Home BERITA Lentera Keluarga – Jatuh Cinta Buta

Lentera Keluarga – Jatuh Cinta Buta

0

Tahun A-2. Pekan Biasa III
Jumat,  31  Januari 2020.
Bacaan: 2 Sam 11:1-4a.5-10a.13-17; Mzm 51:3-4.5-6a.6bc-7.10-11. 

Renungan:

KETIKA  anak  buahnya maju berperang, Daud justru tidur sepanjang hari dan bangun pada petang hari serta menikmati hidup. Sikap “malas” ini mengaburkan pikiran sehat untuk menyikapi perasaan “jatuh cinta buta”  kepada Batsyeba, Isteri Uria. Buah jatuh cinta itu buta itu, kehamilan Bestyeba,  ditutupinya dengan segala strategi, bahkan strategi yang jahat yaitu dengan mengorbankan Uria, panglima hebatnya yang selama ini rela mati untuk kejayaan Daud. 

Pengalaman jatuh cinta itu dialami oleh setiap orang, bahkan mereka yang masih menikah. Yang membedakan adalah sikap. Bagi pribadi. dan pasturi yang dewasa, keputusan untuk mencintai pasangan itu mengatasi peristiwa “jatuh cinta” . Pengalaman jatuh cinta, tertarik itu segera berlalu dan selesai tanpa ada pikiran dan keinginan apapun. Tetapi bagi pribadi yang tidak dewasa, peristiwa tersebut menjadi kesempatan untuk membenarkan  diri dan meneruskan relasi sampai merekapun mengalami kesulitan dan menutup kesalahan dengan kesalahan, kebohongan dengan kebohongan. Orang lupa kasih, pengorbanan dan kerja keras pasangan; lupa akan anak-anak; lupa akan pekerjaan dan status hidup.

Pengalaman Daud mengajak kita sebagai pasutri, imam atau religius untuk hidup “alert” dan bersikap dewasa terhadap perasaan jatuh cinta. Cinta itu keputusan. Kitapun menjaga batas-batas wajar membangun relasi, peka secara sosial. Jatuh cinta buta menjadi celah bagi dosa untuk masuk dan merusak hidup dengan estafet dosa dan kebohongan. Kita juga perlu secepat mungkin membangun semangat pertobatan sebelum kita jatuh lebih dalam lagi dan segala sesuatunya menjadi rumit. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana Daud jatuh ke dalam dosa dan dampak dosa yang dia perbuat. 

Refleksi:

Bagaimana aku menyikapi perasaan “jatuh cinta” dalam panggilan perkawinan maupun hidup imamat dan religius. 

Doa: 

Ya Bapa, semoga aku semakin dewasa dalam mengelola perasaan dan emosi; dan semakin bijak dalam membangun relasi. 

Perutusan:

Dewasa dalam mengelola perasaan dan bijaklah dalam membawa diri. CInta adalah sebuah keputusan. 

https://www.youtube.com/watch?v=xP9Gg3msl7s

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version