Jumat. Hari Biasa Pekan Paskah III (P)
- Kis. 9:1-20.
- Mzm. 117:1.2
- Yoh. 6:52-59
Lectio
52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” 53 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
58 Inilah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” 59 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
Meditatio-Exegese
Kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu
Yesus langsung menyebut pemimpin agama dengan kata ‘kamu’. Ia tidak lagi menggunakan ungkapan umum, ‘barang siapa’. Perubahan sebutan menunjukkan perselisihan pendapat antara Yesus melawan pemimpin agama Yahudi makin meruncing.
Para pemimpin agama Yahudi terpecah dan tergoncang setelah mendengar sabda-Nya, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” (Yoh. 6:51).
Mereka menuduh komunitas Kristiani melakukan kanibalisme. Jemaat membunuh Yesus, mencincang tubuh dan makan daging-Nya.
Bila demikian, perilaku ini pasti lebih buruk dari pada perilaku raja Ahas. Keturunan Daud itu mempersembahkan anaknya pada Baal dalam kurban api (2Raj. 16:3; 2Taw. 28:3).
Dalam ritus ini ada semacam ‘kontrak’ untuk mengorbankan manusia pada setan. Mereka pun bereaksi, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” (Yoh. 6:52).
Makan daging-Ku, minum darah-Ku
Yesus justru memperuncing dengan sabda yang lebih keras, “minum darah-Ku.” Apabila sabda-Nya dilepaskan dari konteks pemaknaan akan Ekaristi, sabda-Nya sungguh menggambarkan sesuatu yang mengerikan dan tidak pantas.
Nabi Zakharia menunjukkan perilaku yang sangat keji dan penuh kebencian dengan ungkapan ‘makan daging’ (Za. 11:9). Selanjutnya, perilaku yang lebih mengerikan dalam pembantaian manusia diungkapkan Nabi Yeremia dengan ungkapan ‘minum darah’ (Yer. 46:10).
Dalam Perjanjian Lama roti dan anggur dipersembahkan sebagai tanda atau ungkapan syukur kepada Sang Pencipta sebagai pemberi dan penyelenggara hidup. Tanda itu ditunjukkan oleh Melkhizedek, imam dan raja (Kej. 14: 18; Ibr. 7:1-4), saat mempersembahkan kurban dalam rupa roti dan dan anggur.
Persembahannya menjadi pralambang persembahan yang diciptakan oleh Yesus, Imam Agung dan Raja segala raja (Ibr. 7:26; 9:11; 10:12). Kenangan akan manna di padang gurun mengingatkan bahwa manusia tidak hanya hidup dari roti duniawi, tetapi juga “dari segala yang diucapkan Tuhan.” (Ul. 8:3).
Pada saat perjamuan terakhir ketika Yesus memberkati cawan berisi anggur, Ia bersabda, “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat. 26:27-28).
Yesus menunjuk pada pengurbanan diri-Nya yang akan segera dialami di kayu salib. Saat itulah Ia mencurahkan darah-Nya bagi manusia.
Ia mencurahkan darah-Nya dan memberikannya untuk manusia sebagai kurban silih atas dosa manusia dan dunia. Kematian-Nya di salib menjadi pemenuhan kurban anak domba Paskah yang darahnya menyelamatkan bangsa Israel dari kematian di Mesir.
Santo Paulus menulis, “Anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” (1Kor. 5:7). Rasul agung itu menggemakan suara Santo Yohanes Pembaptis yang menyebut Yesus “Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yoh. 1:29).
Yesus mengurbankan diri-Nya sendiri sebagai persembahan yang sungguh berkenan pada Bapa. Ia “telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tidak bercacat.” (Ibr. 9:14) dan “telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah.” (Ef. 5:2).
Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya
Ketika ambil bagian dalam Perjamuan Ekaristi, para murid-Nya dipersatukan dalam hidup, penyerahan dan persembahan diri-Nya. “Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” (Yoh. 6:53).
Maka, ”Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh. 6:54). Yesus meringkas dengan indah dan mendalam saat Ia bersabda (Yoh. 6:58), “Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”, qui manducat hunc panem, vivet in aeternum.
Jemaat yang dibina Santo Yohanes memberi makna mendalam atas Perayaan Ekaristi di tengah tekanan penindasan, pengejaran, aniaya dan pembunuhan.
Mereka mengingat kesucian yang melingkupi perayaan Ekaristi, seperti ungkapan Santo Paulus, “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Gal. 2:20).
Yesus memilih waktu menjelang perayaan Paskah Yahudi untuk memberi makna baru atas peristiwa itu. Yesus lewat menuju kepada Bapa melalui kematian dan kebangkitan. Inilah Paskah Tuhan.
Katekese
Tinggallah di dalam Kristus. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430 :
“Yesus meminta kita untuk menyambut Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur, bahan-bahan makanan yang dikumpulkan menjadi satu dari banyak sekali unsur. Apa yang dimaksud dengan makan roti itu dan minum minuman itu adalah: tinggal di dalam Kristus dan memohon agar Ia tinggal di dalam diri kita.” (Sermon on John 26,112)
Oratio-Missio
Tuhan, Engkaulah Roti Hidup dari surga. Semoga aku selalu hidup dengan penuh suka cita dan damai, bersatu dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus, sekarang dan selamanya. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk membuat Ekaristi pusat hidupku?
qui manducat hunc panem, vivet in aeternum – Ioannem 6:58