Home BERITA Lectio Divina 27.11.2020 – Perkataan-Ku Tidak Akan Berlalu

Lectio Divina 27.11.2020 – Perkataan-Ku Tidak Akan Berlalu

0
Siapkanlah dirimu by fr alfonse.

Jumat (H)   

Why. 20:1-4,11 – 21:2

Mzm. 84:3,4,5-6a,8a

Luk. 21:29-33

Lectio

29 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. 30  Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat.

31  Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. 32  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. 33  Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”

Meditatio-Exegese

Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja

Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa Gereja harus dengan kebeningan hati dan budi membaca tanda-tanda jaman dalam terang Injil (Konstitusi Pastoral Tentang Gereja Di Dunia Dewasa Ini, Gaudium et Spes, 4). Ajaran para Bapa Konsili berlandaskan pada ajakan Yesus Kristus untuk “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat” (Luk. 21:29-30). Ketika memperhatikan dan membaca tanda jaman, pusat perhatian Gereja tidak diarahkan kepada kapan dan di mana akhir dunia terjadi.

Di antara kita – yang mengaku sebagai orang Kristen – pemahaman tentang kedatangan Kristus pun beragam. Jemaat di Tesalonika percaya, berdasarkan ajaran Paulus, bahwa “Yesus segera datang!” (1 Tes 4:13-18; 2Tes. 2:2). Paulus menanggapi bahwa apa yang mereka yakini tidak sesederhana seperti yang dibayangkan.

Maka pada mereka yang tidak bekerja, ia menegor, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2Tes. 3:10). Barangkali pemikiran itu datang justru dari orang yang setiap hari menggedor pintu rumah satu jemaat ke jemaat lain hanya untuk sepiring makan.

Jemaat Kristen lain mengira bahwa Yesus akan kembali setelah Injil diwartakan ke seluruh dunia (Kis 1:6-11). Mereka mengira bahwa semakin giat mereka bekerja mewartakan Injil, semakin cepatlah kedatangan-Nya. Orang lain lain, karena lelah menanti kedatangannya, berkata, “Di manakah janji tentang kedatanganNya itu?” (2Ptr. 3:4).

Sebenarnya, Kerajaan Allah, Yesus, sudah tinggal di antara kita dan menyertai kita sampai akhir jaman (Mat. 1:23; 28:20). Ia menyertai kita ketika berjuang mewujud nyatakan Kerajaan-Nya.  Ia hadir di tengah kita ketika berjuang untuk keadilan, perdamaian, hidup dan keutuhan lingkungan.

Pesan ini persis seperti ketika Ia mengutus murid Yohanes Pembaptis untuk menyampaikan kepada anak Imam Zakharia itu, “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Luk 7:18).

Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu

Setiap anggota keluarga Gereja dipanggil untuk mewujud nyatakan Kerajaan Allah melalui corak hidup masing-masing. Perjuangan itu berlangsung terus menerus hingga kedatangan-Nya. Dan dengan penuh keyakinan, masing-masing meyakini bahwa “Perkataan-Ku tidak akan berlalu.” (Luk 21:33).

Yesus menggemakan sabda Allah melalui Nabi Yesaya (Yes 40:7-8), “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput.  Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”, Exsiccatum est fenum, et cecidit flos, quia spiritus Domini sufflavit in eo. Vere fenum est populus. Exsiccatum est fenum, et cecidit flos; verbum autem Dei nostri manet in aeternum.

SabdaNya adalah sumber pengharapan. Apa yang Ia sabdakan pasti berbuah!

Katekese

Arahkanlah pandanganmu pada Sang Juruselamat. Santo Verecundus, Uskup Junca, Afrika, abad ke-6, wafat 552: 

“Ketika Hizkia, raja Yehuda dan anak Ahaz, jatuh sakit dan hampir mati seperti nubuat Nabi Yesaya,  ia memalingkan muka menghadap ke tembok dan menangis tersedu-sedu (2Raj. 20:1-3). Segera Tuhan dalam belas kasih-Nya tidak hanya membatalkan kematian yang segera menjemputnya, tetapi juga menambahkan 15 tahun masa hidupnya. Lalu, pada akhirnya Hizkia menyanyikan madah ini (Yes 38:10-20).

Hizkia, orang suci yang memerintah seluruh Israel saat itu, menunjukkan teladan Tuhan sediri: melalui setiap gerak tubuhnya, jiwa dan budinya, ia menyerahkan diri pada Allah, dan mau menanggung akibat atas penyakit dan kelemahannya sendiri. Tanpa ragu ia sadar melalui nubuat nabi bahwa akhir hidupnya sedang mendekat. Karena semakin lama nampaknya kita hidup, semakin tak pasti kematian di masa depan dinubuatkan bagi kita.

Dan jika kita memalingkan wajah ke tembok ketika dikejutkan oleh ketakutan atas kematian, yakni, jika kita mengarahkan pandangan hati kita kepada Sang Juruselamat, yang hadir di sini dalam rupa dinding karena di tepat lain Ia disapa sebagai ‘tembok’, kita akan diselamatkan, terlebih, Ia menyelamatkan umat beriman yang berlindung pada-Nya dari serangan musuh yang menderu.

Nabi Yesaya mewartakan, “Pada kita ada kota yang kuat, untuk keselamatan kita TUHAN telah memasang tembok dan benteng” (Yes. 26:1). Lihatlah, Sang Juruselamat disebut sebagai tembok” (dikutip dari Commentary On The Canticle Of Ezekiel 5.1–2)    

Oratio-Missio

  • Tuhan, Engkaulah Batu Karang dan Kubu Pertahananku yang kokoh. Bantulah aku untuk hidup sesuai dengan kehendak-Mu, agar aku kuat menghadipi gejolak jaman dan selalu berpegang teguh pada warisan iman para Rasul. Amin.
  • Apa yang harus aku lakukan untuk menghadirkan Yesus di tengah komunitas kita masing-masing?

Caelum, et terra transibunt; verba autem mea non transient – Lucam 21: 33

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version