Home BERITA Lentera Keluarga – Diubah Oleh Allah

Lentera Keluarga – Diubah Oleh Allah

0

Tahun A-2. Minggu Paska III

Jumat, 1 Mei 2020. PF. Santo Yusuf, Pekerja

Bacaan: Kis 9:1-20; Mzm 117:1.2; Yoh 6:52-59. 

Renungan: 

JIKA selama ini, Tuhan menampakkan diriNya pada orang yang dekat dan para muridNya, dalam Kisah, Tuhan justru menjumpai Saulus, yang menganiaya jemaatNya. Peristiwa perjalanan ke Damsyik berada di luar pikiran dan keinginan Saulus. Ada proses yang harus dialami oleh Saulus untuk diubah oleh Allah : pengalaman kebutaan selama 3 hari, tidak makan dan minum dan tidak jelas harus berbuat apa. Ia hanya tahu bahwa ada orang yang benama Ananias datang dan menumpangkan tangan atasnya supaya ia dapat melihat lagi. Pengalaman ini menjadi batu pendulum bagi Saulus dari pengaiaya menjadi pewarta. Kuasa kebangkitan mengubah para murid, dan kuasa itu juga yang mengubah Saulus. Pengetahuan dan pengalaman Saulus sebagai seorang Yahudi akan sangat besar pengaruhnya bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang Roma dan Yunani. 

Pengalaman Saulus ini mengajarkan kepada kita setidaknya dua pelajaran berharga. 

  1. Tuhan bisa merubah orang dan menggunakan orang untuk menjadi utusanNya. Pengalaman ini mungkin tidak jauh dari kita sendiri. Kita ini dulunya siapa dan sekarang kita ini siapa. Hampir tidak pernah kita bayangkan bahwa pikiran dan cara hidup kita dulu, bisa berubah karena kasih dan rencana Tuhan. Perubahan ini biasanya menyertakan kepada kita sebuah perutusan. Tetapi perlu kita ingat juga bahwa perutusan ini bukan soal diubah jadi sukses tetapi dipakai Tuhan untuk pewartaan dan juga harus berani mengalami penderitaan. 
  2. Ada orang mengatakan “untuk mengalahkan suku yang besar, kalahkanlah kepalanya”. Mengalahkan pemimpin itu tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi mengalahkan seluruh suku. Pertobatan orang-orang kunci itu membawa pertobatan bagi banyak orang.  Demikian juga halnya di dalam hidup berkeluarga, jika pemimpin keluarga itu berubah maka keluargapun juga akan mengalami perubahan. 

Pengalaman pademi dapat menjadi pengalaman perubahan hidup kita sebagai keluarga. Kita menjadi lebih perhatian kepada keluarga, bersatu hati dalam doa, dalam melaksanakan kegiatan bersama-sama. Pekerjaan dan kesibukan yang kita gumuli sehari-hari mendapat makna baru di dalam kebersamaan. Pengalaman ini akan menjadi hikmat bagi cara kita membangun keluarga setelah pademi ini selesai. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaiamana situasi batin Saulus mengalami peristiwa penampakan Tuhan?  Apa yang mengubah hidupnya?

Refleksi:

Apa yang dapat aku ubah dalam cara hidupku dalam masa pendemi ini, sehingga aku dapat  menemukan kembali keluargaku?

Doa:

Ya Bapa, semoga hidup dan hati kami Kausinari dan Kaucerahkan serta Kauperbaharui dalam masa-masa sulit ini. 

Perutusan:

Jadikan waktu-waktu ini sebagai saat pembenahan hidup pribadi dan hidup bersama dengan keluarga

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version