentang kelahiran Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud (Luk. 2:8-11); warta untuk para gembaladi padang rumput Bethlehem disampaikan dengan meriah, penuh nyanyian pujian. 

Di samping warta tentang kelahiran, Allah berkenan menyingkapkan tanda,  σημειον, semeion, untuk mengenali kehadiranNya: seorang bayi yang dibedung dengan kain lampin dan terbaring di palungan (Luk 1:12); Ia dipanggil sebagai Kristus, Tuhan (Luk. 1:11).

Bagian terakhir (Luk. 2:15-20), tersaji tanggapan atas kehadiran Kristus, Tuhan.

Ketika tanda kehadiran Allah diterima dengan rendah hati, selalu dimulailah perjalanan iman untuk berjumpa denganNya, menjadi dekat denganNya.

Saat bangsa Israel sedang mengalami masa kemakmuran dan kedamaian yang ternyata palsu, Nabi Amos berseru, “Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: “Carilah Aku, maka kamu akan hidup!” (Am. 5:4).  

Menanggapi tanda kehadiranNya, Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa dewasa ini, setiap anggota jemaat, Gereja, “selalu wajib menyelidiki tanda-tanda zaman dan menafsirkannya dalam cahaya Injil.” (dikutip dari Konstitusi Pastoral tentang Gereja Di Dunia Dewasa Ini, Gaudium et Spes, 4).

Di tengah hiruk pikuk kemajuan dan kelimpahan harta, Ia tetap saja hadir diantara mereka yang tersiksa karena kelaparan, kekurangan, buta huruf; yang diperbudak dalam pelbagai bentuk –baik sosial maupun psikis; yang mengalami kemalangan karena perpecahan dan benturan kekuatan yang saling bermusuhan; yang dicampakkan karena pertentangan politik, sosial, ekonomi, “kesukuan” dan ideologi; dan tetap berkecamuk bahaya perang dan penyakit (bdk. Gaudium et Spes, 4).

Katekese

Telitilah tanda-tanda jaman. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936 – sekarang:

“Semua komunitas untuk dengan seksama meneliti tanda-tanda zaman. Kita sekarang memikul tanggung jawab yang sangat berat, karena, bila tidak ditangani dengan efektif, realitas yang terjadi sekarang sangat mungkin mengarah pada proses penghancuran kemanusiaan, yang sangat sulit untuk dipulihkan.

Kita harus membedakan secara jelas apa buah Kerajaan Allah dengan apa yang menentang rencana Allah. Pembedaan ini tidak hanya mengenali dan membedakan roh, tetapi juga –dan sekaranglah saat yang tepat– untuk memilih gerakan roh baik dan menolak yang berasal dari roh jahat.” (dikutip dari Seruan Apostolik Suka Cita Injil, Evangelii Gaudium,51).

Oratio-Missio

Tuhan, melalui kelahiran Putera-Mu, Tuhan kami, Yesus Kristus, cahaya-Mu menyinari dunia. Saat kami merayakan kedatangan-Nya yang pertama, izinkanlah kami merasakan suka cita yang kelak akan Engkau anugerahkan secara penuh ketika kemuliaan-Nya memenuhi bumi kelak. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk membawa damai Natal di lingkungan terdekatku: keluarga, komunitas, lingkungan hidup dan lingkungan kerjaku?

Et hoc vobis signum: invenietis infantem pannis involutum et positum in praesepio – Lucam 2: 12

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version