Jumat. Minggu Biasa XIII, Hari Biasa (H)
- Am 8:4-6.9-12
- Mzm. 119:2.10.20.30.40.131
- Mat. 9:9-13
Lectio
9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” 12 Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.
13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Meditatio-Exegese
Yesus melihat Matius duduk di rumah cukai
Sekarang Yesus memanggul Yesus memanggil seorang pemungut cukai. Ia dianggap sebagai orang berdosa oleh komunitas yang taat melaksanakan Hukum Taurat, Farisi dan ahli Taurat. Sebelumnya, Ia memanggil empat orang murid pertama dari kalangan Yahudi dan berprofesi sebagai nelayan (Mat. 4: 18-22).
Injil lain menyebut pemungut cukai sebagai Lewi. Dalam Injil ini, ia menyebut diri sebagai Matius, yang bermakna anugerah Allah atau diberi oleh Allah. Komunitas iman yang dibinanya patut menganggapnya sebagai anugerah Allah, karena ia menjadi tanda keselamatan bagi semua.
Sama seperti keempat murid pertama, begitu mendengat panggilan-Nya, Matius segera berdiri dan mengikuti Dia. Gerakan berdiri dan mengikuti menandakan ia segera memutus ikatan yang menghambat untuk bersatu dengan Yesus.
Ia meninggalkan ikatan dengan kantor cukai, lambang kolaborasi dengan penjajah asing dan pemantik tindak ketidakadilan. Menang dari kantor cukai, menglir uang darah yang melimpah.
Setelah memutuskan ikatan itu, ia segera mengikuti Yesus.
Santo Yohanes Chrysostomus, bapa Gereja abad ke-5, mendeskripsikan panggilan Matius, “Mengapa Yesus tidak memanggil Matius pada saat yang sama ketika Ia memanggil Petrus dan Yohanes dan lainnya?
Ia mendatangi masing-masing pada saat khusus ketika Ia mengetahun kapan mereka akan menanggapi panggilan-Nya. Ia datang pada saat yang berbeda untuk memanggil Matius, yaitu: saat Ia yakin Matius pasti taat pada panggilan-Nya.
Hal yang sama terjadi saat Ia memanggil Paulus. Pada saat yang berbeda, saat ia tak berdaya, setelah kebangkitan, sesuatu seperti halilintar menyambarnya, bagaikan menyambar hewan mangsa. Karena Ia mengenal isi pikiran dan rahasia hati terdalam dan mengetahui kapan masing-masing dari siap untuk menjawab panggilan-Nya dengan sepenuh hati, budi, jiwa dan raga.
Maka Ia tidak memanggil mereka semua sekaligus pada saat Ia memulai karya-Nya. Saat itu hati, budi, jiwa dan raga Matius masih keras. Maka, setelah melakukan begitu banyak mukjizat, setelah kemasyhuran-Nya menyebar hingga luar negeri, Ia memanggil Matius. Ia tahun hati, budi dan jiwa serta raga Matius sudah siap memberikan jawaban penuh.” (Homily 30 on Matthew).
Pemungut cukai dan orang berdosa datang dan makan bersama-sama dengan Yesus
Saat itu orang Yahudi hidup terpisah dari dari para pemungut cukai dan pendosa lainnya. Mereka tidak mau makan bersama dengan golongan masyarakat itu, karena mereka dinajiskan oleh hukum agama.
Maka orang Kristen Yahudi harus membuka isolasi diri dan duduk makan bersama dengan pemungut cukai dan orang lain yang dinajiskan. Mereka harus bertindak adil seperti kasih Allah yang tidak membeda-bedakan orang (Mat. 5:44-48).
Saat Injil Matius ditulis, masih ada sementara kalangan menolak duduk makan bersama dengan mereka yang berasal dari keyakinan lain, walau telah dibaptis (bdk. Kis. 10:28; 11:3; Gal. 2:12). Yesus duduk makan bersama pemungut cukai dan pendosa menandakan bahwa Yesus menawarkan keselamatan kepada mereka.
Ia menyelamat manusia, tetapi Ia jijik atas dosa mereka. Dosa mereka dihapus dan pribadi masing-masing diterima dengan sukacita.
Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan
Yesus tidak menghendaki kemunafikan karena pelaksanaan hukum agama. Ia tidak suka dengan mentalitas mengingkari keberadaan mereka yang dianggap najis, disingkirkan, ditindas, bahkan dianggap asing, liyan.
Para Farisi dan ahli Taurat tidak berani bertanya langsung padaNya. Mereka bertanya melalui para murid, “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Yesus menjawab dengan dua penjelasan yang berasal dari olah pikir akal sehat. Pertama, yang membutuhkan tabib pasti orang sakit.
Yang kedua diambil dari landasan alkitabiah, “Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Yesus menolak argumen kaum Farisi, karena argumen mereka tidak beralasan sama sekali. Yesus lebih memilih menggemakan nubuat belas kasih yang melimpah pada Zaman Mesias.
Nabi Hosea dan Yesaya bernubuat (Hos. 6:6; Yes. 1:10-17), “Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.”, quia misericordiam volui et non sacrificium et scientiam Dei plus quam holocausta.
Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan, walaupun manusia ciptaan-Nya berjalan serong dan lebih suka memilih dosa (Hos. 11:8-9).
Di pihak-Nya, selalu Yesus mencari yang tersesat dan berdosa. Sabda-Nya (Mat. 9:13), “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”, Non enim veni vocare iustos sed peccatores.
Katekese
Matius tidak menunda ketika dipanggil Yesus. Santo Chromatius, wafat 406, sarjana dan Uskup Aquileia:
“Tuhan, yang hendak menganugerahkan keselamatan kepada semua pendosa yang percaya pada-Nya, dengan suka rela memilih Matius, mantan pemungut cukai. Anugerah penghormatan-Nya pada Matius merupakan salah satu teladan bagi keselamatan kita.
Setiap pendosa pasti dipilih Tuhan dan dapat menerima rahmat keselamatan abadi jika ia memiliki budi yang bening dan hati yang berbakti pada-Nya. Maka, Matius dipilih Allah dengan tangan terbuka.
Dan, walau ia tenggelam dalam urusan duniawi, karena hormat baktinya pada Allah ia dipandang layak dipanggil oleh Tuhan (“Ikutlah Aku”), yang karena keilahian-Nya mengenal apa yang tersembunyi di dalam relung hati terdalam.
Berdasarkan apa terjadi kemudian, kita memahami bahwa Matius diterima oleh Tuhan bukan karena statusnya. Tetapi karena iman dan sembah bakti-Nya pada Allah.
Segera setelah Tuhan bersabda padanya, “Ikutlah Aku”, ia tidak menolak atau menunda, tetapi segera “ia berdiri lalu mengikuti Dia.” (Tractate On Matthew 45.1).
Oratio-Missio
“Tuhan Yesus, Sang Juruselamat, perkenankan kami menghadap-Mu: hati kami beku. Tuhan, hangatkanlah hati kami dengan kasih-Mu yang tak mementingkan diri sendiri.
Hati kami penuh dosa; bersihkanlah dengan darahMu yang sungguh mulia. Hati kami lemah; kuatkanlah dengan Roh-Mu yang selalu bersukacita.
Hati kami hampa; penuhilah dengan kehadiranMu. Tuhan Yesus, hati kami milik-Mu; milikilah selalu dan buatlah agar selalu menjadi milikMu. Amin.” (Doa Santo Augustinus, 354-430, terjemahan bebas)
- “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan” . Maka, apa yang kukehendaki?
Misericordiam volo et non sacrificium. Non enim veni vocare iustos sed peccatores – Matthaeum 9:13