Home BERITA Lectio Divina 26.10.2024 – Ia Panjang Sabar

Lectio Divina 26.10.2024 – Ia Panjang Sabar

0
Tuan, saya rawat setahun lagi, by Jan Luyken

Sabtu. Minggu Biasa XXIX, Hari Biasa (H)

  • Ef 4:7-16′
  • Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5.
  • Luk 13:1-9.

Lectio

1 Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. 2  Yesus menjawab mereka: “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?

3  Tidak, kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. 4  Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? 5  Tidak, kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”

6  Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. 7 Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini. Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma.

8  Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, 9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia.”

Meditatio-Exegese

Kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala

Allah memberi tiap anggota Gereja kasih karunia yang berbeda satu dengan yang lain. Karunia itu diberikan cuma-cuma sesuai dengan kehendak-Nya dan digunakan untuk melayani seluruh umat. Digunakan kata χαρις, charis, yang sepadan dengan gratia, kasih karunia.  

Paulus tidak merinci seluruh kasih karunia. Ia hanya menyebutkan dan melukiskan beberapa yang dipandangnya penting untuk pertumbuhan dan pendewasaan iman umat yang dibinanya.

Kasih karunia yang dimaksukannya mencakup, pertama, rasul, yang tak hanya mencakup dua belas ‘batu pondasi’ Gereja, tetapi juga beberapa anggota pendiri yang penting, seperti Paulus.

Kedua, nabi, orang yang dianugerahi pesan khusus oleh Allah terkait dengan situasi khusus yang dihadapi umat. Bila para Rasul memusatkan perhatian pada penerusan warisan iman Rasuli, nabi diutus untuk menjaga Gereja tetap setia pada tugas pengutusan dan menjawabi tantangan zaman.

Selanjutnya, para pewarta bertugas menyebarluaskan dan mengundang tiap priadi untuk tahu dan menerima Yesus sebagai Tuhan mereka hingga, akhirnya, menjadi anggota Gereja. Beberapa dari mereka membantu Gereja mendewasakan umat melalui pengajaran; yang lain membantu Gereja menyebarkan iman ke segala penjuru.  

Akhirnya, gembala dan pengajar merawat tiap anggota Gereja dengan pelayanan sakramental dan menjelaskan pesan Allah kepada tiap pribadi anggota Gereja.

Maksud pemberian kasih karunia sangat jelas, yakni: semua ‘orang kudus’, tiap pribadi yang dibaptis, ambil bagian dalam karya pelayanan untuk seluruh anggota Gereja, membangun Tubuh Kristus. Maka, kasih karunia tidak dieksploitasi untuk diri sendiri.

Paulus menulis bahwa seluruh kasih karunia digunakan bagi umat sampai, “semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” (Ef. 4:13).

Kasih karunia tidak perlu menjadi pertentangan dan perpecahan, seperti terjadi di Korintius, saat anggota umat berkata, “Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos…” (1Kor. 1:12-13). Yang beragam harus saling melengkapi agar kesatuan umat terjamin.

Kesatuan umat harus dijaga dengan baik melalui pengajaran iman yang benar sesuai dengan warisan para Rasul, yang dilanjutkan para pengganti mereka. Pengajaran itu membantu tiap pribadi untuk teguh berpegang pada ajaran iman yang benar dan tidak goyah bila ditentang para pengajar palsu (Ef. 4:14-15).

Akhirnya, Paulus melukiskan kesatuan umat seperti tubuh yang hidup dengan Kristus sebagai Kepala. Lebih lanjut, para Bapa Konsili Vatikan II mengajar, “Seperti dalam tata susunan tubuh yang hidup tidak satu pun anggota bersifat pasif melulu, melainkan beserta kehidupan tubuh juga ikut menjalankan kegiatannya, begitu pula dalam tubuh Kristus, yakni Gereja, seluruh tubuh “menurut kadar pekerjaan masing-masing anggotanya mengembangkan tubuh” (Ef 4:16).

Bahkan sedemikian rupalah dalam tubuh itu susunan serta menggabungan anggota-anggotanya (lih. Ef. 4:16), sehingga anggota, yang tidak berperan menurut kadarnya demi pertumbuhan tubuh, juga harus dipandang tidak berguna bagi Gereja atau bagi dirinya sendiri.” (Dekrit tentang Kerasulan Awam, Apostolicam Actuositatem, 2).

Kabar tentang orang-orang Galilea dan 18 orang mati ditimpa menara dekat Siloam

Kabar yang luar biasa pasti cepat menyebar ke semua telinga, termasuk pembunuhan orang Galilea di Bait Suci di Yerusalem. Dalam perjalanan ke Yerusalem, banyak orang pasti juga menceritakan kekejaman Pontius Pilatus ini pada Yesus.

Wali Negeri Israel ini memerintahkan pasukannya untuk membantai orang Yahudi dari Galilea di pelataran Bait Allah. Darah orang yang dibunuh dicampurkan dengan darah hewan korban.

Tak ada laporan pasti penyebab kemarahan sang gubernur Romawi ini. Tiada laporan mengapa ia memilih tempat tersuci bagi kaum Yahudi, Bait Allah, untuk membunuh orang Yahudi itu. Tetapi, tindakan politik wali negeri Romawi sangat melukai hati bagi bangsa Yahudi.

Pontius Pilatus dicap sebagai pemimpin yang kejam dan biadab. Pembantaian di Bait Suci dipandang melanggar kesucian pusat keagaman bangsa Yahudi. Dan tindakan ini menjadi api dalam sekam yang akan memicu pemberontakan. 

Dikabarkan juga juga kematian 18 orang dekat Siloam. Mereka menjadi korban menara yang runtuh  atau ambruk setelah dihantam badai.

Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian

Orang Yahudi saat itu selalu menghubungkan kematian karena kemalangan dan bencana selalu diakibatkan oleh dosa yang diperbuat di masa lalu. Para korban itu pasti berdosa dan kena tulah.

Kitab Amsal mengingatkan bahwa dosa dapat menyebabkan bencana, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.” (Ams. 24:16).

Yesus justru menggunakan laporan pandangan mata itu untuk menyingkapkan kebobrokan orang Yahudi. Yesus membenci cara pemerintahan yang menindas dengan tangan besi (Mat. 20:25).

Ia melukiskan Herodes Antipas sebagai serigala (Luk. 13:32). Apa yang dimaksudkan-Nya jelas: para pembesar di Galilea. Mereka tidak mau menentang penjajah Romawi, tetapi bersekutu dengan penjajah dan menindas bangsa sendiri.

Para orang terpandang di Galilea menjadi kaki tangan Herodes Antipas, raja wilayah dan bawahan Romawi. Mereka ikut menindas, menghisap dan mengeksploitasi daerah yang subur dan penduduk miskin. Mereka makmur di atas penderitaan rakyat jelata (bdk. Luk. 16:19-30).

Maka, bila para murid-nya berperilaku seperti itu, Ia terus menggemakan sabda-Nya (Luk. 13:3.5), “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”, Non, dico vobis, sed, nisi paenitentiam egeritis, omnes similiter peribitis.

Demikian juga, para pemuka di Yerusalem menciptakan tata cara pengelolaan ekonomi Bait Allah. Seluruh potensi ekonomi terkait dengan peribadatan dapat mereka kuasai.

Menggemakan nubuat Nabi Yesaya dan Nabi Yeremia, Yesus dalam kemarahan-Nya mengecam para penguasa Bait Allah dan bawahan mereka, karena mengubah rumah doa menjadi sarang penyamun atau kejahatan (Luk. 19:45-46; Yes. 56:7; Yer. 7:11).

Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi

Kebobrokan manusia rupanya telah menyebabkan kejengkelan di pihak Allah. Ia mengharapkan manusia menghasilkan kebaikan, seperti buah ara yang manis, tetapi yang didapatinya adalah kebobrokan.

Manusia yang disamakan dengan pohon ara ternyata, tidak menghasilkan apa-apa (bdk. Yes. 28:4; Yer. 8:13; Hos. 9:10). Walaupun ditanam di kebun anggur dan rawat dengan baik sampai tua (bdk. Im. 19:23-25), mereka hanya menghasilkan kejahatan.

Maka, karena tidak menghasilkan apa-apa, pohon ara itu layak ditebang (Luk. 13:7).

Akan tetapi, si pengelola kebun anggur menolak perintah untuk menebang. Ia malah meminta supaya pohon itu diberi kesempatan hidup setahun lagi. Ia, bahkan, lebih berusaha keras untuk mencangkul dan memupuk dengan harapan pohon itu berbuah di tahun berikut (Luk. 13:8-9). 

Kata pengelola kebun (Luk. 13:9), “Mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia.”, et si quidem fecerit fructum: sin autem, in futurum succides eam.

Maka, melalui perumpamaan ini Yesus menyingkapkan kesabaran dan kerahiman  Allah yang tak terbatas. Namun, Ia juga mengingatkan akan pengadilan yang pasti,  cepat atau lambat, akan datang. Allah datang untuk mengadili manusia, seperti dinubuatkan nabi.

Melalui Nabi Yesaya, Allah bersabda (Yes. 26:9), “Sebab apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk dunia akan belajar apa yang benar.”,Cum resplenduerint iudicia tua in terra, iustitiam discent habitatores orbis.

Supaya didapati Allah benar dan tidak ditebang (Luk. 13:9), hasilkanlah buah ara yang manis bagi-Nya. Buah yang manis: iman, harapan, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (bdk. Gal. 5:22-23).

Katekese

Tiga kali Tuhan mengunjungi kita pada jaman bapa bangsa, para nabi dan Injil.  Santo Augustinus dari Hippo, 354-430:

“Sangat tepat Tuhan bersabda pada pohon yang tak menghasilkan buah itu, “Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!” Tetapi si tukang kebun itu memohon … .

Pohon ara ini adalah umat manusia. Tuhan mendatangi pohon ini pada jaman para bapa bangsa; sepertinya, inilah kunjungan pertama-Nya. Ia mengunjungi pohon itu pada masa penerapan hukum dan para nabi; sepertinya, inilah kunjungan tahun kedua. Kini adalah zaman kita; melalui Injil tahun ketiga sudah dimulai.

Kini sepertinya sudah waktunya pohon ini ditebang; tetapi dia yang berbelas kasih memohon pada Dia yang berbelas kasih. Ia hendak menunjukkan betapa hati-Nya penuh belas kasih dan kerahiman, maka ia berdiri dihadapan-Nya untuk memohon pengampunan.

“Tuan,” katanya, “biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya.” Memberi pupuk merupakan tanda kerendahan hati. 

“Aku memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah.” Apakah pohon itu akan berbuah, atau, sebaliknya, tidak berbuah sama sekali, Tuannya tetap akan datang dan memisahkannya.

Apa yang dimaksud dengan ‘memisahkan’? Dalam komunitas sekarang terdapat orang yang baik dan orang yang jahat, seolah-olah mereka membentuk satu kesatuan tubuh.” (Sermon 254.3)

Oratio-Missio

Tuhan, kuatkanlah niat hatiku untuk tidak menyia-siakan anugerah-Mu. Ajarilah aku untuk selalu menjawab “ya” atas rencana-Mu dan kehendak-Mu dalam hidupku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan supaya terhindar dari kebinasaan?

et si quidem fecerit fructum: sin autem, in futurum succides eam – Lucam 13:9

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version