Home BERITA Lentera Keluarga – Komunitas Kebangkitan

Lentera Keluarga – Komunitas Kebangkitan

0

Tahun A-2. Minggu Paska II 

Selasa, 21 April 2020

Bacaan: Kis 4:32-37; Mzm 93:1ab.1c-2.5; Yoh 3:7-15.

Renungan: 

KISAH Para Rasul dalam beberapa perikop menggambarkan bagaiamana suasana jemaat perdana, bagian jemaat yahudi yang percaya kepada Yesus yang bangkit. Mereka yang tinggal berbeda-beda, dari berbagai macam pekerjaan dan situasi, “mereka sehati sejiwa”.  Kehehatian dan kesejiwaan itu dipraktekkan dengan sense of belonging dan solidaritas :”segala sesuatu adalah kepunyaan mereka”. Di perikop lain Kis 2 dikatakan bawah mereka juga mempraktekkan hidup rohani: “mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, Dan mereka selalu berkumpul untuk memecah roti dan berdoa. Jadi ada 3 unsur penting yang menjadi ciri khas komunitas kebangkitan: kesatuan psikologis, sense of belonging yang melahirkan solidaritas, dan kesatuan hidup rohani. 

Tiga hal ini penting kita hidupi dalam keluarga kita di masa pandemi ini. 

  1. Kesatuan psikologis. “Stay at home atau work from home” mengkondisikan orang untuk tinggal bersama, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita membangun hidup bersama “kesatuan hati dan jiwa”. Dari berita ada terdengar tentang jumlah KDRT dan perceraian karena pandemi, tetapi kita mendengar banyak hal positif yang lain bagaiamana keluarga diubah; banyak keluarga sadar bahwa hidup mereka berarti satu sama lain,bahwa kita ada bersama mereka, melindungi mereka dan memberikan rasa aman kepada mereka. Kesempatan untuk membenahi relasi menjadi lebih dekat, lebih memahami dan mengampuni. Saat bagi kita untuk menujukkan kepada mereka bahwa kita sungguh mengasihi mereka dan membutuhkan mereka dalam hidup kita. 
  2. Sense of belonging yang terwujud dalam solidaritas. Solidaritas membuat kita perduli kepada saudara atau tentangga yang sakit, dirawat, juga dengan para petugas kesehatan, para voluntir dan saudara-saudara kita yang terdampak secara ekonomi karena pamdemi ini. Kita menjadi keluarga supportif dan pemberi harapan bagi mereka. Pada saat yang berat, dimana kita juga harus hidup, kita juga perlu care terhadap saudara kita yang lain. Panjang pendeknya pandemi ini hanya berlansung tergantung pada semangat solidaritas dan gotong royong serta kedisiplinan kita bersama. 
  3. Keluarga menjadi pilar dasar kehidupan iman dengan doa dan pengajaran iman. Kecintaan kita akan gereja semakin bertumbuh dan semakin menyadari betapa kita rindu untuk bersekutu, belajar iman, merenung bersama dan menerima sakramen-sakramen terutama ekaristi. Orang tua adalah pengajar iman dan doa bagi keluarga; dan fungsi ini bertumbuh baik dalam masa pandemi. Kita pupuk kerinduan kita untuk menerima sakramen ekaristi, sampai kita mungkin dan dapat menyambutNya sebagi sebuah berkat luar. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana ketiga semangat yang dihayati oleh jemaat perdana.

Refleksi:

Bagaimana aku mengembangkan ketiga nilai kesatuan jemaat perdana dalam masa pandemi ini di keluargaku?

Doa:

Ya Bapa, semoga keluarga kami semakin bertumbuh dalam kesatuan dan kebersamaan satu sama lain. 

Perutusan:

Marilah kita gunakan kesempatan pandemi ini untuk membangun kesatuan dan kebersamaan keluarga kita. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version