Senin, 22 Oktober 2018.
Bacaan: Ef 2:1-10; Mzm 100:2-5; Luk 12:13-21.
Renungan
PAULUS dalam suratnya kepada jemaat di Efesus menekankan bahwa keselamatan-hidup kekal adalah anugerah Allah: “Keselamatan itu bukanlah hasil usahamu, melainkan pemberian Allah. Jadi keselamatan itu bukanlah hasil pekerjaanmu.” Jadi tidak boleh ada orang yang membanggakan diri. Membanggakan diri dilihat dari sudut Allah berarti meremehkan anugerah Allah atau kurang bersyukur.
Banyak hal rohani kita dapatkan secara cuma cuma; e.g. baptis, ekaristi, perkawinan, anugerah Roh dalam sakramen krisma, pengampunan dosa, perkawinan, tahbisan dan minyak suci. Banyak anugerah pula yang ditawarkan Tuhan melalui gerejaNya dengan segala aktifitas pendampingannya. Kadang kita menerima anugerah tersebut seperi orang belanja: kita butuh kita ambil atau bahkan tidak anggap penting dengan semua itu. Kita kadang merasa begitu mandiri dan merasa mampu menata diri dan hidup kita.
Ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan harganya melebihi nyawa kita sendiri. Ucapan syukur itu kita perlu ungkapkan dengan kesungguhan untuk membina hidup iman kita; dengan kesungguhan pelayanan kita; dengan keberanian kita untuk memberi kesaksian hidup.
Keselamatan kita dibuat Allah dengan pengorbanan AnakNya. Jangan sia-siakan kebaikan, kasih dan pengorbanan Allah itu.
Kontemplasi
Resapkanlah kata kata Paulus kepada jemaat di Efesus tentang keselamatan sebagai anugerah.
Refleksi
Apa bentuk syukur dan terima kasihku kepada Allah atas anugerah keselamatan yang diberikanNya kepadaku?
Doa
Ya Bapa, semoga kesungguhan hidup imanku semakin menjadi jawaban syukur atas anugerah keselamatanMu.
Perutusan
Jangan sia-siakan anugerah keselamatan Allah. Jadikanlah hidupmu sebagai syukur atas kasih dan pengorbanNya.
https://m.youtube.com/watch?v=bo-1DRze1AM
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)