Home BERITA Lentera Kehidupan: Mulih

Lentera Kehidupan: Mulih

0
Ilustrasi (Ist)

PAGI ini sinar matahari menyusup kamar. Bunyi gantungan bambu sudah berdenting menyentak. Aku merasa tidak asing dengan suasana seperti ini. Tapi aku merasa terhenyak. Dimanakah aku pagi ini? Aku segera bangun…..Begitu melangkah keluar, menarik nafas segar, angin semilir dan bau tanaman ikut menyapa. Aku sudah berada di Kudus.

Orang kini banyak travelling. Orang kadang lupa dimanakah mereka berada saat itu. Di Semarang? Atau di Roma? Dubai? Milan?Di pedalaman Swiss? Di Bali? Semua kadang terasa samar-samar.

Saat traveling, beragam peristiwa tak terduga bisa dialami. Saat mengejar penerbangan,  hati was-was karena terjebak kemacetan. Saat melihat jarum jam, semakin kecut hati, semakin salah semua lalu lintas. Saat mengalami kebuntuan, rekan perjalanan malah sibuk dengan urusan sendiri. Semua terasa menjengkelkan. AC ruangan tidak membantu. Paras cantik petugas bandara tetap membuat jengkel.   Kesabaran diuji, jiwa dilatih.   Saat kekacauan melanda, aura kemarahan menyengat. Kita terkadang perlu berkeliling, mencari air dingin, melihat sudut-sudut, memperhatikan gesture dan gerak-gerik orang.

Kita akan menemukan penjual yang bosan nan cemas karena lama tak dikunjungi pembeli, pasangan bahagia yang menikmati es krim  seraya berbagi headset, anak yang menangis seraya berlari ke arah pelukan ibunya, bapak yang mententeng laptop seolah diburu waktu. Orang-orang itu terasa anonim, namun juga  dengan perjuangan mereka sendiri. Bila kita berdoa dalam keheningan buat mereka, kedamaian akan menyertai kita. Datang bagai air jernih menyejukkan jiwa.

Perjalanan selalu menyertakan kekacauan, panas terik, kesulitan menu makanan, kejengkelan, kesemrawutan,….namun di situlah kita berada. Di tempat kita berada, di situlah misi kita. Rumah kita adalah dimana Tuhan berada. Inilah tempat terbaik buat kita, lingkungan terbaik yang dianugerahkan Tuhan buat kita. Bukan tempat lain. Bukan orang lain. Inilah perutusan kita.

Tatkala mulih (pulang) ke rumah, kita diingatkan bahwa Tuhan ada di sini, sekarang ini. Kata Jawa mulih itu dekat dengan kata pulih. Energi kita pulih, kekuatan kita pulih, semangat kita pulih, sukacita kita pulih karena kita mulih ke rumah di mana Tuhan bersemayam.  Setiap tarikan nafas adalah tarikan nafas Tuhan. Setiap bau harum bunga dan tanah menjadi pertanda Tuhan yang hadir. Gelak tawa, senyum adalah sapaan Tuhan.

Benar kata orang bahwa rumah bisa dimana-mana. Ini bukan soal tempat atau lokasi. Bukan soal lingkungan atau pemandangan. Bukan soal arah angin dan tata letak. Ini adalah dimana Tuhan memanggil kita. Di mana kita menemukan Tuhan. Jika kita belum merasakan Tuhan dimana kita berada, kita belum di rumah. Kita perlu mulih.  (jb. haryono)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version