Senin, 2 Juli 2018
Bacaan: Am 2:6-10.13-16; Mzm 50:16bc-17.18-19.20-21.22-23; Mat 8:18-22
Renungan:
BAGI orang yang mau mengikutiNya, Tuhan Yesus menuntut sikap lepas bebas: lepas bebas. Sikap lepas bebas pertama adalah bebas dari pamrih dan jaminan kenyamanan hidup baik yang berasal dari orang lain maupun kenyamanan pribadi : “serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepadaNya. Sikap lepas bebas kedua berarti siap sedia kapapun meletakkan Yesus dan kehendakNya sebagai prioritas : “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” Yang pokok bukanlah berat atau tidaknya tuntutan itu, tetapi ini adalah sebuah kebenaran iman untuk mengasihi dan menempatkan Tuhan dan kepentinganNya di atas segala-galanya.
Kadang kita orang kristen juga masih mempunyai pamrih dalam beriman. “Saya mau jadi orang kristen” karena keluarga saya kristen, atau saya ingin dimakamkan secara kristen. Saya mau jadi orang kristen kalau langsung dibaptis dan tidak perlu mengikuti persiapan baptis. Saya mau jadi orang kristen kalau menguntungkan saya. dll. Maka jika kita jadi orang kristen tetapi susah dan menderita atau tidak menguntungkan, maka kita menjadi orang kristen “pasif” atau meninggalkan iman kita. Menjadi orang kristen hanya mempunyai satu jaminan yaitu hidup bersama Yesus di dalam kerajaanNya karena itulah harta-anugerah yang tak terkira. Karena segala jaminan duniawi itu tidak akan lagi di dalam Kerajaan Surga.
Menjadi orang kristen juga harus siap sedia dan memprioritaskan Yesus dan kehendakNya. Ada kalanya pilihan iman membuat kita kehilangan keluarga besar kita, kesempatan kita bekerja lebih atau meninggalkan kebiasaan ada kita. Keberanian mengambil keputusan iman mengajak kita untuk sadar bahwa ikatan-ikatan ini juga tidak akan lagi di dalam Kerajaan Surga. Yang ada dan tinggal tetap adalah ikatan kita dengan Tuhan.
Panggilan iman ini berlaku bagi semua orang beriman: keluarga, religius dan para imam dengan cara hidup yang berbeda. Pada dasarnya panggilan iman itu hanya satu: menempatkan Tuhan dan kehendakNya sebagai satu-satunya harta dan prioritas dalam hidup dan perutusan kita.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana reaksi orang-orang ketika mendengarkan tuntutan yang Tuhan berikan kepada mereka yang mau mengikutiNya.
Refleksi
Apakah dalam hidup iman dan pelayanan, aku menempatkan Tuhan dan kehendakNya sebagai jaminan dan prioritas dalam hidupku?
Doa
Ya Bapa, semoga aku semakin layak disebut sebagai pengikuti Yesus ketika aku semakin berani belajar bersikap lepas bebas dan menempatkan kehendakNya sebagai prioritas dalam hidup dan pelayananku.
Perutusan
Tekunlah dalam mengikuti Yesus dan jadikanlah hidup dan kehendakNya sebagai yang pertama dan utama dalam hidupmu.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)