Home BERITA Lectio Divina 7.3.2024 – Kuasa-Nya Mengalahkan Setan

Lectio Divina 7.3.2024 – Kuasa-Nya Mengalahkan Setan

0
Kuasa-Nya mengalahkan setan, by Lucas Cranach the Younger

Kamis. Minggu Prapaskah III, Hari Biasa (U)

  • Yer. 7:23-28
  • Mzm. 95:1-2.6-7.8-9
  • Luk. 11:14-23

Lectio

14 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. 15 Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” 16 Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada-Nya, untuk mencobai Dia.

17 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. 18 Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.

19 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 20 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. 21 Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya.

22 Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. 23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”

Meditatio-Exegese

Dengarkanlah suara-Ku

Nabi Yeremia begitu kecewa pada umat. Saat Kerajaan Israel di utara dan Yehuda di selatan sedang mengalami masa kejayaan cukup panjang, ternyata, bangsa pilihan-nya tidak mau berbakti kepada Allah.  

Sang nabi berseru, “Mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya. Dari sejak waktu nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus-menerus,

Tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku dan tidak mau memberi perhatian, bahkan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat dari pada nenek moyang mereka… Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka…Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka.” (Yer. 7:24-28).

Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul

Yesus mengusir setan yang membisukan. Ada dua tanggapan yang saling bertentangan di antara mereka yang menyaksikan karya-Nya. 

Mereka yang mengikuti-Nya mempercayai-Nya. Sedangkan orang yang tidak percaya menuduh Yesus bersekongkol dengan Beelzebul, penghulu setan (Luk. 11:15).

Bahkan, mereka meminta tanda ajaib dari surga untuk mencobai. Santo Markus mengidentifikasi orang-orang yang menolak Yesus sebagai ahli-ahli Taurat dari Yerusalem (Mrk. 3:22).

Santo Lukas menggukan kata πειραζοντες, peirazontes, dari kata kerja peirazo, mencobai. Kata ini juga digunakan ketika setan mencobai Yesus di gurun (Luk. 4:1-13).

Tetapi, dibimbing Roh Kudus, Yesus mampu mengalahkan setan, si pencoba. Musuh lama itu tidak mau menyerah dan selalu menunggu kesempatan yang baik untuk kembali mencobai-Nya (Luk. 14:13).

Baal Zebub semula adalah dewa kesuburan bangsa Fenisia. Kemungkinan pemujaan padanya mulai dikenal ketika Izebel menjadi permaisuri raja Ahab. Baal Zebub, yang oleh para rabbi diucapkan beelzebul, bermakna “tuan kotoran, penguasa lalat” yaitu kurban persembahan kepada berhala-berhala.

Di kemudian hari dalam tradisi bangsa Yahudi, Beelzebul, dewa kesuburan Ekron (2Raj. 2:2-16), diidentikkan dengan pemimpin/penghulu para setan.

Yesus mengetahui pikiran mereka

Yesus memahami pikiran para penentang-Nya. Ia menjawab mereka dengan tiga lapis alasan.

Pertama, Ia mengungkapkan suatu perumpamaan tentang kehancuran kerajaan atau rumah tangga atau hidup seseorang dimulai dari perusakan di dalam. Maka tidaklah mungkin iblis akan menghancurkan dirinya sendiri.

Selanjutnya, Ia justru bertanya dengan kuasa siapa para murid orang Farisi dan ahli Taurat mengusir setan. Praktik pengusiran setan sangat lazim dilakukan pada zaman itu, termasuk oleh orang Farisi dan ahli Taurat.

Akhirnya, Yesus menyingkapkan bahwa Ia lebih berkuasa dari pada Beelzebul. Ia telah meluluh lantakkan dan mengalah-Nya.

Ia mengidentifkasikan diri sebagai Yang Lebih Kuat, “Jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.” (Luk. 11:22).

Santo Lukas menggunakan kata ισχυροτερος, ischupoteros, dia yang lebih kuat. Yesus mengacu pada kuasa tangan Allah, digitus Dei. Melalui Musa, Allah mengalahkan Firaun dan para ahli sihirnya, lambang kuasa setani dan kerajaan kegelapan (bdk. Kel. 8:19).

Namun, kuasa Allah tidak bisa dikungkung oleh komunitas orang yang percaya kepada Yesus. Ia juga bisa menggerakkan orang-orang di luar komunitas untuk melakukan kebaikan sesuai dengan kehendak-Nya. Para murid Yesus tidak bisa mengabaikan mereka.

Mereka adalah saudara-saudari dalam menegakkan Kerajaan-Nya. Orang Kristiani bukan pemilik Yesus Kristus. Sebaliknya: Yesus adalah Tuhan kita.

Ia mengingatkan (Luk. 11:23), ”Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”, Qui non est mecum, adversum me est; et, qui non colligit mecum, dispergit.

Katekese

Allah membantu kita untuk bertobat sempurna. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Ketika kita mengubah hidup lama dan memberi roh kita sebuah citra baru, kita mengalami betapa sukar dan melelahkan untuk meninggalkan kegelapan yang berasal dari cara hidup duniawi menuju  kedamaian jiwa yang penuh dengan cahaya ilahi. Kita harus memohon bantuan Allah untuk mencapai pertobatan sempurna yang hendak kita tuju.” (Commentary on Psalm 6,5

Oratio-Missio 

Ya Tuhan, Allah kami, bantulah kami dengan rahmat-Mu; kami mohon kepada-Mu kesabaran dalam kesulitan, kerendahan hati dalam kelimpahan, keteguhan hati dalam pencobaan, dan kemenangan atas seluruh musuh rohani kami.

Berilah kami rasa benci terhadap dosa, rasa syukur atas kebaikan hati-Mu, rasa gentar atas pengadilan-Mu, kasih yang berkobar atas belas-kasih-Mu, dan selalu sadar akan kehadiran-Mu. Kini dan sepanjang masa. Amin (Doa John Cosin, Uskup Durham, 1595–1672, terjemahan bebas,).

  • Apa yang perlu kulakukan supaya setan tidak menguasai hatiku?

Qui non est mecum, adversum me est; et, qui non colligit mecum, dispergit – Lucam 11:23

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version