Home BERITA Lectio Divina 4.1.2025 – Apakah Yang Kamu Cari?

Lectio Divina 4.1.2025 – Apakah Yang Kamu Cari?

0
Panggilan Petrus dan Yohanes, by Caravaggio

Sabtu. Oktaf Natal (P)

  • 1Yoh. 3:7-10.
  • Mzm. 98:1.7-8.9.
  • Yoh. 1:35-42.
  • Lectio

35 Keesokan harinya Yohanes berdiri di situ lagi dengan dua orang muridnya. 36 Ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata, “Lihat, Anak domba Allah.” 37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. 38 Namun,Yesus menoleh ke belakang.

Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka, “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya, “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” 39 Ia berkata kepada mereka, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama dengan Dia. Waktu itu kira-kira pukul empat.

40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. 41 Andreas mula-mula menemui Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).”

42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata, “Engkau adalah Simon, anak Yohanes. Engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”

Meditatio-Exegese

Lihatlah Anak domba Allah

Yohanes mengenal Yesus sebagai “Anak domba Allah.” (Yoh. 1:36). Ia tidak pernah menyesatkan siapa pun, karena ia berbuat benar dan benar berasal dari Allah (bdk. 1Yoh. 3:7-10). 

Ketika ia menyatakan Yesus sebagai Anak domba Allah, Yohanes menyingkapkan bahwa Yesus adalah Dia yang diutus untuk menebus  manusia dari dosa dan maut. Darah Anak domba Paskah (Kel. 12) membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan dari bencana kematian.

Melalui pengurbanan-Nya di kayu salib, menurut Santo Paulus, “Anak Domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” (1Kor. 5:7). Darah-Nya yang ditumpahkan di kayu salib membersihkan, menyembuhkan dan membebaskan kita dari perbudakan dosa, dan dari maut, yang menjadi upah dosa (Rm 6:23) serta “membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”  (Mat. 10:28).

Yohanes pasti sangat paham dengan dengan ibadat kurban domba di Bait Allah untuk menyucikan umat dari dosa (Kel. 29). Sang ayah, Zakharia pasti sering mengajaknya pergi membantunya melaksanakan upacara kurban bakaran di Bait Allah (bdk. Luk. 1:8-10).

Dalam Yesus, Yohanes melihat kurban  yang sejati dan satu-satunya yang mampu membebaskan manusia dari dosa, kematian dan cengkeraman kuasa neraka.  Yohanes mampu mengenal Yesus sebagai Anak Allah dan Sang Juruselamat (Yoh 1:29) karena Roh Kudus menyingkapkan misteri itu padanya.

Inilah karunia iman. Allah menganugerahkan Roh Kudus secara cuma-cuma, agar manusia mampu memahami – dengan mata batin dan mata iman yang telah diterangi-Nya – misteri dan rencana-Nya untuk mempersatukan segala sesuatu dalam diri Putera-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus (Ef. 1:10). 

Apakah yang kamu cari?

Yohanes menunjukkan kerendahan hatinya ketika secara terus terang ia mengakui bahwa ia bukan Mesias. Ia hanya mempersiapsiapkan jalan bagi-Nya (Yoh. 1:19-23).

Ia justru menunjuk dan mengantar para muridnya untuk berjumpa dan mengikuti Sang Mesias, Kristus, Yang Diurapi (Yoh. 1:36).  Dan kedua muridnya mengikuti apa yang disarankannya, mengikuti Yesus (Yoh. 1:37).

Merasa diikuti orang, Yesus menoleh dan mengambil inisiatif dialog, “Apakah yang kamu cari?” (Yoh. 1:38). Mereka menjawab dengan balik bertanya, “Guru, dimanakah Engkau tinggal?” (Yoh. 1:38).

Kata ‘tinggal/diam’, dari kata Yunani, μένω, meno, dalam Injil Yohanes, memiliki beragam makna. Misalnya: Yesus tidak hanya tinggal-diam di Galilea, Yudea, atau Yerusalem, tetapi Ia juga tinggal/diam di dalam Bapa (Yoh. 14:10-11). Ia juga tinggal-diam di rumah Bapa serta mempersiapkan tempat bagi para murid-Nya untuk tinggal-diam bersamanya.

Tinggal-diam juga bisa bermakna bersatu (Yoh. 6:56), “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.”,Qui manducat meam carnem et bibit meum sanguinem, in me manet, et ego in illo.

Marilah dan kamu akan melihatnya”, Venite et videbitis (Yoh. 1:39) menjadi ajakan untuk datang dan berkumpul bersama dengan Yesus.

Inilah tahap pertama perkembagan iman/pengenal akan Yesus. Perjumpaan ini selalu bermakna untuk saling mengenal pribadi masing-masing, terlebih pribadi Dia yang mengajak untuk tinggal bersama-Nya.

Kami telah menemukan Mesias

Ketika Andreas berjumpa dengan Yesus dan menemukan bahwa Ia adalah Mesias (Yoh. 1:41), segera ia memberitahu dan mengajak Simon, kakaknya, berjumpa dengan-Nya. Ia mengajak Simon untuk “datang dan melihat”-Nya sendiri. Maka, Andreas adalah Rasul-Nya yang pertama dan Gereja menghormatinya dengan gelar Protokletos, yang dipanggil pertama.

Ketika Yesus melihat Simon datang, Ia menyambutnya seperti yang dilakukan-Nya pada Andreas. Saat itu juga Ia menyingkapkan bahwa Ia telah mengenal siapa Simon, asal usulnya, sebelum ia bertatap muka dengan-Nya, “Engkau adalah Simon, anak Yohanes” (Yoh. 1:42).

Kemudian  Ia memberi nama baru bagi Simon, “Kefas”, ungkapan dalam bahasa Aram, dalam Yunani ‘Petros’ dan Latin ‘Petrus’, karang. 

Pada masa Israel kuno, sebutan Karang berarti pujian atau penghormatan tertinggi bagi seseorang. Merujuk pada Abraham, tradisi para rabbi Israel mengatakan ketika Allah berjumpa dengan Abram, Ia bersabda, “Aku telah menemukan karang, yang di atasnya akan Kubangun dunia.”, (Edersheim, Alfred, The Life and Times of Jesus the Messiah, Chapter XXXVII).

Melalui Abraham Ia membangun umat bagi diri-Nya. Melalui iman, Petrus mengenal Sang Mesias, Kristus, Yang Diurapi, Putera Allah yang tunggal.

Perjanjian Baru menggambarkan Gereja sebagai rumah rohani yang dibangun di atas batu yang hidup, yakni persekutuan iman para anggotanya (bdk. 1Ptr. 2:5).

Katekese

Murid-murid pertama yang mengharapkan Mesias. Santo Yohanes Chrysostomus, 349-407: 

“Setelah tinggal bersama Yesus dan belajar tentang apa yang dilakukan-Nya, Andreas tidak menyembunyikan harta yang berharga itu untuk dirinya sendiri. Tetapi, ia bergegas dan lari menemui saudaranya untuk memberi tahu tentang kebaikan hati Yesus yang dirasakannya.

Namun, mengapa Yohanes tidak menyebutkan apa pembicaraan mereka? Bagaimana kita tahui tentang hal ini: mengapa mereka tinggal bersama-Nya? …

Amati apa yang dikatakan Andreas kepada saudaranya, “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)”. Kalian tahu, dalam waktu yang sangat pendek, bagaimana ia menunjukkan tidak hanya daya pikat yang memancar dari Guru yang bijaksana, tetapi juga kerinduan hatinya yang membuncah sejak dari permulaan.

Karena kata ini, “kami telah menemukan”, merupakan ungkapan jiwa yang merindukan kehadiran-Nya, menanti-nantikan kehadiran-Nya, mengharapkan kedatangan-Nya dari surga, dan begitu bersuka cita ketika apa yang diharapkannya terjadi, sehingga ia bergegas menyebarluaskan Kabar Gembira kepada orang lain. Inilah kebenaran tentang rasa persaudaraan, persahabatan yang wajar.

Semua terjadi ketika seseorang ingin mengulurkan tangan pada sesama ketika kegembiraan rohani datang pada saatnya. Perhatikan juga bagaimana nada bicara yang penuh tekanan pada kata ‘Mesias’.

Ia tidak mengucapkan dengan nada datar, biasa saja. Penuh tekanan untuk mempertegas dengan siapa ia berjumpa. Mereka tidak mengharapkan Kristus yang tidak pernah mempunyai relasi dengan sesama.” (Homilies On The Gospel Of John 19.1)

Oratio-Missio

Tuhan, penuhi hati kami dengan kuasa Roh Kudus agar aku tumbuh dalam pengetahuan akan kasih dan kebenaran-Mu. Semoga Roh-Mu berkobar dalam hatiku agar aku dengan suka cita mencari-Mu dan melaksanakan sabda-Mu dalam segala hal. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan sebagai jawaban atas pertanyaan-Nya, “Apakah yang kamu cari?’ (Yoh. 1:38)?

Dicit eis: “Quid quaeritis?” – Ioannem 1:38

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version