Tahun A-2. Pekan Biasa V
Rabu, 12 Februari 2020.
Bacaan: 1 Raj 10:1-10; Mzm 37:5-6.30-31.39-40; Mrk 7:14-23.
Renungan:
HIKMAT diberikan Tuhan sebagai berkat luar biasa bagi Salomo, sehingga hikmat Salomo terkenal di luar Israel sampai ke Syeba (daerah Yaman; 2,400 km). Hikmat itu tidak hanya nampak dalam cara Salomo mengambil keputusan ataupun jalan keluar bagi setiap masalah tetapi juga tercermin dalam tanggungjawabnya mengatur kerajaannya. Ia boleh dikatakan sebagai CEO yang hebat. Dari situ kita dapat memahami apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus : “..sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo.”(Mat 12:42).
Hikmat, kecerdasan, kebijakan itu lebih bernilai dari harta dan kekayaan. Dan sumber hikmat itu adalah Allah sendiri. Allah yang memberikan pencerahan kepada hati, budi dan rasa. Pencerahan ini hanya kita dapatkan ketika kita tekun refleksi. menajamkan indera dalam menjalani hidup dan sikap hening. Bijak itu tidak hanya pintar berkata-kata; tetapi juga terwujud pada bagaimana orang itu hidup dan memimpin-mendidik orang lain. Kebijaksanaan yang tidak terwujud dalam cara hidup dan cara mendidik orang adalah sebuah retorika.
Marilah kita kejar dan ajarkan hikmat bagi keluarga kita; bukan melulu mencari uang di dalam kerja atau mencari prestasi di dalam sekolah. Hikmat, kecerdasan, kebijakan itu nampak dalam cara berpikir, merasa dan hati serta cara hidup yang baik. Hikmat itu kita dapatkan ketika kita semakin menghidupi karakter Kristus.
Kontemplasi:
Gambarkanlah bagaimana seorang ratu yang sudah berlimpah harta dan kekayaan itu pergi untuk mendengarkan dan mengalami hikmat Salomo.
Refleksi:
Apakah aku rajin berefleksi, mengasah indera dan bersikap hening dalam hidupku? Ataukan aku mudah terjebak dalam rutinan yang kujalani dengan setia tetapi tanpa makna?
Doa:
Ya Bapa, hanya di dalam keheningan budi, rasa dan hatiku tercerahkan oleh hidupMu. Semoga hikmat itu memimpin hidupku melalui pikiran, rasa dan hati yang jernih, serta terwujud dalam tindakanku.
Perutusan:
Rajinlah berefleksi, melatih panca indera dan hati dalam pengalaman sehari-hari serta keheningan.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)