Rabu. Peringatan Wajib (P)
- Yer. 14:17-22
- Mzm. 79:8,9,11,13
- Yoh. 11:19-27, atau Luk. 10:38-42
Lectio
19 Banyak orang Yahudi telah datang menemui Maria dan Marta, untuk menghibur mereka berkaitan dengan saudaranya itu. 20 Ketika mendengar bahwa Yesus sudah datang, Marta pergi dan menyambut-Nya, tetapi Maria tetap tinggal di rumah.
21 Marta berkata kepada Yesus, “Tuhan, seandainya waktu itu Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak akan mati. 22 Akan tetapi, sekarang ini aku tahu bahwa apa pun yang Engkau minta dari Allah, Allah akan memberikannya kepada-Mu.”
23 Yesus berkata kepadanya, “Saudaramu akan bangkit.” 24 Marta menjawab Dia, “Aku tahu ia akan bangkit pada hari kebangkitan pada akhir zaman.” 25 Yesus berkata kepadanya, “Akulah kebangkitan dan kehidupan; siapa pun yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
26 dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku takkan pernah mati. Apakah kamu percaya akan hal ini?” 27Marta berkata kepada-Nya, “Ya Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Kristus, Anak Allah, yang datang ke dunia.”
Meditatio-Exegese
Akulah kebangkitan dan kehidupan
Kesedihan pasti melanda seluruh keluarga ketika salah seorang anggota meninggal dunia. Ketika Marta, saudari Lazarus dan sahabat dekat Yesus, mendengar bahwa Yesus datang untuk melawat, ia segera pergi keluar menjumpai Yesus di tengah perjalanan.
Apa yang mendorongnya meninggalkan suasana berkabung di rumah untuk menjumpai Yesus? Apakah ia hanya sekedar mencari sahabat untuk curhat dan penghiburan? Atau ingatkah dia akan harapan bahwa Allah memulihkan kehidupan dalam Yesus?
Injil Keempat menampilkan mukjizat pembangkitan Lazarus dari kematian. Injil Sinoptik juga menampilkan kisah yang sama – Matius mengisahkan Yesus membangkitkan anak perempuan Jairus (Mat 9: 18-19.23-25) dan anak laki-laki janda dari Nain (Luk 7:11-15).
Namun penulis Injil keempat mengisahkan kebangkitan dengan cara yang sangat berbeda. Penginjil membangun latar belakang kisah terlebih dahulu (Yoh. 11:1-16); disusul percakapan dengan saudari-saudari Lazarus (Yoh. 11:17-37) Dan, diakhiri dengan laporan tentang pembangkitan Lazarus dari kematian setelah empat hari dikubur (Yoh. 11:38-45).
Lokasi yang dikisahkan adalah Betani, dusun yang berjarak 3 km dari Yerusalem (Yoh. 11:18). Secara istimewa, Santo Yohanes menampilkan Yesus yang sangat manusiawi. Ia berperasaan halus (Yoh. 11:3.5.36) dan suka mengunjungi sahabat-sahabatNya, terutama, seminggu sebelum kisah sengsara-Nya.
Dengan membangkitkan Lazarus dari kematian, Yesus menunjukkan kuasan-Nya atas kematian dan membuktikan keilahian-Nya. Membangkitkan orang mati memperkokoh iman para murid dan menyingkapkan bahwa Yesus adalah Sang Kebangkitan dan Hidup, ego sum resurrectio et vita.
Sebenarnya Yesus menyingkapkan identitas diri-Nya sebagai Yang Ilahi, sama seperti ketika YAHWE menyatakan diri kepada Musa di semak yang menyala, εγω ειμι, ego eimi, AKU ADALAH AKU (Kel 3:14). Kecuali kaum Saduki, kebanyakan orang Yahudi percaya pada kebangkitan badan, termasuk Marta (Yoh. 11:24).
Pembangkitan Lazarus dari kematian menjadi pralambang kebangkitan manusia di masa depan: kita juga akan dibangkitkan. Kristus, dengan kebangkitan-Nya yang mulia, adalah “yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” (1Kor. 15:20; Kol. 1:18; Why. 1:5).
Namun, kebangkitan-Nya sama sekali berbeda dengan kebangkitan Lazarus, yang akan segera mati seperti manusia biasa, “karena kita tahu bahwa Kristus yang telah dibangkitkan dari antara orang mati tidak akan mati lagi; maut tidak lagi berkuasa atas Dia.” (Rm 6: 9).
Tentang permintaan Marta (Yoh 11: 21-22), Santo Agustinus, Uskup Hippo, berkata bahwa Marta menungkapkan contoh doa yang penuh penyerahan diri pada Yesus. Ia meletakkan seluruh harapannya di tangan Yesus, karena Ia lebih tahu dengan baik tentang apa yang kita butuhkan. Maka, “Marta tidak berkata, Aku mohon pada-Mu untuk membangkitkan kembali saudaraku dari kematian.
[…] yang ia ungkapkan: Aku tahu Engkau dapat melakukannya; jika Engkau mau, lakukanlah; semua terserah pada pertimbanganMu apakah akan melakukan atau tidak; bukan pada pertimbanganku” (dikutip dari Ioannis Evangelio, 49, 13). Ungkapan yang sama dikatakan Marta (Yoh. 11:22).
Yesus secara sepihak menyingkapkan diri-Nya sendiri sebagai Kebangkitan dan Hidup. Hidup yang ditawarkanNya adalah hidup dalam segala kepenuhannya (Yoh 10:10). Dengan mengimani Yesus adalah kebangkitan dan hidup, Marta sampai pada pengakuan iman: “Ya Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Kristus, Anak Allah, yang datang ke dunia.” (Yoh 11: 27).
Katekese
Suara kehidupan dan suka cita yang membangkitkan si mati. Santo Athanasius dari Alexandria, 295-373:
“Akulah sabda kebidupan yang membangkitkan orang mati. Akulah aroma yang harum yang menghalau bau busuk. Akulah suara suka cita yang menghalau kesedihan dan dukacita.
Akulah penghiburan bagi yang bersedih hati. Mereka yang menjadi milikKu diajugerahi suka cita. Akulah suka cita bagi seluruh dunia. Aku menhibur semua sahabatku dan bersuka cita bersama mereka. Akulah roti hidup” (Yoh 6:35) (dikutip dari HomilyoOn The Resurrection Of Lazarus).
Oratio-Missio
- Tuhan, Engkaulah Kebangkitan dan Hidup. Kuatkanlah iman dan harapanku akan janjimu agar aku mampu memancarkan suka cita Injil pada sesamaku. Amin.
- Mengapa kebangkitan badan penting bagiku?
Ego sum resurrectio et vita – Ioannem 11:25