- 2Tes. 3:6-10,16-18
- Mzm. 128:1-2,4-5
- Mat. 23:27-32
Lectio
27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. 28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh 30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. 31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. 32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!
Meditatio-Exegese
Kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih
Di Palestina, pada jaman Yesus, pemakaman sering ditemukan di tepi jalan. Tiap makam diberi penanda cat putih, agar berkilau bila ditimpa matahari dan mudah dikenali. Orang Yahudi tidak boleh menyentuh apa pun yang berhubungan dengan mayat, tulang belulang dan kuburan, karena najis.
Kitab Bilangan mengatur, “Juga setiap orang yang di padang, yang kena kepada seorang yang mati terbunuh oleh pedang, atau kepada mayat, atau kepada tulang-tulang seorang manusia, atau kepada kubur, orang itu najis tujuh hari lamanya.” (Bil. 19:16). Maka, tiap makam nampaknya indah, tetapi di dalam hanya berisi kebusukan.
Yesus dengan nada keras mengecam kemunafikan, υποκριτα, hupokrita. Ia mengingatkan akan kesia-siaan saat orang membanggakan penampilan luar, seperti pemain tari topeng yang menyembunyikan wajah asli.
Nabi Yesaya bernubuat tentang pengadilan yang dilakukan oleh Sang Mesias, “Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran.” (Yes. 11:3-4).
Di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan
Yesus memperlawan keindahan dan kemurnian dengan hati dan jiwa yang dipenuhi dosa dan kecondongan untuk melakukan apa yang salah dan jahat. Keindahan dan kemurnian sama dengan hati yang “suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku.” (Mzm. 40:8). Sedangkan hati yang mengejar kejahatan, pasti, menuju kamatian (bdk. Ams. 11: 19).
Yesus mengingatkan bahwa yang menajiskan seseorang adalah apa yang keluar hati seseorang. Dari hatinya timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat (Mat. 15:18-19). Maka, perbuatan baik selalu indah di mata Allah dan tiap perbuatan jahat atau penuh dosa selalu buruk di hadapan-Nya.
Ragi kaum Farisi adalah kemunafikan: mementingkan perilaku keagamaan yang dapat dilihat. Yang dilihat berbeda jauh dengan apa yang hidup di dalam hati. Mereka tidak hanya mengabaikan kaum miskin dan lemah, tetapi juga membenci orang yang menentang gagasan mereka tentang hidup keagamaan.
Para nabi dibunuh karena mereka berbicara atas nama Yahwe supaya bangsa Israel melakukan kehendak-Nya. Tetapi yang dilakukan sebaliknya, bangsa itu tidak melakukan keadilan; mereka tidak lagi menyembah Yahwe, tetapi menggantinya dengan Kewan, dewa bintang dari Babel (bdk. Am. 5:21-27). Dan, dengan memperindah makam para nabi, mereka membenarkan seluruh pembunuhan oleh leluhur mereka.
Kemunafikan hanya dapat diatasi dengan cara: menghancurkan dari dalam hati segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Selanjutnya pesan Nabi Amos (Am. 5:15), “Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang.”, odite malum et diligite bonum et constituite in porta iudicium.
Katekese
Kebaikan dilakukan untuk Allah. Bapa Gereja tidak dikenal, dari abad ke-5.
“Setiap perbuatan baik yang dilakukan untuk Allah pada umumnya baik bagi setiap hal dan setiap orang. Tetapi, perbuatan yang nampaknya tak bermanfaat bagi segala dan setiap orang dilakukan demi kepentingan manusia, seperti dicontohkan sekarangan ini.
Misalnya, mereka yang membangun istana dan menghias gereja-gereja nampaknya sedang melakukan perbuatan baik.
Jika mereka meneladan keadilan Allah, jika kaum miskin mendapatkan manfaat dari perbuatan mereka dan jika mereka tidak memperolah harta benda dari kesewenang-wenangan terhadap sesama, jelaslah bahwa mereka sedang membangun kemuliaan Allah.
Jika mereka gagal melaksanakan keadilan Allah … dan jika kaum miskin tak pernah mendapatkan keuntungan dari harta benda mereka dan jika mereka memperoleh harta benda dari orang lain dengan cara kesewenang-wenangan atau penipuan, siapa yang demikian bodoh untuk tak memahami bahwa mereka sedang membangun kehormatan manusia, bukan kemuliaan Allah?
Mereka yang membangun istana dengan cara yang adil menjamin bahwa kaum miskin tidak menderita karena tindakan mereka. Karena para martir tidak bersuka cita ketika mereka dihormati dengan pemberian yang berasal dari cucuran air mata kaum miskin.
Keadilan macam apa yang diberikan pada orang mati dan untuk merampok orang hidup atau untuk mengeringkan darah kaum miskin serta mempersembahkan kepada Allah?
Tindakan semacam ini tidak pernah menjadi persembahan bagi Allah, tetapi mencobai Allah untuk memaksanya membantu dalam tindakan sewenang-wenang. Setiap orang tahu bila menerima pemberian yang diperoleh dengan cara yang berlumur dosa ambil bagian dalam dosa” (dikutip dari An Incomplete Commentary on The Gospel Of Matthew, Homily 45).
Oratio-Missio
- Tuhan, condongkanlah hatiku pada kebijaksanaanMu dan ajarkanlah jalanMu padaku. Penuhilah hatiku dengan Roh Kudus, agar aku mengsihi jalanMu dan menaati sabdaMu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk membenci yang jahat dan mencintai yang baik keadilan?
Sic et vos a foris quidem paretis hominibus iusti, intus autem pleni estis hypocrisi et iniquitate – Matthaeum 23:28