Bacaan: Kel 11:10-12:14; Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18; Mat 12:1-8.
Renungan
Jikalau Firaun hanya menghendaki orang Israel pergi dari Mesir, justru permintaan Musa adalah sebuah kemudahan. Tetapi ternyata orang Mesir pun harus dikatakan tergantung pada keberadaan dan jasa orang-orang Israel. Maka tidak mengherankan bahwa pembebasan bangsa Israel dari Mesir sangat alot karena kekerasan hati Firaun. Pembebasan Israel akan menjadi kerja Allah yang dikenal dengan peristiwa Paska.
Demikian juga, dalam pelayanan kita, kadang kita berhadapan dengan orang-orang “alot” atau unnegotiable, entah itu dari luar Gereja yang merintangi acara-acara gerejani ataupun orang-orang teman sepelayanan kita yang terkurung dalam mindset nya sendiri. Pengalaman Musa mengajak kita untuk terus berjuang dan tidak menyerah. Ketekunan dan percaya pada kuasa Allah menjadi andalan Musa. Allah punya cara untuk mengubah kekerasan hati orang.
Di dalam keluarga, karakter “alot” dan unnegotiable ini kita jumpai dari orang tua atau pasangan hidup atau bah\kan anak; dan sifat demikian ini menyulitkan relasi kita dengannya; membuat kita tertetakan dan membuat mereka juga merasa tidak dihormati.
Setiap orang “alot” dan unnegotiable selalu cara jitu untuk membantunya berubah dan untuk membantunya berubah membutuhkan ketekunan. Tetapi jika kita tidak mampu menghadapinya, maka Allahpun tak kurang strategi untuk membuatnya berubah.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana Musa menghadapi kekerasan hati Firaun dan menyerahkannya kepada Allah untuk bertindak.
Refleksi
Bagaimana aku menghadapi mereka yang dikategorikan “alot” dan “unnegociable” dalam keluargaku atau dalam pelayanan atau dalam hidup bermasyarakat?
Doa
Ya Bapa, semoga aku dengan setia menjalankan tugas perutusan, termasuk juga ketika menghapi orang atau situasi yang tidak mudah untuk diselesaikan. Amin.
Perutusan
Aku tekun dalam pelayanan dan pantang menyerah ketika berhadapan dengan orang-orang “alot” dan unnegotiable (Morist MSF)
