Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Lectio Divina 28.02.2024 – Melayani dan Memberikan Nyawa

Lectio Divina 28.02.2024 – Melayani dan Memberikan Nyawa

0
Melayani dan menyelamatkan nyawa, by Adrew Nichols.

Rabu. Minggu Prapaskah II, Hari Biasa (U)

  • Yer. 18:18-20
  • Mzm. 31:5-6.14.15-16
  • Mat. 20:17-28

Lectio

17 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: 18 “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.

19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” 20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.

21 Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.”

23 Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” 24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.

25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 26 Tidaklah demikian di antara kamu.

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Meditatio-Exegese

Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu

Menyaksikan kehancuran dan pembuangan kaum Yehuda ke Babel membuat hati Nabi Yeremia teris pedih. Seolah karyanya sebagai nabi selama 40 tahun (626-580 SM) tidak membuahkan hasil. Tak henti ia mengajak umat berbalik kepada Allah, tetapi selalu ajakannya diabaikan.

Sang nabi lahir di Anatot, di sebelah utara Yerusalem, dan melayani Allah saat masa keemasan Kerajaan Yehuda pada masa Raja Yosia (639-609 SM) hingga kehancuran di bawah pemerintahan wangsa Daud. 

Ia berkhotbah tentang pembaharuan perjanjian dengan Allah pada saat Yosia berkuasa. Ia mengalami ketika Yerusalem dikepung dua kali oleh Asiria dan penduduk Yerusalem dibuang ke Babel.

Ia menyaksikan Bait Allah dihancurkan. Akhirnya, sang nabi dibuang ke Mesir. Menurut legenda, penyambung lidah Allah ini wafat dengan cara dirajam oleh bangsanya sendiri.

Umat Allah di Yehuda tidak mau mendengarkan seruan Yeremia. Mereka berkeras hati mengikuti jalan mereka sendiri yang serong. Mereka meninggalkan Yahwe, Allah nenek moyang mereka, dan menjadi penyembah berhala.

Perilaku penuh kengerian menciptakan suasana hidup lekat dengan dengan kejahatan. Maka, negeri itu berubah menjadi kengerian (Yer. 18:15-16). Mereka bahkan bersekongkol untuk membunuh sang nabi (Yer. 18:18-19).

Nabi Yeremia begitu putus asa, sehingga doa yang diungkapkan pada Allah terasa begitu pahit. Ia memaksa Allah mendengarkan keluh kesahNya. Inilah ungkapan doa sang nabi, “Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan?” (Yer. 18:20a).

Dalam doa yang demikian getir, ia seolah merasa sia-sia karena kebaikan yang ia tebarkan atas perintah Allah justru dibalas dengan kejahatan.

Ia juga meminta Allah menghancurkan musuh-musuhnya, yang juga merupakan musuh Allah. Tetapi, keanehan terjadi, sesering ia memohon penghancuran musuh, ia malah terus membela mereka dihadapan Allah.

Semakin ia mendoakan para musuh dan membela mereka di hadapan Allah, justru kebencian yang membuncah dalam hatinya semakin sirna.

Inilah ungkapan doa nabi (Yer. 18:20b), “Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka.”, Recordare quod steterim in conspectu tuo, ut loquerer pro eis bonum et averterem indignationem tuam ab eis.

Kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam kepala dan ahli Taurat

Yesus menggunakan gelar Anak Manusia, gelar dalam penglihatan Nabi Daniel yang mengacu pada Pribadi yang diberi kewenangan dan kuasa untuk memerintah alam atas nama Allah. Ia begitu hati-hati dalam menyingkapkan siapa diri-Nya, karena khawatir para murid salah mengerti. Dan saat itu, banyak sekali pemahaman keliru tentang Mesias, Yang Diurapi. 

Sebagai Anak Manusia, Yesus akan ditolak, ditangkap, diadili, diserahkan kepada orang yang tidak percaya pada Allah, disiksa, dan dibunuh. Namun Ia akan dibangkitkan pada hari ketiga.

Apa yang akan dialami Yesus bukan suatu rencana yang telah diatur secara rinci dan, seolah-olah Ia pelaku yang patuh melaksanakan tiap rincian rencana. Ia mengalami semua, karena menjadi akibat pewartaan dan ketaatan pada tugas pengutusan.

Mengapa sebagai Anak Manusia yang berwenang dan berkuasa memerintah dan mengadili harus mengalami derita dan maut? Ia mengosongkan diri hingga sehabis-habisnya dan mengambil rupa seorang hamba (Fil. 2:7; Yes. 42:1).

Ia harus menjadi kurban tebusan bagi dosa banyak orang melalui luka, derita dan kematian-Nya (Yes. 53:5-12) dan Ia dibangkitkan untuk untuk menegakkan keadilan di bumi (Yes. 42:4).

Namun para murid tidak mau peduli akan sabda-Nya, “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.

Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (Mat. 20:18-19).

Mereka justru berbicara tentang hal yang sepele. Mereka berebut kekuasaan, seperti yang diperebutkan orang-orang yang tidak mengenal Allah.

Mereka tak sadar bahwa di balik kekuasaan bercokol kesombongan, dorongan untuk menjadi seolah-olah sama dengan Allah (bdk. Kej. 3:5). Mereka seolah menyepelekan syarat yang harus ditanggung, yaitu piala penderitaan.

Mereka menyanggupi untuk menanggungnya. Tetapi mengetahui Yesus ditangkap dan diadili, mereka lari dan menyelamatkan nyawanya sendiri-sendiri. Kelak setelah kebangkitan Yesus dan peristiwa Pentakosta, mereka memahami sepenuhnya apa yang disingkapkan Yesus.

Untuk melayani dan untuk memberikan nyawa

Ada banyak jargon dan kata indah tetapi sering kosong makna: melayani. Tindakan pelayanan menjadi transaksional saat didasarkan pada imbal beli.

Namun, kata yang sama memiliki makna berbeda dalam diri Yesus. Yesus menyatakan inti tugas perutusan-Nya: Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Berdasarkan pembaptisan yang diterima, tiap anggota jemaat ikut ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus sebagai raja, imam dan nabi. Tugas melayani untuk kesejahteraan banyak orang lebih mudah dilaksanakan. Sedikit yang berani untuk melangkah kepada: memberikan nyawa menjadi tebusan banyak orang.

Maka, Ia selalu mengingatkan para murid-Nya untuk selalu mengikuti-Nya (Mat 20:28), ”Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”, sicut Filius hominis non venit ministrari sed ministrare et dare animam suam redemptionem pro multis.

Katekese

Apakah kalian ingin menjadi besar? Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Apakah kalian ingin menjadi besar? Maka mulailah dari apa yang paling hina. Apakah kalian merencanakan untuk membangun bangunan yang tinggi dan megah? Maka pertama-tama, pikirkan tentang pondasi kerendahan-hati. 

Ketika orang merencanakan untuk mendirikan bangunan yang megah dan besar, mereka pasti membuat pondasi yang lebih dalam. Merekalah yang meletakkan pondasi itu dipaksa untuk turun sampai sedalam-dalamnya.” (Sermon 69, 2)

Oratio-Misio

Tuhan, kobarkan hatiku untuk mengasihi-Mu. Jadikanlah aku pelayan kasih-Mu bagi Kerajaan-Mu, agar aku selalu memilih untuk melayani daripada dilayani. Amin.             

  • Apa yang perlu kulakukan untuk melayani jemaat tempat aku tumbuh dan berkembang sekarang?

sicut Filius hominis non venit ministrari sed ministrare et dare animam suam redemptionem pro multisMatthaeum 20:28 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version