Home BERITA Lectio Divina 25.09.2020 – Siapakah Anak Manusia?

Lectio Divina 25.09.2020 – Siapakah Anak Manusia?

0
Ilustrasi - Menderita, sengsara, dibunuh by laeacco.

Jumat (H)  

  • Pkh. 3:1-11
  • Mzm. 144:1a,2abc,3-4
  • Luk. 9:18-22

Lectio

18 Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” 19 Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.”

20 Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.” 21 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun. 22 Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”

Meditatio-Exegese

Yesus berdoa seorang diri

Perikop Injil Lukas meneruskan pertanyaan penting yang diawali oleh Herodes Antipas (Luk. 9:9),  Siapa gerangan Dia ini?”, quis autem est iste?  Namun, sebelum Yesus bertanya pada para murid tentang siapa jatidiri-Nya, Ia terlebih dahulu berdoa. Ia selalu berdoa sebelum menghadapi peristiwa penting dalam hidup-Nya.

Dalam peristiwa-peristiwa penting itu, Yesus menegaskan kembali tugas perutusan-Nya (Yoh. 4:34), “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”, Meus cibus est, ut faciam voluntatem eius, qui misit me, et ut perficiam opus eius.

Santo Lukas mencatat cukup banyak kesempatan saat Yesus berdoa terlebih dahulu saat menghadapi peristiwa penting dan menentukan.

Ia berdoa sebelum pembaptisan (Luk. 3:21); selama 40 hari di gurun, ketika Ia menghadapi dan mengalahkan godaan setan (Luk. 4:1-13); sebelum memilih dua belas rasul (Luk. 6:12); saat berubah rupa, bersama Musa dan Elia, dan berbincang tentang sengsara yang akan ditanggung-Nya  di Yerusalem (Luk. 9:29).

Di Taman Zaitun Ia berdoa ketika menderita kecemasan luar biasa sebelum ditangkap serdadu suruhan Imam Agung (Luk. 22:39-46). Di salib, Ia memohon pengampunan untuk untuk para serdadu yang menyiksa dan membunuh-Nya (Luk. 23:34). Dan Ia menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah (Luk. 23:46).

Menurut kamu, siapakah Aku ini?

Inilah pertanyaan yang harus dijawab setiap murid Yesus (Luk. 9:20), “Menurut kamu, siapakah Aku ini?”, Vos autem quem me esse dicitis?  Mata iman ditantang untuk terus menerus menemukan jawaban, karena Yesus menghendaki jawaban pribadi, bukan menurut orang banyak.

Dari 12 rasul, Petruslah yang mengakui Yesus sebagai, “Mesias dari Allah” – yang disucikan oleh Bapa dan diutus ke dunia untuk menebus manusia yang jatuh dalam perbudakan dosa dan terhempas dari hidup abadi bersama Allah (Luk. 9:20, Kis. 2:14-36). Mesias, kata Ibrani, diterjemahkan Christos, Yunani, bermakna: Yang Diurapi.

 Yesus ternyata melarang mereka memberitahukan identitas-Nya. Bahkan, dengan keras! Santo Cyrilus dari Alexandria (376-444), salah satu Bapa Gereja, menjelaskan alasan larangan: “Beberapa hal belum terpenuhi sehingga tidak bisa mewartakan-Nya dengan utuh. Mereka harus mewartakan salib, penderitaan dan kematian-Nya sebagai manusia.

Mereka harus mewartakan kebangkitan dari maut, agar tanda yang besar dan agung itu menjadi kesaksian bahwa Sang Emmanuel adalan Allah yang sejati dan Anak Allah Bapa.

Ia benar-benar mengalahkan maut dan menghapus kehancuran karenanya. Ia meluluh lantakkan neraka, dan menaklukkan kekuasaan musuh. Ia menghapus dosa dunia, membuka pintu yang menghubungkan penghuni surga, dan menyatukan bumi dengan sorga. Hal inilah yang akan dibuktikan-Nya.

Maka Ia menyuruh mereka untuk menjaga misteri ini dalam diam untuk sementara waktu hingga seluruh rencana pelarangan itu berakhir pada saat yang tepat.”   (dikutip dari Commentary on Luke, Homily 49)

Mesias dari Allah

Pada saat itu, semua orang mengharapkan kedatangan seorang Mesias, Pembebas yang diurapi. Tetapi masing-masing orang atau kelompok atau sekte keagamaan memiliki cara berpikir sendiri tentang Mesias. Herodes Antipas, misalnya, mengira kalau Mesias sama dengan Yohanes Pembaptis yang bangkit dari kubur.

Yang lain mengira ia adalah seorang raja kuat perkasa. Yang lain lagi mengharapkan Mesias adalah seorang imam agung.

Kelompok berikut mengharapkan kedatangan Mesias sebagai pahlawan perang yang menghancurkan kekuasaan penjajah Romawi. Kelompok lain lain mengharapkan kedatangan Mesias sebagai nabi.

Setiap orang berusaha mendesakkan pemahaman yang serupa dengan paham yang dianut Petrus: Mesias yang jaya dan perkasa. Ia tidak memanggul salib, tetapi bendera kemenangan perang; ia tak perlu menjadi raja di hati tiap muridnya; ia tidak perlu membuka mata untuk melihat suka dan duka manusia, karena mereka telah nampak seperti jajaran pohon (bdk. Mrk. 8:24). 

Semua orang  melupakan nubuat Nabi Yesaya saat ia menubuatkan kedatangan Mesias, Hamba Allah yang menderita (Yes. 42:1-9). Tanpa salib, tak mungkin manusia mengenal Yesus dan makna mengikuti-Nya.

Menghayati panggilan sebagai Hamba Yahwe, Yesus tetap setia pada jalan yang harus ditempuh-Nya, jalan salib, via crucis, dan tetap menyampaikan pemberitahuan kedua tentang sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.

Anak Manusia menanggung penderitaan dan ditolak, dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga

Sabda-Nya, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk .9:22). Mengenal Anak Manusia hanya dapat dilakukan melalui pengikatan pribadi dengan diri-Nya, berjalan bersama-Nya melalui jalan pelayanan, dari Galilea ke Yerusalem.

Jalan yang harus ditempuh selalu meminta untuk menyerahkan diri pada-Nya, mengosongkan diri sendiri, melayani, menanggung penentangan, karena tahu bahwa akan ada kebangkitan.

Salib bukan merupakan kebetulan. Jalan salib merupakan ruas jalan yang harus dilalui. Manusia menempuh jalan lain, karena ia mengikuti pola pikir, pola rasa dan pola tindak yang berpusat pada diri sendiri. Saat menempuh jalannya sendiri, manusia mengabaikan kasih dan pelayanan

Maka, ketika murid Yesus mencurahkan kasih dan melayani, ia mengikuti jalan pelayanan-Nya dari Galilea ke Yerusalem. Kemudian, meneruskan dengan mengikuti jalan salib.

Barang siapa yang mengikuti jalan salib dan melayani sesama pasti mengalami gangguan dari mereka yang hidup terlekat pada kepentingan diri sendiri.

Jika murid Yesus bersaksi tentang kemenangan Yesus Kristus, ia harus memanggul salib dan mengikuti-Nya ke mana pun Ia menuntun.

Supaya mampu memberitakan Kristus yang disalib (Kis. 5:30; 1Kor. 1:23), para murid perlu mengenal-Nya semakin dalam melalui: Kitab Suci dan ajaran para Rasul serta pengganti mereka, ajaran Gereja, dan menyambut-Nya melalui sakramen, terutama Ekaristi. 

Katekese

Petrus mengakui Yesus sebagai Anak Allah yang diurapi dan Juruselamat. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444  :

“Kamu harus tahu pertanyaan yang menuntut jawaban cerdas ini. Yesus tidak segera bersabda, “Menurutmu siapakah Aku?” Ia mengacu pada pembicaraan orang banyak yang berada di luar komunitas iman yang Ia dirikan.

Kemudian, setelah menolak dan menunjukkan bahwa pengertian mereka tidak benar, Ia menarik para murid-Nya kembali kepada pemahaman yang benar.

Ini terjadi demikian, ketika para murid berkata, “Beberapa mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.

Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Nah! Betapa kata ‘kamu’ memiliki makna penting. Ia membedakan para murid dari semua yang lain, seingga mereka dapat menghindari pemahaman yang dimiliki orang banyak.

Dengan cara ini, mereka tidak merenungkan gagasan yang tidak benar tentang-Nya atau  membingungkan diri dengan gagasan liar dan tak masuk akal. Kemudian mereka tidak juga membayangkan bahwa Yohanes telah dibangkitkan lagi dari mati, atau salah seorang dari para nabi. “Kamu,” sabda-Nya, “yang telah dipilih”, yang oleh ketetapan-Ku, telah dipanggil menjadi rasul, yang menjadi saksi karya-karya agung-Ku. Menurut kamu, siapakah Aku ini?” (dikutip dari Commentary On Luke, Homily 49).

Oratio-Missio

  • Tuhan, Aku percaya dan mengakui bahwa Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup. Ambillah hidupku, kehendakku, dan segala yang kupunya, agar aku sepenuh-penuhnya menjadi milik-Mu sekarang dan selamanya. Amin.
  • Sabda Tuhan (Luk 9:20), “Menurut kamu, siapakah Aku ini?”

Dixit autem illis, “Vos autem quem me esse dicitis?” Lucam 9:20  

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version