Home BERITA Lectio Divina 30.10.2024 – Pintu-Nya Sesak

Lectio Divina 30.10.2024 – Pintu-Nya Sesak

0
Melalui pintu yang sempit, by Vatican News

Rabu. Minggu Biasa XXX, Hari Biasa (H)

  • Ef 6:1-9.
  • Mzm 145:10-11.12-13ab. 13cd-14
  • Luk 13:22-30

Lectio

22 Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. 23 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”

24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu. Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. 25 Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata:

Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. 26 Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.

27 Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan. 28 Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.

29 Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. 30 Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”

Meditatio-Exegese

Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di surga dan Ia tidak memandang muka

Paulus melanjutkan pembicaraan tentang relasi anak dan budak di rumah dalam keluarga, familia. Kata Latin familia mencakup seluruh isi rumah tangga – orangtua, anak-anak dan budak. Mereka tinggal di bawah atap yang sama.

Menggunakan ungkapan di dalam Tuhan (Ef. 6:1), Paulus menasihati anak harus mematuhi orang tuanya seperti perintah Allah; dan, orangtua harus memahami anak, mendidik mereka sesuai dengan ajaran Tuhan.  melukiskan bahwa relasi ketaatan itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau indah di dalam Tuhan (bdk. Kol. 3:20).  

Ia mengingatkan bahwa perintah keempat, perintah pertama untuk mengasihi sesama, mengandung janji berkat untuk mereka yang melaksanakannya (bdk. Kel. 20:12; Ul. 5:16). Menghormati orangtua tak hanya bermakna mengasihi dan mematuhi mereka.

Tetapi juga merawat mereka secara rohani dan materi di usia tua atau saat keadaan menuntut, seperti saat sakit. Pada mereka yang mematuhi perintah ini, Allah menjanjikan kebahagiaan dan umur panjang.   

Di lain pihak, orang tua dipanggil untuk memahami anak-anak mereka dan mendidik dengan dengan kasih dan adil, agar mereka mencapai kedewasaan Kristen. Paus Fransiskus mengajar, “Injil terus-menerus mengingatkan kita bahwa anak-anak bukanlah hak milik keluarga, melainkan mereka memiliki tujuan hidup sendiri.

Jika benar bahwa Yesus merupakan teladan dalam hal ketaatan terhadap orangtua-Nya di dunia, dengan menempatkan diri-Nya dalam asuhan mereka (bdk. Luk. 2:51), maka benar bahwa Dia juga menunjukkan bahwa pilihan hidup anak-anak dan panggilan Kristiani mereka dapat menuntut perpisahan demi pengabdian bagi Kerajaan Allah (bdk. Mat. 10:34-37; Luk. 9:59-62). 

Yesus sendiri, pada saat usia 12 tahun, memberitahu Yosef dan Maria bahwa Dia mempunyai misi yang lebih besar yang harus dicapai selain keluarga-Nya di dunia (bdk. Luk. 2:48-50).

Melalui cara ini, Dia menunjukkan pentingnya sebuah ikatan lain, yang lebih mendalam di dalam keluarga. “Tetapi Ia menjawab mereka: Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (Luk 8:21).” (Seruan Apostolik Sukacita Kasih, Amoris Laetitia, 18).

Pada abad pertama Masehi, di tengah masyarakat dan budaya Greko-Romawi, perbudakan umum ditemukan di tiap keluarga. Budak bisa bekerja dan dibayar atas pekerjaan, misalnya: guru, pemusik, penerjemah, tabib, bendahara, perawat.

Seorang budak bisa juga memiliki budak untuk membantu pekerjaannya. Mereka juga dapat berjuang untuk meraih status sebagai orang merdeka. Maka, sistem sosial ini pasti berbeda dengan sistem pada zaman ini.

Paulus tidak mengubah sistem sosial yang ada. Ia mengubah cara memperlakukan meminta pada para budak dan tuan mereka untuk tidak melayani hanya untuk menyenangkan hati manusia dan memperlakukan setiap pribadi tanpa pilih bulu.

Kepada para budak Paulus meminta mereka, “Taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang.” (Ef. 6:5-6).

Tuntutan yang sama disampaikannya pula kepada para majikan, “Perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di surga dan Ia tidak memandang muka.” (Ef. 6:9).

Pengaturan hubungan kerja, makna kerja, dan seluruh aspek yang terkait diatur dalam Ajaran Sosial Gereja Katolik, dimulai sejak Paus Leo XIII menerbitkan Ensiklik Kondisi Kerja, Rerum Novarum, tahun 1891.

Yesus berjalan keliling, mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem

Beralih dari Galilea, Santo Lukas mengisahkan Yesus memulai perjalanan dan mengarahkan pandangan-Nya ke Yerusalem. Ia bergerak ke kota yang menjadi tujuan kepergian-Nya, εξοδον, exodon, bentuk akusatif dari exodos, seperti dibicarakan-Nya bersama Musa dan Elia (Luk. 9:31).

Santo Lukas mengisahkan perjalanan dan pelayanan publik Yesus mulai dari Luk. 9:51 hingga Luk. 19:28. Selama kisah itu, pembaca selalu diingatkan akan tujuan kepergian-Nya (Luk. 9:51.53.57; 10:1.38; 11:1; 13: 22.33; 14:25; 17:11; 18:31.37; 19:1.11.28).

Santo Lukas hanya menyebut tempat berangkat (Luk. 9:51), di tengah perjalanan (Luk. 17:11) dan, akhir perjalanan-Nya (Luk. 18:35; 19:1). Dengan cara ini, tiap pribadi diajak untuk terus bergerak, tidak berhenti.

Tempat yang dilewati tidak pernah pasti, kecuali tujuan: Yerusalem. Di sanalah, exodus, sengsara, wafat dan kebangkitan. 

Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?

Selama perjalanan banyak sekali hal terjadi: berita pembantaian dan kecelakaan (Luk. 13:1-5), perumpamaan (Luk. 13:6-9; 18-21), perbantahan (Luk. 13:10-13). Dan sekarang, timbul pertanyaan tentang keselamatan (Luk. 13:23), “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”, Domine, pauci sunt, qui salvantur? 

Kata perintah yang digunakan Santo Lukas: αγωνιζεσθε, agonizesthe, dari kata kerja agonizomai,yang berarti: bertanding dalam perlombaan atletik, berjuang, bergumul. Kepada si penanya, Yesus bersabda (Luk 13:24), “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu.”, Contendite intrare per angustam portam.

Santo Paulus menggunakan kata ini, “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar.” (1Tim. 6:12; 2Tim. 4:7) dan “Epafras… yang selalu bergumul dalam doanya” (Kol. 4:12).

Dalam Khotbah di Bukit, Yesus menyingkapkan Kerajaan Allah memiliki 8 jenis pintu masuk: (1) orang yang miskin di hadapan Allah; (2) orang yang berdukacita; (3) orang yang lemah lembut; (4) orang yang lapar dan haus akan kebenaran.

Kemudian, (5) orang yang murah hati; (6) orang yang suci hatinya; (7) orang yang membawa damai; dan (8) orang yang dianiaya (Mat. 5:3-10). 

Sedangkan Santo Lukas meringkas hanya menjadi empat: (a) yang miskin; (b) yang lapar; (c) yang menangis; dan (d) yang dibenci karena Anak Manusia (Luk. 6: 20-22). Hanya mereka sajalah yang pantas memasuki pintu sempit untuk ambil bagian dalam pesta di Kerajaan Allah.

Dan pintu itu adalah Yesus sendiri (Yoh. 10:7.9), “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.”, Ego sum ostium; per me, si quis introierit, salvabitur et ingredietur et egredietur et pascua inveniet.

Kepada mereka yang menolak Kerajaan Allah, walau mendengarkan dan memahami  Sabda Bahagia, Yesus, Sang Tuan rumah, berkata (Luk. 13:27), “Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan.”, Nescio vos unde sitis; discedite a me, omnes operarii iniquitatis.

Katekese

Masuk pintu yang sempit. Santo Cyrilus dariAlexandria, 376-444:

“Lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan.” Apa yang harus kita pahami tentang lebarnya pintu dan luasnya jalan?… Orang yang tegar tengkuk dan berkepala batu pasti tidak mau menundukkan kepada pada kuk Hukum [perintah-perintah Allah].

Hidup ini telah dikutuk dan merasa nyaman dengan seluruh sikap  acuh tak acuh. Kesombongan timbul dari sikap suka menambah-tambahkan peraturan manusia pada hukum ilahi dan pengabaian terhadap ketetapan Tuhan, pemujaan pada kekayaan bendawi, kejahatan, merendahkan, sombong dan miskin gagasan. 

Mereka yang hendak masuk pintu sempit harus menghindarkan diri dari semua hal itu, setia pada Kristus dan mempersiapkan diri menyongsong perjamuan bersama-Nya.” (Commentary On Luke, Homily  99)

Oratio-Missio

Tuhan, semoga aku tidak pernah ragu akan kehadiran-Mu yang selalu membimbingku. Dan kuatkanlah tekadku untuk selalu mengantar sesamaku menuju keselamatan kekal. Amin.   

  • Apa yang perlu aku lakukan agar aku diselamatkan?

Ipse autem dixit ad illos, “Contendite intrare per angustam portam.” – Lucam 13:24

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version