Home BERITA Lectio Divina 26.11.2024 – Waspada pada Penyesatan

Lectio Divina 26.11.2024 – Waspada pada Penyesatan

0
Tidak ada satu batu pun terletak di atas batu yang lain, by Vatican News

Selasa. Minggu Biasa XXXIV, Hari Biasa (H)

  • Why. 14:14-20
  • Mzm. 96:10.11-12.13
  • Luk. 21:5-11

Lectio

5 Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: 6 “Apa yang kamu lihat di situ — akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

7 Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” 8 Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.

9 Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” 10 Ia berkata kepada mereka: “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan,

11 dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.”

Meditatio-Exegese

Beberapa orang berbicara dan mengagumi Bait Allah

Santo Lukas mengisahkan Yesus mengajar di Bait Allah. Ini merupakan penampilan-Nya di muka umum untuk terakhir kali. Saat Ia di situ, para murid dibiarkan-Nya menikmati kemegahannya. 

Tetapi, Yesus justru menubuatkan (Luk. 21:6), “Apa yang kamu lihat di situ – akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”, Haec quae videtis, venient dies, in quibus non relinquetur lapis super lapidem, qui non destruatur.

Kehancuran Bait Allah selalu dikaitkan dengan akhir jaman. Namun, berpijak dari pengalaman Gereja Perdana, terutama kaum miskin dan yang dikejar-kejar,  keruntuhan Bait Allah pada tahun 70 menjadi sarana pengajaran iman.

Di masa lalu, pada masa Bait Allah Salomo, orang Israel percaya bahwa Allah selalu hadir dan melindungi mereka. Akan tetapi, Nabi Yeremia memporak-porandakan rasa aman ilusif pada Bait Allah duniawi itu.

Allah tidak bisa dikurung untuk bersemayam di bangunan buatan tangan manusia. Ia berkenan berdiam di antara manusia bila mereka berperi hidup sesuai kehendak-Nya.

“Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait Tuhan, bait Tuhan, bait Tuhan, melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini.” (Yer. 7:4-7).

Berbeda dengan Salomo, Herodes Agung memiliki movatisi berbeda saat ia memugar Bait Allah, mulai tahun 19 SM hingga 64 M. Ia tak pernah mempersembahkannnya untuk Allah, tetapi untuk menarik simpati kaum Yahudi untuk mendukung kekuasaannya sebagai wakil penjajah Romawi.

Kenisah, yang seharusnya dipersembahkan pada Allah, telah berubah menjadi “sarang penyamun” (Luk. 19:46). Santo Yohanes dengan rinci menggambarkan Bait Allah sebagai tempat jual-beli hewan ternak persembahan dan penukaran uang (Yoh. 2:14).

Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?

Tidak akan pernah ditemukan jawaban waktu dalam makna chronos. Juga tanda-tanda, σημειον, semeion, akhir dunia. Memang, akan banyak terjadi pergolakan dalam seluruh sendi hidup manusia.

Bencana alam tidak berkesudahan. Epidemi memakan jutaan manusia. Kelaparan memporak porandakan peradaban. Di samping itu, para murid Kristus menghadapi pengejaran, penganiayaan, dan, bahkan, kematian.

Pada saat yang penuh pergolakan dan kekacauan, banyak orang berteriak-teriak dan mengaku diri sebagai juruselamat, pembawa damai. Yesus menubuatkan, “Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.” (Luk. 21:8).

Menghadapi semua itu, Yesus mengingatkan supaya setiap murid selalu berpegang pada diri-Nya. Tidak goyah karena penyesatan yang dilakukan atas nama-Nya.

Menghadapi para penyesat, Bunda Gereja mengajarkan, “Sebelum kedatangan Kristus, Gereja harus mengalami ujian terakhir yang akan menggoyahkan iman banyak orang. Penghambatan, yang menyertai penziarahannya di atas bumi, akan menyingkapkan “misteri kejahatan”.

Satu khayalan religius yang bohong memberi kepada manusia satu penyelesaian semua untuk masalah-masalahnya sambil menyesatkan mereka dari kebenaran.

Kebohongan religius yang paling buruk datang dari Anti-Kristus, artinya dari mesianisme palsu, di mana manusia memuliakan diri sendiri sebagai pengganti Allah dan mesias-Nya yang telah datang dalam daging.” (Katekismus Gereja Katolik,  675).

Maka, sabda-Nya (Luk. 21:8), “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan.”, Videte, ne seducamini.

Maka, menyongsing kedatangan-Nya, pada zaman akhir ini, Ia telah berbicara kepada tiap pribadi dengan perantaraan Anak-Nya (Ibr. 1:2), maka putera-puteri Gereja dipanggil untuk  melaksanakan keadilan di mana pun kaki melangkah dan tangan mengayun.   

Para murid melakukan seruan Nabi Yeremia untuk “tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini.” (Yer. 7:5-7)

Katekese

Tanda-tanda pertama akhir jaman. Santo Maximus dari Turin, wafat kira-kira 408-423 :

“Barangkali kalian, para saudara dan saudari, merasa cemas, karena kita mendengar dan menyaksikan terus menerus peperangan dan penyerbuan yang tak pernah berhenti. Barangkali kasih kita makin lama makin luntur karena semua itu terjadi di jaman kita, sekarang ini.

Alasannya adalah semakin dekat kita pada kehancuran dunia, semakin dekat kita pada Kerajaan Sang Juruselamat. Tuhan kita sendiri bersabda, “Pada akhir bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan.

Ketika kamu melihat perang, gempa bumi dan kelaparan, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah telah dekat.” Semua itu menunjukkan pada kita bahwa Kristus telah dekat.” (Sermon 85.1)

Oratio-Missio

Tuhan, bantulah aku untuk, lebih dahulu, mencari Kerajaan-Mu dan menolak apa pun yang menjauhkan dari jalan, damai, kebenaran, dan kesucian. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk semakin mengasihi Allah, yang tak kelihatan?

Videte, ne seducamini. – Lucam 21:8

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version