Senin Dalam Pekan Suci (U)
- Yes 42:1-7
- Mzm 27:1.2.3.13-14
- Yoh 12:1-11
Lectio
1 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. 2 Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. 3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: 5 “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” 6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
7 Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”
9 Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. 10 Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, 11 sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
Meditatio-Exegese
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania
Enam hari sebelum Paskah, Yesus pergi ke rumah sahabat dekat-Nya di Betania, rumah keluarga Marta, Maria dan Lazarus, yang dibangkitkan-Nya dari kematian. Pengawal Bait Allah memburu-Nya (Yoh. 11:57). Mereka hendak membunuh-Nya atas sangkaan menghujat Allah (Yoh. 11:50).
Di samping Yesus, mereka juga mengancam Lazarus dengan kematian. Ia adalah saksi tanda heran yang dibuat Yesus. Tetapi, ternyata sahabat-Nya mengabaikan ancaman itu dan tetap menerima-Nya dengan suka cita. Mereka bahkan menjamu Yesus. Kasih mengatasi ketakutan.
Di tengah perjamuan, Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Kemudian ia menyeka dengan rambutnya (bdk. Luk. 7:36-50). Seluruh rumah merasakan keharuman.
Maria menyeka kaki Yesus tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia diam, membisu. Tindakan tanpa kata sudah berbicara lebih dari cukup, Maria bertindak sebagai pelayan Yesus. Ia mengambil peran sebagai pelayan, διακονος, diakonos.
Sabda-Nya (Yoh. 12:26), “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barang siapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”, Si quis mihi ministrat, me sequatur, et ubi sum ego, illic et minister meus erit; si quis mihi ministraverit, honorificabit eum Pater.
Empat hari berikut, Yesus mengulangi apa yang dilakukan Maria pada-Nya pada saat Ia melakukan Perjamuan Malam terakhir (Yoh. 13:5).
Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin?
Yudas mencela apa yang dilakukan Maria sebagai pemborosan. Tentu, siapa pun tahu harga minyak narwastu itu sebesar 300 dinarius, setara dengan upah kerja 300 hari.
Dan seperti barang, tiap orang pasti membeli sesuai dengan pendapatan harian yang diperoleh. Seorang tukang kayu, seperti Yusuf, pasti membeli minyak dengan kualitas yang tidak sama dengan Khuza, bendahara di istana Herodes Antipas (Luk. 8:3).
Dalam benak Yudas, hanya uanglah yang dapat menolong kaum miskin. Tetapi, di balik sikapnya yang seolah mulia, ia menyembunyikan kelakuannya sendiri. Yohanes bersaksi, “Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.” (Yoh. 12:6).
Dengan cara ini pula, penginjil mengingatkan bahwa hidup bersama dalam komunitas iman selalu dikembangkan oleh relasi kasih. Mengasihi Yesus dan melayani saudara-saudari dan ibu-Nya (bdk. Mat. 12:50; Mrk. 3:35) selalu terarah untuk kebaikan bersama, bukan mencari keuntungan bagi diri sendiri.
Biarkanlah dia melakukan hal ini
Yesus membela Maria, perempuan yang dikecam Yudas Iskariot. Ia memiliki hati yang sepenuhnya diserahkan pada Yesus. Hatinya tertambat pada-Nya, walaupun hanya kadang-kadang bertemu, barangkali setahun sekali ketika Yesus pergi ke Yerusalem.
Sedangkan Yudas hampir seluruh waktunya digunakan untuk tinggal bersama Yesus tanpa kunjung putus selama tiga tahun. Ia sendiri memutuskan relasi itu ketika menyerahkan-Nya pada pemimpin agama Yahudi untuk 30 keping uang perak.
Yudas masuk dalam kelompok para rasul, tetapi hatinya tidak ditambatkan pada Yesus. Ia membuat dirinya buta untuk melihat yang lebih luhur dari pada sekedar uang yang dipercayakan kepadanya. Maka, Yudas tahu Yesus, tetapi tidak mengenal-Nya.
Ada banyak orang yang memuji dan memuliakan Yesus, tetapi mereka tidak masuk dalam Kerajaan-Nya, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.” (Mat. 7:21).
Orang miskin selalu ada pada kamu
Yesus mengingatkan Yudas dengan cara mengutip bagian awal perintah Allah dalam Hukum Musa, “Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu” (Ul. 15:11).
Cara pengutipan ini sesuai dengan kebiasaan, karena mengandaikan orang mengingat bagian yang lain. Menurut hukum ini, kesejahteraan anggota komunitas iman menjadi tanggung jawab seluruh jemaat. Tiap orang harus membuka membuka tangan lebar-lebar bagi mereka yang berkekurangan, sakit, ditindas dan difabel.
Orang yang bertindak seperti Yudas: menjual minyak narwastu seharga 300 dinarius dan membagi-bagikan uang pejualan itu, pasti dipuji banyak banyak. Tetapi, orang seperti Yesus, yang merangkul dan membagi hidup bagi mereka yang berkekurangan, sakit, ditindas dan difabel, pasti, akan membahayakan hidupnya sendiri.
Dan risiko itu disadari Yesus sepenuhnya. Sabda-Nya (Yoh. 12:7), “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.”, Sine illam, ut in diem sepulturae meae servet illud.
Katekese
Allah mengasihi kita lebih dahulu. Santo Augustinus dariHippo, 354-430:
“Lakukan perintah-perintah-Nya karena kasih. Mungkinkah ada yang menolak untuk mengasihi Allah kita, karena begitu berlimpah belas kasih-Nya, begitu adil semua jalan-Nya? Mungkinkah ada yang menyangkal kasih kepada-Nya yang pertama-tama mengasihi kita, walaupun kita semua bertindak tidak adil dan sombong?
Mungkinkah ada yang menolak untuk mengasihi Allah yang sangat besar kasih-Nya hingga rela mengutus Anak-Nya yang tunggal, bukan hanya untuk hidup di antara manusia, tetapi juga harus dihukum mati demi mereka dan di tangan mereka sendiri?” (Catechetical Instructions 39)
Oratio-Missio
Tuhan, anugerahilah kami iman yang hidup, harapan yang kokoh, dan kasih yang berkobar, kasih kepada-Mu. Jauhkanlah dari kami kemalasan untuk merenungkan sabda-Mu, kemalasan untuk berdoa kepada-Mu.
Anugerahilah kami semangat dan kegembiraan untuk memandang wajah-Mu dan bersuka cita atas anugerah dari-Mu, dan belas kasih-Mu kepadaku. Tuhan yang maha baik, yang kami mohon dari-Mu adalah: berilah kami rahmat untuk bekerja demi dan melalui Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.” (doa Santo Thomas More, abad ke-16, terjemahan bebas).
- Apa yang perlu kulakukan untuk melayani dan mengasihi Tuhanku?
Dixit ergo Iesus, “Sine illam, ut in diem sepulturae meae servet illud.” – Ioannem 12:7