Sabtu. Minggu Biasa XVII, Hari Biasa. Hari Sabtu Imam (H)
- Yer. 26:11-16.24
- Mzm. 69:15-16.30-31.33-34
- Mat. 14:1-12
Lectio
1 Pada waktu itu, Herodes, raja wilayah, mendengar berita-berita tentang Yesus. 2 Dan, ia berkata kepada hamba-hambanya, “Inilah Yohanes Pembaptis. Dia telah bangkit dari antara orang mati dan karena itulah mukjizat-mukjizat ini bekerja di dalam-Nya.”
3 Sebab, Herodes telah menangkap Yohanes, mengikatnya, dan menjebloskannya ke penjara karena Herodias, isteri Filipus, saudara Herodes. 4 Karena Yohanes pernah berkata kepadanya, “Tidak dibenarkan bagimu untuk memiliki Herodias.”
5 Dan, meskipun Herodes ingin membunuh Yohanes, ia takut kepada orang banyak karena mereka menganggap Yohanes sebagai nabi. 6 Akan tetapi, ketika hari ulang tahun Herodes tiba, anak perempuan Herodias menari di hadapan mereka, dan itu menyenangkan Herodes, 7 sehingga ia bersumpah untuk memberikan apa saja yang diminta gadis itu.
8 Maka, setelah didesak oleh ibunya, gadis itu berkata, “Berikanlah kepadaku di sini, kepala Yohanes Pembaptis di atas nampan.” 9 Meskipun raja sedih, tetapi karena sumpahnya dan karena orang-orang yang makan bersamanya, ia pun memerintahkan agar hal itu diberikan. 10 Ia menyuruh untuk memenggal kepala Yohanes di penjara.
11 Dan, kepala Yohanes dibawa di atas nampan, diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. 12 Kemudian, murid-murid Yohanes datang, mengambil tubuhnya, dan menguburkannya. Lalu, mereka pergi dan memberitahukan Yesus.
Meditatio-Exegese
Inilah Yohanes Pembaptis
Kepalsuan telah menutup hati Herodes Antipas. Ia sudah tidak mampu lagi menimbang dan menentukan mana kebenaran dan mana kesesatan. Ia hanya tahu menjalankan kekuasaan sesuai selera.
Saat mendengar kabar tentang Yesus, hatinya menjadi galau. Ia ragu apakah ia pribadi lain atau Yohanes Pembaptis yang bangkit dari kematian. Ia percaya akan takhayul bahwa orang yang bangkit dari mati pasti memiliki daya adi kodrati.
Mukjizat yang dilakukan Yesus di Galilea seolah membuktikan keyakinannya benar. Maka, saat diberitahu segala sesuatu tentang Yesus, Antipas menjawab, “Inilah Yohanes Pembaptis.”, Hic est Ioannes Baptista.
Herodes telah menangkap Yohanes
Galilea, tanah tumpah darah Yesus, diperintah anak Herodes Agung mulai tahun 4 SM hingga 38 M. Sepanjang 43 tahun. Selama Yesus hidup, tidak ada pergantian kekuasaan di Galilea.
Selama berkuasa, Antipas mengelola kekuasaannya dengan tangan besi. Ia tidak mempercayai siapa pun dan melakukan apa saja yang melintas di kepalanya. Padanya dilekatkan sisi negatif kekuasaan: pongah, tuna etika, mutlak, tanpa pengawasan dan pertanggunganjawab.
Namun, di balik semua itu, yang berkuasa sejak 63 sebelum Masehi hanya satu: kekaisaran Romawi. Maka, Antipas tetap mengabdi dan menyerahkan pada upeti pada kaisar di Roma.
Yang dilakukannya hanya satu: mengamankan kekuasaan. Antipas suka disebut sebagai raja yang murah hati, walau, sebenarnya, ia adalah penguasa yang kejam (Luk. 22:25).
Anak Herodes Agung selalu memandang setiap gerakan rakyat selalu disamakan dengan ancaman atas tahtanya. Yohanes Pembaptis dan Yesus pun dianggap sebagai musuh.
Santo Matius menyebutkan bahwa alasan pemenjaraan Yohanes adalah karena ia mengecam perkawinannya dengan Herodias, istri saudaranya sendiri, Filipus. Terlebih, Flavius Josephus menambahkan bahwa alasan sejatinya adalah karena Antipas ketakutan akan pemberontakan rakyat (Antiquities of the Jews XVIII, Chapter 5.2).
Sang nabi terakhir dipenjara, karena perkataannya memancing amarah, seperti menyiram minyak ke dalam kobaran api. Kata Yohanes (Mat. 14:4), “Tidak dibenarkan bagimu untuk memiliki Herodias.”, Non licet tibi habere eam.
Berikanlah kepadaku di sini, kepala Yohanes Pembaptis di atas nampan
Perkataan Yohanes ternyata menyebabkan Herodias sakit hati. Ia menaruh dendam dan mengancam hidup anak Yakharia dan Elizabet. Dan tibalah saat perayaan ulang tahun, Antipas mengadakan “perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.” (Mrk 6:21).
Herodias dalam kebisuan merencanakan pembunuhan atas Yohanes dengan teliti, rinci dan keji. Seperti si iblis, ia menanti saat yang tepat (bdk. Luk. 4:11). Kesempatan itu datang saat pesta ulang tahun Herodes Antipas.
Dalam kemabukan karena anggur, ia tidak mampu mengendalikan diri. Saat itulah ia bersumpah memberikan apa saja, termasuk setengah kerajaannya pada Salome, anak Herodias yang cantik dan penari yang menyukakan hati.
Santo Augustinus menulis komentar tentang sumpah itu, “Sumpah, yang diucapkan di antara para tamu yang sedang mabuk dan mengumbar birahi, selalu menjadi sumpah yang tidak pernah membawa keadilan.” (Sermon 10).
Telanjur mengucapkan sumpah, sang raja harus memenuhi permintaan gadis itu. Ia saat itu memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes. Dan, kepala Yohanes dibawa di atas nampan, diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.
Herodes Antipas gagal untuk mengikuti suara hati yang bening. Ia menjauhkan dirinya dari Allah dan tak memiliki belas kasih pada orang-orang yang ada dalam genggaman kuasanya. Kisah ini ternyata terus berulang sepanjang sejarah manusia.
Yesus memutus lingkaran setan kekuasaan itu dengan cara (Mat 20:28): “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”, sicut Filius hominis non venit ministrari sed ministrare et dare animam suam redemptionem pro multis.
Katekese
Integritas menjadi musuh bagi yang cacat moral. Santo Petrus Chrysologus, pengkhotbah dan Uskup Ravena, 400-450:
“Yohanes mengingatkan Herodes atas pelanggaran moral, bukan menuduh di pengadilan secara resmi. Ia ingin membetulkan, bukan menekan. Tetapi, Herodes lebih suka menekan dari pada menjalin perdamaian.
Bagi mereka yang tertawan, kemerdekaan dari orang yang tidak bersalah atas tindak kejahatan menjadi sumber kebencian.
Keutamaan tidak pernah dikehendaki oleh mereka yang cacat moral. Kesucian diabaikan oleh mereka yang fasik. Kemurnian menjadi musuh bagi mereka yang mengumbar nafsu birahi. Integritas menjadi musuh mereka yang koruptif.
Keuga-harian selalu ditentang mereka yang mencari kesenangan diri. Belas kasih tidak pernah ditolerir oleh mereka yang kejam, seperti kebaikan hati bagi mereka yang kejam dan keadilan bagi orang yang tidak jujur.
Penulis Injil menunjukkan hal ini ketika ia berkata, “Tidak halal engkau mengambil istri saudaramu Filipus.” Inilah akan masalah yang dihadapi Yohanes. Ia yang memperingatkan mereka yang jahat pasti menyerang. Mereka yang mengampuni orang jahat selalu mengalami masalah.
Yohanes mengatakan apa yang sesuai dengan hukum, apa yang sesuai dengan keadilan, apa yang sesuai dengan keselamatan dan apa yang secara pasti bukan tentang kebencian, tetapi tentang kasih. Dan saksikan imbalan yang ia terima dari para penjahat atas luapan kasihnya.” (Sermons 127.6-7).
Oratio-Missio
Tuhan, bantulah aku untuk menghayati Injil dengan setia dan berilah aku kekuatan dan keberanian yang aku butuhkan untuk mengatasi kesukaran dan pencobaan. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk mengatasi sisi kelam hidupku: kekejaman; dan mengubahnya menjadi belas kasih?
Dicebat enim illi Ioannes, “Non licet tibi habere eam” – Matthaeum 14:4