Home BERITA Lectio Divina 27.08.2023 – Tetapi Apa Katamu, Siapakah Aku Ini?

Lectio Divina 27.08.2023 – Tetapi Apa Katamu, Siapakah Aku Ini?

0
Santo Petrus dan Paulus, by Carlo Crivelli

Hari Minggu Biasa XXI (H)

  • Yes. 22:19-23
  • Mzm. 138:1-2a,2bc-3,6,8bc
  • Rm. 11:33-36
  • Mat. 16:13-20

Lectio (Mat. 16:13-20)

Meditatio-Exegese

Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya

Sebna, Sebanyah(u), dipercaya sebagai sebagai pengurus istana (Yes. 22:15) dan panitera kerajaan (2Raj. 18:18; 19:2; Yes. 36:3), dalam pemerintahan Raja Hizkia sekitar tahun 710 sebelum Masehi. Namun, Nabi Yesaya mengecam kejaharannya dan menubuatkan kematian yang akan segera menimpanya.

Saat Yehuda dikepung tentara Sanherib, dari Asyur, setiap orang harus bersiaga, mati raga dan mempersiapkan perlawanan, Sebna dan gerombolannya, “kegirangan dan sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan minum anggur, sambil berseru: “Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” (Yes. 22:13).

Sebna  bertindak menyimpang ketika, di tengah pengepungan, membangun kuburan batu  yang dipahat mewah, megah dan mencolok mata.

Penggalian arkheologi menemukan sebagian ambang atas kuburan yang tak pernah dipakai. Nama Sebna atau Sebanyah(u) terukir di ambang itu. Artefak ini disimpan di British Museum (www.britishmuseum.org).

Karena Sebna gagal melaksanakan tugas dari raja keturunan Daud, Allah mengutus Nabi Yesaya untuk memecatnya dari jabatan dan menggantikan dengan pejabat yang tapat dan cakap. Allah memilih Elyakim bin Hilkia sebagai kepala istana.

Saat pelantikan, kepadanya dikenakan jubah dan ikat pinggang yang menjadi tanda jabatan tinggi (Yes. 22:21). Ia juga diberi peran sebagai “bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda” (Yes. 22:21).

Sebagai kepala istana, ia diberi kunci rumah Daud sebagai lambang kekuasaan dan memberinya kuasa untuk ‘membuka dan menutup’, yakni: putusan akhir yang mengikat, demi kebaikan seluruh kerajaan (Yes. 22:22).

Nubuat Nabi Yesaya ini bergema kuat dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam Injil. Nubuatnya, “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.” (Yes. 22:22) sejajar dengan wahyu Allah yang disingkapkan Rasul Yohanes, “Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup.” (Why. 3:7).

Yesus adalah Daud baru. ‘Kunci Daud’ yang Ia pegang menjadi kunci kuasa merupakan kunci kuasa ilahi-Nya untuk membuka pintu surga (Mat. 3:16; Katekismus Gereja Katolik, 1026).

Dan Gereja selalu melambungkan pujian pada-Nya dalam Antifon Ibadat Sore seminggu sebelum Hari Raya Natal, “Datanglah, ya Tuhan, Engkaulah kunci kerajaan Allah. Bebaskanlah umatMu dari penjara dan kegelapan maut.” (Ibadat Sore, Antifon, 20 Desember).

Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi

Yesus sering menyingkir ke daerah yang sunyi untuk mendidik para murid atau membahas hal yang sangat penting dengan mereka. Kali ini Ia menyingkir ke Kaisarea Filipi, 40 kilometer  sebelah utara Danau Galilea.

Kaisarea Filipi merupakan sebuah kota – tetapi, dalam Mrk. 8:27, digambarkan sebagai kumpulan kampung-kampung –  yang terletak di kaki Gunung Hermon. Kota ini sangat strategis di perbatasan dengan Siria.

Secara tradisional, wilayah Kaisarea Filipi berada dalam kekuasaan suku Dan, yang ditetapkan untuk mendiami wilayah bagian utara Tanah Terjanji. Pada saat kunjungan Yesus, wilayah yang dihuni mayoritas penduduk berbangsa kafir itu, ada dalam kekuasaan Herodes Filipus. 

Separo Suku Manasye tinggal di wilayah itu, tempat orang Kanaan mendirikan pemujaan bagi Baal-gad (Yos. 11:17; 12:7; 13:5) dan Baal Hermon (Hak. 3:3; 1Taw. 5:23).

Pada abad ke-4 SM, ketika ditaklukkan pasukan Alexander Agung, orang Yunani mempersembahkan tempat pemujaan ini untuk Dewa Pan, pelindung alam, gembala, kawanan domba, mata air dan kesuburan.

Di tempat pemujaan ini meluap air yang terus mengaliri Sungai Yordan (bdk. Flavius Yosephus, Antiquities, 15.10.3). Karena di bawah perlindungan Dewa Pan, kota ini juga disebut sebagai Panias. 

Pada akhir abad 1 SM, Herodes Agung membangun kuil di dekat mata air Sungai Yordan. Kuil itu merupakan simbol pengangkatan Kaisar Agustus sebagai dewa. Setelah ayahnya mangkat, Herodes Filipus membangun kembali kota kecil ini dalam gaya Helenis dan menambahkan nama Filipus untuk menghormati dirinya sendiri.

Di tempat yang berdiri di atas batu karang ini, Yesus hendak mengundang para murid untuk menyingkapkan identitas diri-Nya sebagai Mesias dan sekaligus melambangkan penaklukan atas dewa kafir.

Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?

Yesus menanyakan identitas diri-Nya seperti dipahami orang banyak. Orang banyak menyamakan Dia dia dengan Yohanes Pembaptis yang bangkit dari mati seperti Herodes Antipas (Mat. 14:2); orang lain lagi mengira bahwa Ia adalah Nabi Elia yang akan merintis jalan bagi Mesias (Mal. 2:23; 4:5); yang lainnya lagi mengira Ia adalah Nabi Yeremia atau seorang dari para nabi terdahulu.

Semua orang yang disebut para rasul adalah nabi. Kemungkinan orang banyak juga menyebut nama nabi palsu. Umat Israel sadar bahwa roh nabi sejati sudah tidak hadir di tengah umat sejak nabi terakhir, Nabi Maleaki pada abad ke-5 SM.

Mereka juga percaya pada nubuat Musa bahwa seorang Nabi seperti Musa akan dibangkit dari antara mereka (Ul. 18:15-19) dan akan mencurahkan Roh Allah pada umat dan mengumpulkan segala bangsa (bdk. Yeh. 36:26-27; Yl. 3:1-2).

Tanda-tanda itulah yang mengawali jaman Sang Mesias. Dan Yesus mengajar dengan penuh kuasa, mengajarkan dengan lambang dan perumpamaan seperti para nabi serta melakukan banyak mujizat. 

Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?

Dengan cepat Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat 16:16). Tentang pengakuan iman Petrus, Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444, menulis, “Petrus tidak berkata, “Engkau adalah seorang Kristus” atau “seorang putera Allah”, tetapi, “Sang Kristus, Sang Putera Allah”.

Karena banyak orang disebut kristus (yang berarti : orang yang diurapi) karena rahmat, yang mendapatkan status pengangkatan sebagai anak; tetapi hanya satu saja, yang karena kodratnya, adalah Sang Anak Allah.

Maka, dengan mengunakan kata sandang penentu, ia berkata, Sang Kristus, Sang Putera Allah. Menyebut-Nya sebagai Sang Anak Allah yang hidup, Petrus menunjukkan bahwa Sang Kristus itulah hidup; dan kematian tidak pernah berkuasa atas-Nya.

Dan bahkan jika sebagai manusia yang lemah dan mati, Ia bangkit lagi. Karena Sang Sabda, yang tinggal di dalam Dia, tidak dapat ditaklukkan dalam ikatan maut.” (Fragment 190).

Engkau adalah Petrus.

Yesus memuji Petrus atas pengkuan iman yang dilakukan dengan meriah, karena Allah yang menyingkapkannya padanya. Selanjutnya Ia bersabda (Mat. 16:18), “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”, Tu es Petrus, et super hanc petram aedificabo Ecclesiam meam; et portae inferi non praevalebunt adversum eam.

Menggunakan bahasa Aram, Yesus ‘bermain’ kata ‘petrus’. “Engklau adalah Petrus (Kefas) dan di atas batu karang ini (kefas) ini Aku akan mendirikan jemaatKu.” 

Dengan menyebut Petrus, Yesus menekankan kembali nama baru yang disandang Simon, ketika Ia pertama kali bertemu dengan-Nya di tepi Sungai Yordan sebelum memulai karya pelayanan-Nya di Galilea.

Saat itu, Yesus bersabda, “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)” (Yoh. 1:42). Penginjil lain juga mencatat perubahan nama ini (lih. Mrk. 3:16; Luk. 6:14).

Kefas berarti “batu karang”. Dalam perikop ini, digunakan kata berjenis kelamin laki-laki, πετρος, petros, untuk menyebut nama baru bagi Simon; dan kata berjenis kelamin perempuan,  πετρα, petra, batu karang.

Penyebutan nama Petros atau dilatinkan Petrus  sebagai yang pertama dan utama di antara para rasul merupakan perubahan peran dalam hidup dari seorang nelayan menjadi batu pondasi komunitas para murid Yesus.

Yesus juga menyebut nama ayahnya, Yohanes, Yonas, Yunus. Secara simbolis Yesus menggambarkan peran baru Petrus dalam jemaat. Perannya adalah seperti Yunus: mewartakan pertobatan.

Kalau Yunus mewartakan pertobatan di kota Niniwe, di pusat kekuasaan Kekaisaran Assyiria; Petrus mewartakan Yesus Kristus di pusat kekuasaan Kekaisaran Romawi, di Roma. Ia mewartakan pertobatan dan pengakuan iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat.

Dalam tradisi alkitabiah, ‘batu karang’ digunakan untuk menggambarkan peran Abraham. Ia seperti batu karang yang dipotong untuk menjadi landasan berdirinya bangsa Israel (Yes. 51:1-2).

Dalam Perjanjian Baru, batu karang bukan hanya kata sifat yang disematkan pada Pertus sebagai bapa rohani bagi semua anak Allah. Tetapi juga Yesus hanya menggunakan kata Petrus untuk Simon sebagai kepala dan pondasi Gereja-Nya.

Tentang hal ini, Gereja Katolik mengajarkan, ”Tuhan menjadikan hanya Simon, yang ia namakan Petrus, sebagai wadas untuk Gereja-Nya. Ia menyerahkan kepada Petrus kunci-kunci Gereja (bdk. Mat. 16:18-19) dan menugaskan dia sebagai gembala kawanan-Nya (bdk. Yoh. 21:15-17).

“Tetapi tugas mengikat dan melepaskan yang diserahkan kepada Petrus, ternyata diberikan juga kepada dewan para Rasul dalam persekutuan dengan kepalanya” (LG 22). Jabatan gembala dari Petrus dan para Rasul yang lain termasuk dasar Gereja.

Di bawah kekuasaan tertinggi [primat] Paus, wewenang itu dilanjutkan oleh para Uskup.” (Katekismu Gereja Katolik,  881).     

Santo Matius menggunakan kata εκκλησιαν, ekklesian, dari kata dasar ekklesia, memanggil. Kata ini bermakna persekutuan umat yang dipanggil untuk mengimani Yesus.

Kata ini sejajar maknanya dengan dengan kata kahal dalam bahasa Ibrani untuk menggambarkan persekutuan umat beriman, karena dipanggil dari dunia untuk masuk dalam perjanjian dengan Yahwe.

Santo Cyrilus menguraikan, “Karena Kristus adalah batu karang yang tidak dapat dirusak atau dihancurkan; maka, Petrus menerima nama baru dari Kristus dengan suka cita. Nama itu menandakan bahwa Gereja didirikan atas dasar iman dan tidak tergoyahkan …

Setan adalah pintu gerbang menuju maut dan selalu berusaha secepatnya melawan Gereja yang suci melalui pelbagai macam bencana dan pengejaran. Tetapi iman para rasul, yang dididirikan di atas batu karang Yesus Kristus, selalu bertahan dan selamanya tidak goyah.

Dan kunci Kerajaan Surga diserahkan padanya, sehingga apa yang diikat di bumi akan terimat disurga; dan apa yang dilepas di bumi akan dilepas di surga.” (Interpretation Of The Gospels 28).

Katekese

Apa kata orang banyak, “Siapakah Anak Manusia?Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:

“Camkan bahwa Tuhan tidak bertanya tentang pendapat mereka sendiri. Tetapi Ia menanyakan pendapat orang banyak.

Mengapa? Untuk memperlawankan pendapat orang banyak dengan pendapat mereka, para murid harus menjawab pertanyaan, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

Dengan cara ini, dengan menjawab pertanyaan-Nya, mereka semakin lama semakin ditenggelamkan ke dalam makna yang yang lebih murni dan tidak jatuh pada pendangan umum yang dangkal seperti dimiliki orang banyak.

“Camkan bahwa Tuhan Yesus tidak mengajukan pertanyaan ini pada awal karya pewartaan-Nya. Tetapi setelah Ia melakukan banyak mukjizat, setelah bercakap-cakap dengan mereka melalui pelbagai macam pengajaran, dan setelah memberi mereka bukti-bukti yang kuat akan keilahian-Nya serta persatuan-Nya dengan Bapa.

Hanya setelah semua itu dilakukan-Nya, Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan itu pada mereka.      

“Ia tidak bertanya, “Siapakah Aku menurut para ahli Kitab dan orang Farisi?” walau mereka sering mendatangi dan bersoal jawab dengan-Nya. Tetapi Ia memulai pertanyaan dengan bertanya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” seolah-olah bertanya tentang pendapat umum.

Bahkan jika pendapat umum jauh dari benar dari pada seharusnya, pendapat itu relatif lebih bebas dari kebencian seperti pendapat para pemimpin agama, yang disampaikan dengan dorongan hati yang jahat.

“Tuhan menunjukkan betapa Ia menghendaki bahwa orang mengakui rencana keselamatan-Nya ketika ia bertanya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” karena Ia menunjukkan keilahian-Nya, yang juga ditunjukkan di banyak tempat lain.” (The Gospel Of Matthew, Homily 54.1.6)
     

Oratio-Missio

Tuhan, ambillah hidupku, kehendakku, dan semua yang ada padaku, agar menjadi milik-Mu, selamanya. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk ikut serta membangun jemaat-Nya?

et ego dico tibi quia tu es Petrus et super hanc petram aedificabo ecclesiam meam et portae inferi non praevalebunt adversum eam” – Mattaeum 16: 18 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version