Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Lectio Divina 30.4.2024 – Damai-Ku Kutinggalkan Bagi-Mu

Lectio Divina 30.4.2024 – Damai-Ku Kutinggalkan Bagi-Mu

0
Damai, by Peace Simon.

Selasa. Minggu Paskah V, Hari Biasa (P)

  • Kis. 14:19-28
  • Mzm. 145:10-11.12-13b.21
  • Yoh. 14:27-31a

Lectio

27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. 28 Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu.

Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. 29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.

30 Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku. 31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku. 

Meditatio-Exegese

Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman

Paulus tidak gentar dengan penghinaan, penganiayaan, bahkan ancaman kematian. Ia sadar akan buah rohani yang akan dipetik setelah semua kesulitan berlalu. Dan di setiap tempat yang dikunjunginya banyak orang berbalik kepada Injil.

Ia mengisahkan pengalamannya, “Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.” (2Kor 11:24-25). Selain itu ia menghadapi: persekongkolan, banjir, penyamun, dan pelbagai macam ancaman lain.

Injil selalu dihadapkan pada penerimaan dan penolakan. Santo Ambrosius menulis, “Di mana ada banyak keberhasilan, di situ terjadi penentangan. Baik juga bila kamu mengalami pengejaran. Dengan pengalaman yang kamu peroleh itu, kamu meraih keberhasilan dengan lebih cepat.” (Expositio in Ps 118, 20, 43).

Di samping keberhasilan dan kesulitan, Paulus dan Barnabas mentahbiskan pelayan-pelayan umat yang tidak hanya meneruskan karya pelayanan mereka. Tetapi juga, seturut pengajaran Konsili Vatikan II, tergabungkan pada tingkat para uskup, para pelayan umat atau imam “ikut menyandang kewibawaan Kristus sendiri, untuk membangun, menguduskan dan membimbing Tubuh-Nya.” (Dekrit tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, Presbyterorum Ordinis, 2).

Tentang panggilan imam, Santo Paus Yohanes Paulus II mengajar, “Panggilan kita dianugerahkan Tuhan Yesus sendiri. Panggilan ini selalu pribadi. Kita dipanggil menurut nama kita, seperti panggilan Yeremia.”

“Mestinya dunia tidak terkejut bahwa panggilan Allah melalui Gereja terus berlanjut, dengan menawarkan kita pelayanan selibat untuk mengasihi dan melayani seperti teladan Yesus Kristus, Tuhan kita.

Panggilan dari Allah ini menyentuh kedalaman batin kita. Dan setelah pengalaman berabad-abad, Gereja sadar bahwa para imamnya harus dengan tepat menanggapi corak hidup yang khusus dalam hidup mereka, menunjukkan totalitas jawaban Ya pada Allah.” (Homily di Civic Center, 4 Oktober 1979).

Di kesempatan lain, Paus dari Polandia mengajar, “Karena Tuhan menghendaki bahwa tak seorang pun diselamatkan bila ia tidak percaya (bdk. Mrk. 16:16), imam, sebagai mitra kerja uskup, harus mewartakan Injil Allah kepada semua manusia (Vatican II,  Presbyterorum Ordinis, 4).

Untuk melaksanakan pengutusan ini, seorang imam harus menjalin relasi mesra dengan Tuhan kita sepanjang waktu. Ia menjalin perjumpaan pribadi dan dihayati dengan Kristus yang bangkit, dengan mata terbuka lebar dan jantung berdegup kencang.” (Homily di Santo Domingo Cathedral, 26 January 1979).

Damai sejahtera-Ku

Yesus menganugerahkan damai sejahtera (Yoh. 14:27), ”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu”, Pacem relinquo vobis, pacem meam do vobis. Santo Yohanes menggunakan kata ειρηνη, eireine, pax.

Yesus tidak menganugerahkan damai yang dibangun setelah pelbagai bentuk kekacauan diakhiri. Damai sejahtera bukan dibangun berdasarkan ukuran duniawi, seperti Pax Romana. Damai dan keamanan di seluruh kekaisaran Romawi dibangun di atas tipu daya, perundingan berat sebelah,  darah,  pedang, tombak dan katapult.

Dunia tidak mungkin memberi damai, karena menolak Yesus.  Damai yang ditinggalkan Yesus untuk para murid mencakup keselamatan atau hidup abadi. Para nabi bernubuat tentang Raja Damai, Mesias, yang diutus Allah (Yes. 9:5-6).

Ia mewartakan damai sejahtera kepada bangsa-bangsa hingga ke ujung-ujung bumi (Za. 9:10). Dan orang yang membawa kabar gembira haruslah orang yang mengabarkan damai dan keselamatan (Yes. 52:7).

Damai sejahtera erat behubungan dengan perjanjian damai dengan Allah. “Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka.” (Yeh. 37:26). Maka, bila setia pada perjanjian damai, disingkapkan oleh  Nabi Yehezkiel  (Yeh. 37:27), “Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”, et ero eis Deus, et ipsi erunt mihi populus.

Damai sejahtera dianugerahkan setelah Ia bangkit dari kematian, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yoh. 20:26). Damai sejahtera ini berasal kasih kepada-Nya dan diwujudkan melalui kesetiaan pada dan melakukan perintah-Nya (Yoh. 14:21). Damai sejahtera dari-Nya selalu menjadi sumber sukacita (Yoh. 15: 11; 16:20.22.24; 17:13).

Aku pergi, datang kembali, supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa

Yesus kembali kepada Bapa agar Ia dapat kembali lagi dalam waktu segera. Kepada Maria dari Magdala, Ia bersabda, “Janganlah Engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa.” (Yoh. 20:17). Setelah Ia pergi kepada Bapa, Ia kembali hanya melalui Roh Kudus yang diutus-Nya (bdk. Yoh. 20:22).

Penguasa dunia telah datang dan hendak mengakhiri hidup Yesus. Ia akan dibunuh. Seolah-olah sang penguasa kejahatan berkuasa atas-Nya. Sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya yang begitu dramatik justru membuktikan bahwa Ia selalu setia melaksanakan kehendak Bapa-Nya dan mengasihi-Nya hingga tuntas.

Sabda-Nya, “Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.” (Yoh. 12:47). “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yoh. 10:28).

Murid Yesus mewartakan damai sejahtera, bukan tentang doktrin, ajaran, hukum atau organisasi. Mereka mewartakan dan mewujudkan: kasih, agape, yang dirindukan dalam lubuk hati manusia terdalam.

Katekese

Buah-buah damai sejahtera. Santo Caesarius dari Arles, Uskup di Perancis, 470-542: 

“Damai menjadikan budi tenang, jiwa teduh, hati sederhana, mengikat kasih dan bersahabat dengan amal kasih. Damai menghapus kebencian; menghentikan perang; memadamkan amarah; memupus kesombongan; mengasihi yang rendah hati; mendamaikan yang bermusuhan; dan membuat yang bermusuhan berjabat tangan.

Karena damai selalu membawa suka cita pada tiap orang. Damai tak pernah mencari apa yang menjadi milik orang lain atau mendaku segalanya sebagai milik sendiri. Damai mengajar orang untuk mengasihi karena ia tak pernah tahu bagaimana menjadi marah, atau membusungkan dada atau terbakar oleh kesembongan.

Damai selalu lembut hati dan rendah hati pada siapa pun, karena ia memiliki keteduhan dan keterangan dalam dirinya sediri. Ketika damai sejahtera Kristus diwujud-nyatakan oleh seorang murid Kristus, damai disempurnakan oleh Kristus sendiri. Jika seseorang mengasihi damai, ia akan menjadi pewaris Allah; sedangkan dia yang menolaknya, ia memberontak melawan Kristus.

“Ketika Tuhan Yesus Kristus kembali kepada Bapa, Ia meninggalkan damai sejahtera pada para mengikutNya karena mereka mewarisi keutamaan yang baik itu; maka, Ia mengajarkan, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu”.

Setiap orang yang menerima damai sejahtera ini harus melaksanakannya; dan siapa pun yang menghancurkannya, ia harus membangunnya; dan siapa pun yang kehilangan, ia harus mencarinya. Karena jika seseorang didapati tidak memelihara damai sejahtera itu, ia tidak akan diakui sebagai ahli waris oleh Bapa dan dicabut hak warisnya atas damai sejahtera dari Tuhan kita.” (Sermon 174.1)

Oratio-Missio

Tuhan, semoga damai sejahtera-Mu selalu tinggal padaku. Semoga aku selalu tinggal dalam damai-Mu melalui iman dan tindakan untuk melakukan kehendak-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk menghadirkan damai sejahteraNya dalam keluarga dan komunitasku?

Pacem relinquo vobis, pacem meam do vobis – Ioannem 14:27

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version