Sabtu, 22 September 2018.
Bacaan: 1Kor 15:35-37.42-49; Mzm 56:10-14; Luk 8:4-15
Renungan:
BENIH yang ditaburkan di berbagai macam tempat itu adalah Sabda Tuhan dengan kualitas yang sama. Yang membedakan adalah jenis tanah di tempat dimana ia jatuh. Ada empat texture: pinggir jalan, tanah berbatu, semak dan tanah yang subur. Tanah itu menggambarkan jenis kepribadian kita. Selain tanah yang subur, ketiga teksture tempat menunjukkan ketidakdewasaan pribadi, atau pribadi yang masih belum terolah, dipengaruhi oleh sikap masa bodoh (pinggir jalan), egoisme-kekerasan hati (tanah berbatu) dan luka batin (semak berduri).
Olah kesucian yang nampak dalam kebiasaan-ketekenunan membaca KS, ibadat-misa, persekutuan dosa, adorasi, doa-doa pribadi akan tidak berarti jikalau tidak disertai dengan pengolahan tanah kepribadian kita. Maka tidak mengherankan, jika ada orang yang begitu aktif dalam hidup rohani atau dalam komunitas kemudian seiring dengan waktu mereka kering, hidupnya “berbelit-belit” dan membuat perkara dengan komunitas . Tidak mengherankan pula, jika seorang calon iman dan religius yang sudah dibiasakan bertahun-tahun dalam kebiasaan religius, berubah total ketika sudah berkarya. Pembinaan dan pembiasaan hidup rohani harus disertai dengan pembinaan kepribadian. Pembinaan kepribadian itu mencakup penguasaan diri, kemampuan berelasi dengan orang lain, dan komitmen dalam hidup-pelayanan.
Secara konkret, pembinaan diri itu kita latih dengan bantuan psikologi hidup rohani. Secara sederhana kita perlu menyediakan waktu latihan rohani: refleksi diri, pertobatan dan penataan hidup. Pembinaan dan pembiasaan hidup rohani harus membuat orang secara nyata menjadi semakin serupa dengan Kristus dalam karakter.
Kontemplasi
Gambarkanlah aneka tanah tempat Sabda Tuhan itu ditaburkan. DI tempat manakah hidup anda?
Refleksi
Apa hal-hal yang mesti kuolah dalam kepribadian dan cara hidupku, supaya kebiasaan hidup rohani yang kutekuni ini membawa perubahan nyata dalam hidupku?
Doa
Ya Bapa, semoga sabdaMu semakin kuterima dengan baik. Semoga aku semakin tekun berefleksi, bertobat dan menata hidup. Amin.
Perutusan
Sediakan waktu setiap malam sebelum tidur untuk refleksi diri atas hari itu, membangun sikap pertobatan dan menata hidup berdasarkan firman Tuhan
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)