Tahun C-1. Pekan Biasa XXII
Senin, 2 September 2019
Bacaan: 1 Tes 4:13-17a; Mzm 96:1.3-5.11-13; Luk 4:16-30.
Renungan:
MUNGKIN karena ada kematian umat di Tesalonika, Paulus memberikan penghiburan iman kepada yang ditinggalkan.
Pertama, Paulus tidak melarang orang berduka, tetapi melarang orang beriman berduka seperti orang yang tidak punya pengharapan, karena iman akan kebangkitan.
Kedua Paulus mengajarkan kepada jemaat tentang “meninggal dalam Kristus”. Meninggal sebagai orang beriman.
Tidak mudah bagi kita untuk “move on” ketika kita kehilangan orang-orang yang berarti bagi hidup kita, apalagi itu terjadi secara mendadak. Kita tidak siap, dan akhirnya jatuh dalam pengalaman duka dalam aneka bentuknya: merasa ditinggalkan, tidak berdaya, menyalahkan diri sendiri karena tidak mampu menolong, kehilangan pegangan, menyalahkan peristiwa hidup atau menyalahkan Tuhan. Setiap kehilangan selalu membawa perubahan atau dampak dalam kehidupan kita. Nasihat Paulus mengajak kita untuk tidak membiarkan diri tenggelam dan hanyut dalam kedukaan. Kita harus “move on”, menghadapi hidup dan berjuang, walaupun harus sendirian dengan sebuah tanggungjawab yang tidak kecil. Siap atau tidak siap, dengan cara apapun, kita pasti akan mengalami kehilangan orang-orang yang kita kasihi.
Kedua, penting bagi kita untuk “meninggal dalam Kristus”, seperti gadis bijak atau hamba yang mengembalikan talenta dan labanya. Meninggal dalam Kristus bukan soal cara meninggalnya, tetapi meninggal sebagai orang yang percaya dicintai oleh Kristus. Pengalaman sakit, apalagi yang panjang dan tidak tersembuhkan, membuat orang beriman meragukan kebaikan Tuhan dan goyah dalam iman, takut, berontak dan protes. Penting bagi kita untuk datang memberikan doa, membisikan kata-kata iman, membacarakan Kitab Suci, membiarkan mendengarkan music rohani dan terutama memberikan Tubuh Dan Darah Kristus bagi mereka. Jangan biarkan mereka kosong dan sendiri sehingga pikiran-pikirannya menjadi tak terkendali. Kita harus memberikan kepada mereka akses kekayaan iman.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana nasihat Paulus ini bergema bagi jemaat di Tesalonika.
Refleksi:
Apakah aku masih tenggelam dalam dukacita karena pengalaman kehilangan?
Apa yang dapat kulakukan untuk anggota keluargaku supaya di dalam keterbatasan dan ketidakberdayaan, mereka masih mempunyai akses iman bagi santapan rohaninya?
Doa:
Ya Bapa, ajarilah kami untuk “move on” dari pengalaman duka. Dan ajarilah kami untuk memberikan perhatian dan akses iman kepada anggota keluarga kami yang tidak berdaya dan terbatas.
Perutusan:
“Move on” dari dukacita dan bantulah anggota keluarga yang sakit tak berdaya atau terbatas tetap mempunyai akses untuk dekat dengan Tuhan.
Doa Mohon Kematian Bahagia melalui Santo Yusuf.
St Yosef yang kudus, lihatlah, aku memilih engkau pada hari ini sebagai pelindung istimewa dalam hidupku dan pada saat ajalku. Peliharalah dan tambahkanlah dalam diriku semangat doa dan semangat pengabdian kepada Tuhan. Jauhkanlah daripadaku segala bentuk dosa; perolehkanlah bagiku rahmat agar kematian tidak datang tanpa aku mempersiapkan diri, melainkan aku beroleh waktu untuk mengakukan dosa-dosaku dalam Sakramen Tobat dan menangisinya dengan pemahaman yang paling sempurna dan tobat yang paling tulus, agar aku boleh menghembuskan jiwaku ke dalam tangan Yesus dan Bunda Maria. Amin.”
(Morist MSF)- www.misafa’java.org
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)