Selasa. Minggu Prapaskah V, Hari Biasa (U)
- Bil. 21:4-9
- Mzm. 102:2-3,16-18,19-20
- Yoh. 8:21-30
Lectio
21 Lalu Yesus berkata lagi kepada mereka, “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” 22 Karena itu, kata para pemuka Yahudi itu, “Apakah Ia mau bunuh diri maka dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?”
23 Lalu Ia berkata kepada mereka, “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas. Kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. 24 Karena itu, tadi Aku berkata kepadamu bahwa kamu akan mati dalam dosamu. Sebab jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” 25 Lalu kata mereka kepada-Nya, “Siapakah Engkau?”
Jawab Yesus kepada mereka, “Apa yang telah Kukatakan kepadamu sejak semula? 26 Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu. Tetapi, Dia yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari Dia, itu yang Kukatakan kepada dunia.”
27 Mereka tidak mengerti bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. 28 Maka kata Yesus, “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.
29 Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa melakukan apa yang berkenan kepada-Nya.” 30 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
Meditatio-Exegese
Aku bukan dari dunia ini
Pertentangan pendapat antara Yesus dan orang-orang Yahudi semakin tajam. Pokok pembicaraan berpusat pada tema: Siapakah Engkau?
Yesus membuka pembicaraan dengan bersabda, “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” (Yoh. 8:21).
Ia bermaksud mengajak pendengar-Nya untuk mengingat bahwa Ia telah menawarkan kepada mereka ‘air hidup’ (Yoh. 7:37) dan ‘terang dunia’ (Yoh. 8:12). Tawaran-Nya bermakna ajakan untuk percaya kepada-Nya.
Sekarang Ia mendesak mereka untuk mengambil keputusan: percaya atau tidak. Kalau percaya, mereka selamat. Kalau menolak, mereka tetap tinggal dalam dosa.
Dalam tradisi Yohanes, dosa yang membawa ke kematian adalah menolak untuk mengimani Yesus. Maka, hanya mereka yang mengimani Yesus bisa pergi ke tempat yang akan ditinggali-Nya, rumah Bapa-Nya.
Ia pergi ke situ untuk mempersiapkan tempat bagi mereka, sehingga di mana Ia berada di situ pun yang percaya pada-Nya berada (bdk. Yoh. 14:1-3).
Kembali orang Yahudi salah mengerti. Mereka gagal paham karena asal usul. Yesus berasal dari atas, sedangkan mereka dari bawah.
Yesus bukan dari dunia ini; mereka dari dunia. Selanjutnya, Yesus bersabda, “Karena itu, tadi Aku berkata kepadamu bahwa kamu akan mati dalam dosamu. Sebab jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” (Yoh. 8:24).
Ia terus mengajak mereka untuk cepat mengambil keputusan: percaya pada-Nya. Yesus menggemakan sabda Allah melalui Nabi Yehezkhiel bahwa manusia akan mati dalam dosa jika tidak memohon belas kasih dan pengampunan-Nya (Yeh. 3:18; 18:18).
Akulah Dia
Jawaban Yesus atas pertanyaan mereka sungguh menyakitkan hati yang tak percaya pada-Nya. Terlebih Ia merasa tidak perlu lagi berbicara dengan mereka. Sabda-Nya (Yoh. 8:25), “Apa yang telah Kukatakan kepadamu sejak semula?” saat orang Yahudi bertanya, “Siapakah Engkau?”, Tu quis es?
Tetapi, kepada mereka Ia tetap harus menyampaikan tugas perutusan dari Dia mengutus-Nya. Ia menyampaikan apa didengar-Nya dari Bapa dan mengadili manusia (bdk. Yoh. 8:26). Lagi-lagi, orang Yahudi sulit mendengarkan, mencerna, dan, akhirnya, percaya kepada-Nya.
Mereka menolak mengimani Yesus (Yoh. 8:24), “Sebab jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.”, si enim non credideritis quia ego sum, moriemini in peccatis vestris.
Santo Yohanes menggemakan pernyataan diri Allah dalam Kel. 3:14, εγω ειμι, ego eimi, dalam Latin Vulgata: ego sum, Akulah Dia (Yoh. 8:24). Penulis Injil tidak menambahkan predikat apapun pada sabda itu. Frase εγω ειμι, ego eimi, menyingkapkan bahwa Ia setara dengan nama Yahwe.
Dengan ungkapan ini, Yesus mengungkapkan kesatuan-Nya dengan Bapa yang mengutus-Nya (Yoh. 10:30). Maka, melalui penyingkapan ini, orang yang tidak mengenal Yesus, juga tidak mengenal Bapa, yang mengutus-Nya.
Sayang, orang Yahudi sezaman Yesus gagal untuk memahami dan mengenali-Nya. Ketidak percayaan itu menempatkan mereka tetap dalam dosa.
Gelar Anak Manusia yang dikenakan Yesus mengacu Pribadi dalam penglihatan Nabi Daniel (Dan. 7:13-14). Kepada Anak Manusia diberikan “kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Dan. 7:14).
Namun, Ia juga Hamba Yahwe yang menaati-Nya sampai mati, seperti domba yang dibawa ke tempat pembantaian, dalam nubuat-nubuat Nabi Yesaya. Anak Manusia ditinggikan pada saat Ia disalib.
Sabda-Nya (Yoh. 8:28), “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia.”, Cum exaltaveritis Filium hominis, tunc cognoscetis quia ego sum.
Inilah saat peninggian dan pemuliaan-Nya. Dari salib itulah memancar keselamatan bagi siapa pun yang memandang-Nya, seperti dijanjikan oleh Allah melalui Musa (Bil. 21:4-9).
Katekese
Ditolong oleh rahmat Kristus. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:
“Tak seorang pun dari kita mampu melakukan perbuatan baik jika tidak ditolong oleh rahmat Kristus. Jika kita melakukan apa yang jahat, perbuatan itu selalu berasal dari diri kita sendiri; sebaliknya, jika kita melakukan apa yang baik, kita melakukan kebaikan atas pertolongan Allah.
Maka, mari kita bersyukur pada Allah yang memungkinkan kita melakukan perbuatan baik. Dan jika kita melakukan kebaikan, kita tidak menghina seorang pun, termasuk yang tidak melakukan hal yang sama. Mari kita tidak memuji diri sendiri karena merasa unggul atas orang lain.” (Commentary on Psalm 93,15)
Oratio-Missio
Tuhan, semoga aku selalu menemukan damai, sukacita dan kekuatan karena mengimani kasih-Mu, kebenaran-Mu dan kebaikan hati-Mu. Dan kuatkanlah aku untuk menjadi perpanjangan tangan-Mu dalam mewartakan belas kasih-Mu pada sesamaku. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk menyingkirkan rintangan yang membuatku tidak percaya pada-Nya?
Cum exaltaveritis Filium hominis, tunc cognoscetis quia ego sum – Ioannem 8:28