Home BERITA Lectio Divina 8.10.2024 – Hanya Satu Yang Penting

Lectio Divina 8.10.2024 – Hanya Satu Yang Penting

0
Mengunjingi Marta dan Maria, by Johannes Vermeer, 1655.

Selasa. Minggu Biasa XXVII, Hari Biasa (H)

  • Gal 1:13-24
  • Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15
  • Luk 10:38-42

Lectio

38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. 39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,

40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

41 Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Meditatio-Exegese

Kamu telah mendengar tentang hidupku

Paulus meneruskan alasan mengapa membela Injil yang diwartakan dengan mengisahkan latar belakang hidupnya. Dikisahkan Saulus sangat bangga sebagai orang Yahudi, pelaku Hukum Taurat yang teliti, anggota aliran Farisi dan dididik Gamaliel (Kis. 22:3; Rm. 11:1 ; 2Kor. 11:22; Fil. 3:5).

Ia sendiri mengaku, “Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.” (Gal. 1:13-14).

Tidak lelah ia mencari, memenjarakan dan, bahkan, membunuh anggota jemaat hingga wilayah di luar Yudea (Kis. 9:1-2). Ia menyetujui dan hadir saat Stefanus dirajam (Kis. 7:58; 8:1). Sepak terjangnya begitu terpatri dalam kenangan jemaat Gereja Perdana, sehingga mereka tidak percaya ketika ia berbalik menjadi pengikut Kristus (bdk. Kis. 9:26).

Penampakan Yesus saat ia sampai di luar Damsyik mengubah seluruh hidupnya (Kis. 9:1-18).  Seperti para nabi, Yesaya dan Yeremia, Paulus dipilih sejak di dalam kandungan untuk tugas pengutusan khusus. Ia dikaruniai anugerah untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi.

Paulus tidak menceritakan pengalamannya pada orang lain dan menjalin hubungan dengan para rasul di Yerusalem, pusat agama Yahudi dan tempat kelahiran Gereja. Ia menekankan bahwa perubahan hatinya berasal dari pengaruh Allah, bukan dari bujukan manusia.    

Pengalaman batin yang luar biasa diolah di gurun ‘Arabia’, wilayah di kerajaan Arab Nabatea di sisi timur Sungai Yordan yang merentang dari Damsyik ke Suez. Tak diceritakan berapa lama ia menjalani khalwat, ‘retreat’, tetapi tiga tahun kemudia ia pergi ke Yerusalem untuk menjumpai Petrus, yang dipanggilnya ‘Kefas’, kata Aram untuk menyebut ‘karang’ (bdk. Mat. 16:18) dan tinggal di rumahnya selama dua minggu. 

Kunjungannya kepada Petrus selalu dimaknai sebagai pengakuan akan otoritasnya sebagai yang pertama di antara para Rasul. Kisah Para Rasul melukiskan bahwa ia adalah pilar utama Gereja, misalnya: mempin pemilihan pengganti Yudas Iskariot (Kis. 1:15-26), berkhotbah untuk semua bangsa pada peristiwa Pentakosta (Kis. 2:14 dst.). 

Setelah mengunjungi Petrus dan, disusul pada Yakobus, uskup Yerusalem dan saudara Tuhan, ia kembali ke Siria dan Kilikia, provinsi Romawi di selatan Turki sekarang. Ia juga mengunjungi kota kelahirannya, Tarsus, kota utama di provinsi itu.

Sangat sedikit umat Yerusalem mengenalnya kisah hidupnya. Sepak terjangnya di masa lalu sebagai pembunuh jemaat tetap terpateri dalam ingatan, tetapi mereka memuliakan Allah karena pertobatannya. 

Tentang Paulus, St. Cyrilus dari Alexandria menulis, “Yesus juga bersabda, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang dan ia pulang ke rumah untuk minta izin pada orang tuanya tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Tetapi kita tahu bahwa para Rasul yang suci tidak pernah melakukan hal ini. Mereka segera mengikuti Yesus, segera setelah meninggalkan perahu dan orang tua mereka. Paulus juga segera melakukan yang sama. Ia tidak memperhatikan lagi ‘darah-daging’nya. Inilah tindakan mereka yang ingin mengikuti Yesus.”  (Commentarium in Lucam, 9).

Marta menerima Dia

Sebelum memasuki Yerusalem, tujuan perjalanan-Nya (Luk. 9:51), Yesus singgah di rumah Marta, Maria dan Lazarus. Mereka tinggal di Betania (Yoh. 11:1). Sepertinya, Marta menjadi kepala rumah tangga, karena dia dengan ramah menerima Yesus (Luk. 10:38).

Yesus menikmati keramah tamahan keluarga Marta, Maria dan Lazarus. Dalam perjumpaan yang singkat ini, Santo Lukas menyajikan dua tokoh cerita yang berbeda sikap dan sifat dalam diri Marta dan Maria. Marta suka melayani.

Namun, saat menunggu kedatangan-Nya, ia menjadi begitu galau, resah dan gelisah. Galau, resah dan gelisah dianugerahkan agar tiap orang terus dengan tekun mendengarkan dan memperhatikan Allah. Ia meminta didengarkan dan diperhatikan, karena Ia layak untuk itu.

Rahmat-Nya selalu dicurahkan agar para murid-Nya dibebaskan dari segala hal yang tidak perlu dan menjauhkan dari-Nya. Ternyata Marta justru memilih melakukan kegiatan yang tak perlu.

“Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” (Luk. 10:40).

Tetapi Tuhan menjawabnya, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara.” (Luk. 10: 40-41). Secara tersamar Yesus meminta Marta untuk tidak kehilangan perhatian pokok dalam hidup: mendengarkan sabda-Nya, walaupun sedang sibuk mengerjakan banyak tugas.

Maria telah memilih bagian yang terbaik

Maria tidak memperumit diri sendiri dan tidak menyibukkan diri dengan perkara sepele. Ia duduk di dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan-Nya. Nalurinya menuntun pada pemahaman bahwa Ia adalah Tuhan dan Guru.

Tuhan menghendaki disediakan tempat bagi-Nya, tidak hanya di hati, tetapi juga di rumah dan di lingkungan sehari-hari. Tiap murid menghormati Tuhan ketika mempersembahkan apa yang dipunyai dan dilakukan. Terlebih, “Dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu.” (1Taw. 29:14).

Santo Paulus mendorong setiap orang untuk bersyukur pada Allah dalam segala sesuatu, “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kol. 3:17).

Saat duduk, makan tidur, menjamu sahabat dan tamu, ingatlah bahwa Yesus Kristus juga menjadi tamu di rumah. Kitab Kejadian melukiskan sikap Abraham yang menghormati tiga orang tamu yang datang ke kemahnya, melayani dan menjamu mereka dengan penuh keramahan (Kej. 18: 1-10; Ibr. 13: 2).

Tuhan meminta agar tiap pribadi memuliakan-Nya melalui cara memperlakukan dan menggunakan anugerah-Nya dengan sukarela bagi  sesama manusia. Dengan cara itulah Ia memenuhi hidup kita dengan sukacita yang berkelimpahan (Yoh 10:10).

Sabda-Nya (Luk. 10:42), “Maria telah memilih bagian yang terbaik.”, Maria enim optimam partem elegit.   

Hanya satu saja yang perlu

Tentang kunjungan Yesus pada keluarga Marta, Maria dan Lazarus, Santo Augustinus menulis, “Marta, yang mengatur dan menyiapkan perjamuan untuk Tuhan, sibuk mengerjakan banyak hal. Sedangkan Maria memilih makanannya sendiri: apa yang Tuhan sabdakan. Dengan cara ini ia menjauhkan diri dari saudarinya, yang sangat sibuk, dan berdiri di dekat kaki Yesus, serta mendengarkan sabdaNya.

Ia dengan penuh kepercayaan mengikuti sabda-Nya dalam Mazmur, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah.” (Mzm. 46:11). Marta merasa tidak nyaman, dan Maria berpuasa; sang kakak mengerjakan banyak hal; sang adik memusatkan pada satu hal. Kedua pekerjaan itu baik.” (Sermon, 103).

Marta dianugerahi pengakuan iman, justru pada saat Maria terpuruk dalam duka karena kematian Lazarus. Rasa sedih tidak membutakan mata batin Marta. Ia justru pergi ke luar rumah, menyongsong Yesus, sahabatnya, seperti dituturkan Santo Yohanes, yang menyajikan percakapan indah (Yoh. 11:21-27):

Marta, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.”

Kata Yesus kepada Marta, “Saudaramu akan bangkit.”

Kata Marta kepada-Nya, “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.”

Jawab Yesus, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?”

Jawab Marta, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Utique, Domine; ego credidi quia tu es Christus Filius Dei, qui in mundum venisti.

Marta, akhirnya, mampu mengenali identitas Yesus, seperti Petrus, saat ia mengakui Yesus sebagai Mesias (Mat. 16:16). Maka, Santo Lukas pun mencatat, Marta telah menemukan yang paling penting dalam hidup  (bdk. Luk. 10:42), “Hanya satu yang penting: Tuhan.”, porro unum est necessarium: Dominus.

Katekese

Tubuh Kristus membutuhkan pendengar dan pelaksana SabdaNya. Santo Ambrosius dari Milan , 339-397.

“Keutamaan tak pernah berbentuk tunggal. Dalam contoh tentang Marta dan Maria, terdapat penambahan kesibukan di satu pihak dan perhatian penuh pada pihak lain dalam menanggapi Sabda Allah.

Bila mengacu pada iman yang benar, perhatian penuh pada sabda Allah susai dengan apa yang tertulis, “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” 

Maka, mari kita berusaha untuk melakukan apa yang tak dapat diambil dari kita, sehingga  tidak ada pengabaian, tetapi dengan tekun mendengarkan apa yang dianugerahkan pada kita. Karena benih sabda Allah akan diambil dari kita jika benih jatuh di pinggir jalan (Luk 8: 5.12).

Mari kita mengharapkan dibimbing oleh Roh Kebijaksanaan seperti yang dilakukan-Nya pada Maria. Itulah karya yang lebih agung dan sempurna. Jangan biarkan tugas pelayanan membelokkan pengenalan kita akan Sabda surgawi…

Marta tidak juga dicela dalam pelayanannya yang baik; tetapi sikap iman Maria lebih dipilih  karena ia telah memilih bagiannya yang lebih baik, karena Yesus selalu mencurahi dengan berkat dan melimpahi dengan banyak anugerah. Maka, yang lebih bijaksana memilih apa yang dia pahami sebagai yang terbaik.” (Exposition Of The Gospel Of Luke 7.83-86 )

Oratio-Missio

Tuhan, hadirlah dalam hidup dan suka citaku. Bebaskan aku dari hal-hal yang tidak perlu agar aku dapat memberikan seluruh kasih dan perhatian pada-Mu dengan sepenuh hati dan jiwaku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan agar Yesus menjadi pusat hidupku?

Maria optimam partem elegit quae non auferetur ab ea – Lucam 10:42

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version