HUJAN yang turun sejak sore tidak mengendorkan niat umat Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi, Kabupaten Klaten dan sekitarnya untuk menghadiri dan menyaksikan acara Lek-Lek’an Paskah yang digelar di Balai Mandala Gereja Wedi pada Minggu (23/4/2017) malam.
Umat dari anak-anak, remaja, orang muda, sampai orangtua antusias menonton acara yang digagas oleh Komunitas Kekancan Melek Nganti Wengi Ing Gereja Wedi (Kemangi Gedi) ini. Kemangi Gedi adalah sekelompok umat yang sering bermain “menemani” para rama dan “menjaga” Gereja Wedi pada malam hari.
Semuanya disediakan gratis untuk penonton.
Beragam hiburan
Lek-Lek’an Paskah ini diisi dengan penampilan seni dari anak-anak PAUD Santa Theresia, SD Kanisius Murukan Wedi, SMP Pangudi Luhur Wedi, sulap dari Mr Andre Komar, Baskom Tanjunganom, Karawitan Anak Parikesit, dan diakhiri dengan pentas Opera Van Gereja (OVG).
Selanjutnya, sulap dari Mr Andre Komar. Ia menunjukkan kemampuan sulapnya yang jitu dan menghibur. Sedang Baskom Tanjunganom (yang merupakan pengurus Misdinar Paroki Wedi) menampilkan dance hasil koreografi apik mereka. Sementara itu Karawitan Anak Parikesit memainkan tiga gendhing (lagu) dolanan. Penampilan anak-anak ini mengundang decak kagum dan aplaus tepuk tangan dari penonton.
Sebagai puncak acara adalah pentas Opera Van Gereja (OVG).
OVG ini dimainkan oleh orang muda, umat dewasa, seniman, koster, dan dua rama Paroki Wedi, yaitu Rama Andrianus Maradiyo, Pr dan Rama Emanuel Maria Supranowo, Pr. OVG ini memainkan lakon “Bertobatnya Gendon”. Pentas OVG ini berlangsung lucu, seru, dan menghibur. Saking seru-nya, penonton dibuat tertawa terpingkal-pingkal berulang kali.
Untuk memeriahkan acara Lek Lek’an Paskah ini panitia menyediakan sekitar 100 door prize. Hadiah hadir ini berupa makanan ringan, pakaian, peralatan mandi, peralatan elektronika, dan sebagainya.
Ketua panitia Lek Lek’an Paskah, Antonius Supriyadi menjelaskan, Lek Lek’an Paskah ini diadakan untuk memaknai Paskah secara lebih “pas”. Karena selama ini, umat memaknai Natal dan Paskah secara “jomplang” atau berat sebelah. Saat Natal, umat merayakannya dengan penuh suka cita dan “gegap gempita”. Kadang malah terkesan glamour atau berlebihan. Tetapi giliran merayakan Paskah, kok sepi, ameng, nyaris tidak ada kegiatan lain di luar acara liturgi (Ekaristi) di dalam gereja.
“Maka, kita coba untuk mengadakan acara Lek Lek’an Paskah ini. Agar perayaan Paskah juga terasa gema dan maknanya. Umat juga merasa terhibur. Apalagi, Paskah adalah perayaan teragung, perayaan terbesar bagi umat kristiani,” ucapnya.