Selasa (P)
- 1Yoh. 2:3-11
- Mzm. 96:1-2a,2b-3,5b-6
- Luk. 2:22-35
AC Eko Wahyono
Lectio
22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, 23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah,” 24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, 26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. 27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: 29 “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, 30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, 31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, 32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”
33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. 34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan 35 — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
Meditatio-Exegese
Mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan
Kemiskinan tidak menghalangi Keluarga Kudus Nazaret memenuhi kewajiban keagamaan yang ditentukan oleh Hukum Tuhan. Bapak Yusuf dan Ibu Maria memenuhi setiap rincian perintah.
Dan Santo Paulus pun bersaksi, “Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” (Gal. 4:4-5).
Ibu Maria memenuhi kewajiban penyucian diri sesuai dengan Hukum Tuhan. Karena ia tidak mampu membayar sesuai ketentuan, yakni: persembahan seekor anak domba, ia mempersembahkan sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, karena miskin.
Santo Paulus menulis tentang teladan Keluarga Kudus ini, “Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (2Kor. 8:9). Ia memilih persembahan kaum miskin untuk Diri-Nya sendiri.
Upacara pentahiran Ibu Maria bersamaan dengan penyunatan dan penebusan anak sulung laki-laki, yakni: anak itu dipersembahkan kepada Allah. Menurut Hukum Tuhan (Kel. 13:2), “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah.”,Omne masculinum adaperiens vulvam sanctum Domino vocabitur.
Yesus lahir dalam keluarga biasa. Tanpa kemewahan. Dan seperti orang tua yang saleh, Ibu Maria dan Bapak Yusuf mendidik anak mereka dengan pendidikan religius seperti yang mereka alami. Ia dididik untuk takut akan Tuhan dan hidup menurut kebijaksanaan-Nya. Pada-Nya ditekankan bahwa Allah mengasihi mereka yang mendengarkan sabda-Nya dengan ketaatan iman dan setia melakukannya.
Simeon, seorang yang benar dan saleh, menantikan penghiburan bagi Israel
Simeon berjumpa dengan Bayi Yesus dan ibu-Nya di Bait Allah di Yerusalem. Ia adalah seorang yang benar dan saleh. Ia sangat peka akan bisikan Roh Kudus dan selalu membuka hati untuk dibimbing-Nya. Ia percaya bahwa Tuhan akan kembali ke Bait-Nya yang kudus dan membaharui umat perjanjian-Nya.
Roh Kudus menyingkapkan padanya bahwa Mesias, Kristus, dan Raja Israel akan membawa keselamatan kepada segala bangsa. Maka ketika Bapak Yusuf dan Ibu Maria mempersembahkan Bayi Yesus di Bait Allah, Simeon segera mengenal Anak yang sederhana dari Bethlehem sebagai pemenuhan seluruh nubuat tentang Mesias. Seluruh doa dan harapan mereka yang menantikan Allah, kaum anawim, ditujukan dan dicurahkan pada-Nya.
Diterangi oleh Roh Kudus, Simeon bernubuat bahwa Yesus akan menjadi “Terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Luk. 2:32).
Ibu Maria dan Bapak Yusuf sangat heran akan segala perkataan tentang Anak mereka. Mereka tidak mengenal siapa Yesus sepenuhnya. Mereka hanya mampu merenungkan dalam hati dan menyimpan seluruh misteri tentang kelahiran Yesus.
Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
Setelah memberkati mereka, Roh Kudus menggerakkan hati Simeon untuk bernubuat tentang masa depan Anak itu dan ibu-Nya. Kata-katanya akan terbukti kelak dalam terang hidup dan kematian Yesus.
Ia datang untuk menawarkan keselamatan. Tetapi, Ia menjadi tanda perbantahan, karena orang-orang menolak-Nya. Mereka yang menerima Yesus akan dianugerahi keselamatan, dibebaskan dari dosa dan dibangkitkan untuk hidup kekal.
Ia hendak membaharui Bait Allah, tetapi mereka merubuhkannya. Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Bait Allah (bdk. Yoh. 1:14; 2:19-22).
Dalam Perjanjian Lama Alah menyatakan kehadiran-Nya dalam rupa ‘tiang awan’ di siang hari dan ‘tiang api’ di malam hari saat Ia menghantar umat-nya melalui padang gurun.
Kemuliaan-Nya datang dan tinggal di tabut dan kemah suci (Kel. 40:34-38). Ketika Bait Allah pertama dibangun di Yerusalem kemuliaan-Nya memenuhi Bait-Nya (1Raj. 8). Setelah Bait itu dihancurkan, Nabi Yehezkiel menyaksikan kemuliaan-Nya telah meninggalkannya (Yeh. 10). Tetapi Allah berjanji suatu saat Ia akan memenuhinya dengan kemuliaan yang lebih agung (Hag. 2:1-9; Za. 8-9).
Janji Allah dipenuhi Yesus ketika Sang Raja Mulia itu sendiri datang ke Bait-Nya (Mzm. 24:7-10; Mal. 3:1). Dan masing-masing murid-Nya juga menjadi Bait Roh Kudus karena penjelmaan-Nya sebagai manusia, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya (1Kor. 3:16-17).
Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri
Simeon memberkati Ibu Matia dan Bapak Yusuf. Ia juga bernubuat tentang masa depan Ibu Maria yang akan menanggung derita karena Anaknya.
Kata Simeon (Luk. 2:35), “Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”, et tuam ipsius animam pertransiet gladius — ut revelentur ex multis cordibus cogitationes.
Ibu Maria tak hanya akan mengalami suka cita, dan “tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu” (Yoh 16:22); tetapi juga ia akan mengenakan mahkota penderitaan, karena ambil bagian dalam derita yang dialami Anaknya.
Pedang melambangkan bahwa Ibu Maria akan ambil bagian dalam penderitaan Anaknya kelak. Penderitaannya dialami dalam keheningan, seperti ia menyimpan segala perkara dalam hati dan merenungkannya (bdk. Luk. 2:19).
Yesus menderita di salib karena dosa manusia. Dan dosa itulah selalu menajamkan pedang yang menusuk hati ibu-Nya.
Maka, setiap murid Yesus berkewajiban tidak hanya memohon pengampunan pada Allah; tetapi juga menghormati ibu-Nya, karena ia juga menjadi bunda tiap murid Yesus.
Dan nubuat terakhir Simeon, “supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” erat terkait dengan Luk. 2:34. Akan menjadi nyata pikiran hati setiap orang yang menerima atau menolak Yesus.
Katekese
Simeon dan Hanna melambangkan pribadi-pribadi yang menantikan Sang Penebus. Beato Bede, 672-735:
“Simeon dan Hana, pria dan wanita yang telah lanjut usia, menyambut Tuhan dengan pelayanan sepenuh hati sebagai ungkapan iman mereka. Saat mereka melihat-Nya sebagai bayi, mereka sadar bahwa Ia adalah Tuhan.
Dalam bahasa lambang, penyambutan mereka menandakan bahwa sinagoga, umat Yahudi, yang, telah lama menantikan penjelmaan-Nya, siap sedia dengan kedua belah tangan mereka (berbuat baik) dan suara mereka (iman yang tak goyah) untuk memuji dan memuliakan-Nya segera setelah Ia datang.
Mereka siap untuk berseru pada-Nya, “Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.” (Mzm. 25:5).
Apa yang harus dikatakan juga adalah bahwa setiap pria dan wanita bergegas untuk menjumpai-Nya, seraya melambungkan pujian, karena Ia menyatakan Diri sebagai Penebus bagi keduanya.” (dikutip dari Homilies On The Gospels 1.18).
Oratio-Missio
- Tuhan, semoga aku tak pernah berhenti percaya kepada-Mu. Penuhilah hatiku dengan suka cita dan kekuatan Roh Kudus, agar aku mampu menunjukkan pada sesama bahwa Engkau selalu hadir untuk menyelamatkan tiap pribadi dan menganugerahkan hidup kekal. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk menghormati Anak Maria dan ibu-Nya?
et tuam ipsius animam pertransiet gladius – ut revelentur ex multis cordibus cogitationes – Lucam 2:35